Rhea berlari menghampiri neneknya yang berdiri cemas disekitar kerumunan orang-orang yang mulai bersiap-siap melaksanakan upacara. Beberapa orang disekitar Rhea juga sedang sibuk dengan tugas mereka masing-masing.
"Ada apa ini, Nek? Kenapa acaranya dimulai sekarang? Bukankah baru akan dimulai minggu depan?" tanya Rhea tergesa-gesa, napasnya juga masih tersengal-sengal.
"Tenangkan dulu dirimu," ujar nenek Rhea sambil membantu mengusap keringat Rhea yang bercucuran dengan sapu tangan merah miliknya. "Minum ini." nenek mengambilkan air kemasan dan menyerahkannya pada Rhea agar gadis itu tak tegang lagi.
Rhea pun menuruti permintaan neneknya. Ia mencoba bersikap tenang sambil mengatur kembali napasnya dalam-dalam. Sebenarnya, ia sangat penasaran apa yang membuat neneknya mengambil keputusan mempercepat upacara rutinan ini.
"Ada perubahan situasi, Cucuku. Aku mendapat pesan dari sang raja untuk melakukan ritual itu sekarang. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi itulah pesan yang disampaikan raja padaku," terang nenek Haida. "Keputusan raja, harus segera dilakukan, baik aku atau siapapun tidak bisa menolaknya sekalipun itu tidak mungkin bisa dilakukan."
"Apa yang akan terjadi jika kita tidak melakukannya sekarang? Aku belum siap, Nek? Bagaimana jika aku gagal?" Aku bahkan belum latihan untuk ritual terakhirku."
"Upacara seperti ini sudah dua kali kau lakukan, tanpa latihanpun, kau pasti bisa melakukannya. Untuk ritual terakhirmu, kau masih punya banyak waktu, jangan khawatirkan itu. Sekarang bersiap-siaplah! Ganti pakaianmu. Kami semua percaya padamu." Nenek menepuk pelan bahu Rhea.
Tak ada yang bisa Rhea katakan lagi selain menuruti kemauan neneknya. Selama 3 tahun terakhir ini, Nenek Haida memintanya melakukan berbagai macam ritual dan upacara yang aneh dan nyeleneh. Semua sangat tidak masuk akal dan diluar nalar manusia.
Namun, semua ini adalah tradisi yang harus dilakukan oleh semua orang yang tinggal di tempat ini. Sebab, jika mereka tidak melakukannya, maka bencana besar bisa saja melanda kota kecil ini.
Selain itu, ritual ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Hanya orang-orang terpilih yang bisa menjalankan ritual ini termasuk Rhea sendiri.
Alasan kenapa Rhea terpilih, karena lilin yang dibawa Rhea saat melakukan suatu ritual di danau, tetap menyala terang bersama dengan orang-orang pilihan lainnnya. Sedangkan lilin-lilin penduduk desa yang juga mengikuti ritual tersebut padam bahkan sebelum mencapai tengah danau. Pemilik lilin-lilin yang masih menyala itu merupakan orang pilihan yang wajib melakukan ritual tahunan yang diadakan di desa ini.
Rhea sudah selesai bersiap-siap dan tinggal mengikuti acara upacara rutinan yang diadakan di kota kecil ini. Sampai detik ini, Rhea sendiri masih belum mengerti apapun soal ritual yang sudah dua kali dilakukannya, tapi neneknya berjanji akan memberitahu segalanya jika seseorang yang ia yakini sebagai raja, sudah datang. Sebab, neneknya ini berkata bahwa Rhea juga berhutang nyawa oleh seseorang ini sehingga sang raja terpaksa harus menghilang.
Hal itulah yang membuat Rhea bertahan hingga sekarang dan melakukan semua yang nenek Haida katakan. Ia ingin sekali mengetahui semua hal yang terjadi padanya, siapa dirinya sebenarnya, dan kenapa ia harus melakukan ini semua. Untuk mencari tahu semua jawaban dari misteri kisah hidupnya, Rhea harus melakukan semua ritual yang diberitahukan nenek Haida dengan berbagai petunjuk-petunjuknya.
"Jangan takut Rhea, kau pasti bisa melakukannya," gumam Rhea meyakinkan dirinya sendiri saat ia duduk didepan cermin.
Suara dentuman gendang pertama mulai dibunyikan. Rhea memasuki area upacara dengan pelan dan hati yang tenang. Namun ia langsung terkesiap ketika melihat Rey ada diantara penduduk kota yang ikut melihat serangkaian upacara ini.
Apa yang dilakukan orang menyebalkan itu disini? batin Rhea.
Ada perasaan aneh yang muncul dihati Rhea saat melihat Rey, tapi ia berusaha keras menepis jauh-jauh perasaan itu. Ia tidak boleh gagal melaksanakan upacara ini hanya karena kehadiran orang asing yang sangat menyebalkan baginya. Semua orang yang ada disini bergantung padanya dan sangat memercayainya. Sebab itulah, bagaimanapun caranya Rhea harus berhasil melakukan ritual ini.
Sekali lagi Rhea mengesampingkan keberadaan Rey dan kembali berkosentrasi pada ritualnya. Dentuman kedua, Rhea duduk bersila di depan panggung. Dua wanita muda berpakaian sama dengan Rhea ikut maju dan berdiri di samping kiri kanan Rhea. Keduanya membawa sebah gucci berukuran sedang berisi air dan bunga 7 rupa.
Dentuman ketiga, dua wanita muda itu menyiramkan air di atas kepala Rhea secara bersamaan. Dan alunan lagupun dibunyikan beserta serangkaian kalimat aneh yang tidak bisa dimengerti Rhea sama sekali. Sepertinya, itu adalah bahasa daerah khas kota kecil ini.
Begitu kalimat terakhir selesai diucapkan, Rhea kembali membuka mata dan berdiri sambil membawa lilin pemberian neneknya yang sudah diletakkan di depan Rhea setelah siraman terkahir dilakukan.
Rhea memgambil lilin tersebut lalu berjalan pelan menaiki panggung menuju ke tengah tempat sesembahan itu dilakukan. Dengan hati-hati, Rhea meletakkan lilin tersebut tepat ditengah-tengah hamparan bunga marigold.
Tiba-tiba angin bertiup kencang menerpa seluruh area upacara ini. Hal itu membuat kaget semua orang yang artinya, lilin persembahan Rhea akan juga dalam bahaya. Orang-orang yang ada disekitar sini berhamburan kesana kemari untuk mencari tempat perlindungan yang aman. Namun tidak dengan Rhea. Dalam keadaan apapun gadis itu tak gentar dan tetap melanjutkan ritualnya.
"Gawat, lilinnya!" Seru semua penduduk desa yang menyaksikan lilinnya hampir padam. Semua tampak panik karena mengira upacara ini akan gagal. Mereka semua juga tidak bisa melakukan apa-apa bahkan mereka juga tidak bisa mendekati Rhea.
Rhea sendiri langsung membuka mata dan menutupi lilin yang hampir padam tersebut dengan tangannya, tapi angin itu begitu kencang sehingga kedua tangan Rhea tak sanggup menghalau angin tersebut.
"Tidak, aku mohon! Jangan padam! Tetap menyalalah!" pinta Rhea dengan kecemasan tak terkira.
Didetik-detik terakhir padamnya lilin, sepasang tangan terulur untuk membantu menutupi lilin tersebut agar tidak jadi padam. Dan anehnya, berkat dua pasang tangan tag saling bertautan, lilin itu kembali menyala terang bahkan lebih terang dari sebelumnya dan aneh lagi, anginpun berhenti berhembus dan suasana kembali seperti semula.
Keanehan-keanehan ini tak berhenti sampai disitu, secara ajaib muncul gelang hitam pergelangan tangan kanan Rhea yang sama persis dengan gelang milik Rey. Gelang itu tidak lain dan tidak bukan adalah simbol cinta Rey dan Rhea.
Rhea sangat terkejut melihat keanehan ini. Biasanya, tidak ada seorangpun yang berani datang mendekatinya selama proses ritual berlangsung sekalipun Rhea dalam bahaya. Sebab, siapapun yang mendekati Rhea sebelum ritual ini selesai, maka orang itu akan langsung mengalami sakit yang parah dan berujung pada kematian. Namun hal itu, sepertinya tidak berlaku pada Rey. Putra Refald itu langsung maju membantu Rhea menutupi lilin itu dan ternyata berhasil. Rey tidak mengalami luka apapun, bahkan anginpun juga berhenti menerjang area ini.
Rey dan Rhea saling berhadapan satu sama lain mengingat kembali kenangan mereka di masa lalu bersamaan dengan munculnya gelang hitam sebagai simbol kemurnian cinta mereka berdua sekaligus sebagai bukti, bahwa dua insan yang sempat terpisah itu sudah menikah di dunia lain.
"Kau mengingatku? Sayang?" tanya Rey dengan suara mesra dan terus menatap manik mata indah Rhea.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Teh Yen
duh deg deg gan bacanya ini 🥺🥺
2022-09-29
0
Aqiyu
jadi terharu
2022-09-23
0
clararine
bikin baper mulai deh tuh bucin
2021-11-26
0