Habis sudah kesabaran Rhea kali ini. Apalagi ia merasa seperti dikerjai mahasiswa baru itu habis-habisan. Jika tas itu ada pada Rey, kenapa ia tidak memberitahunya sejak tadi? Kalau tahu gitu Rhea tidak perlu keluyuran kesana kemari untuk mencari tahu keberadaan tas tersebut.
"Kau sengaja, kan?" tuduh Rhea tanpa basa-basi. Matanya menatap marah wajah Rey yang menyebalkan.
"Iya," Rey menjawab jujur sejujur-jujurnya.
"Berikan tas itu." Rhea mengulurkan tangannya untuk meminta tas nya kembali.
"Masa wajahmu jutek gitu?" Rey sengaja membuat Rhea semakin kesal padanya dengan tidak mau mengembalikan tas milik Rhea.
Oke fix, Rey benar-benar manusia menyebalkan yang pernah Rhea temui selama hidupnya. Gadis itu menghirup napas dan mengeluarkannya dalam-dalam agar amarahnya tidak meledak.
"Terus maumu apa? Aku harus tertawa ha ha ha ha seperti orang gila, gitu? Aku masih waras dan tidak sinting sepertimu! Cepat berikan tasku, aku harus menelepon nenekku supaya ia tidak mencemaskanku." Rhea memaksa Rey supaya mau memberikan tasnya.
"Ah, aku baru ingat, nenekmu tadi menelepon, beliau memintaku memberitahumu supaya kau cepat datang ke balai karena acaranya sebentar lagi mau dimulai." Rey masih enggan memberikan tas itu pada pemiliknya. "Memang ada acara apa?" tanya Rey penasaran.
"Hah? Kau bilang apa tadi?" Mata Rhea langsung terbelalak dan mengindahkan pertanyaan Rey. Seakan menyadari sesuatu, gadis itu langsung berlari cepat melewati tubuh Rey begitu saja menuju pintu keluar kampus tanpa peduli lagi pada cowok menjengkelkan itu.
"Hei! Kau mau kemana? Bagaimana dengan tas ini?" teriak Rey bingung, tapi orang yang diteriaki tidak peduli dan malah terus berlari meninggalkannya. "Dasar aneh!" gumam Re. Mau tidak mau ia pun mengikuti Rhea untuk mengembalikan tasnya.
"Tidak mungkin, bagaimana acaranya dipercepat begini? Apa yang terjadi?" gumam Rhea, sambil berlari sekuat tenaga. Pikirannya jadi kacau dan juga khawatir setengah mati. "Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan." Rhea berhenti sebentar untuk mengambil napas dalam-dalam karena kelelahan berlari, apalagi ia baru saja pingsan jadi tenaganya masih belum kembali seperti sedia kala.
Sesampainya di parkiran, Rhea bingung karena tidak mendapati mobil dan sopir yang biasa mengantar dan menunggunya disini. Gadis itu celingukan kesana kemari, tapi tak juga menemukan mobil dan supirnya.
"Aduh, bagaimana ini? Dimana pak sopir tadi? Apa dia sudah pulang duluan, ya? Sial banget sih aku, tidak mungkin aku berjalan kaki pergi ke balai itu sekarang. Bisa-bisa acaranya sudah selesai begitu aku tiba disana." napas Rhea tersengal-sengal.
Rhea mondar mandir kesana kemari saking paniknya. Ia tidak sadar kalau sejak tadi Rey sudah berdiri menunggunya diatas motor barunya.
"Kau sedang apa? Naiklah, aku akan mengantarmu!" tawaran yang menarik dari seorang Rey untuk Rhea.
Rhea bingung sekaligus kesal. Ia akui, dirinya sedang tidak dalam posisi bisa menolak tawaran menguntungkan itu. Namun, mengingat bagaimana pertemuan pertama mereka sejak tadi hingga kini, Rhea sungguh ingin menolak bantuan Rey. Sedangkan neneknya jauh lebih membutuhkannya sekarang.
Kenapa harus dia, sih? apa tidak ada orang lain lagi yang bisa membantuku selain orang menyebalkan itu? batin Rhea kesal.
Setelah perang dengan hati nuraninya, akhirnya Rhea memutuskan menerima tawaran Rey. Dengan wajah cemberut akut, Rhea berjalan mendekat ke arah Rey dan naik jok belakang motornya.
"Pegangan yang erat, aku akan ngebut," ujar Rey sambil menutup helm teropongnya. Dibalik helm itu, Rey tersenyum senang bisa berboncengan dengan wanita yang sudah berhasil menarik perhatiannya.
Dan benar saja, Rey sungguh melajukan motornya dengan kencang ala pembalap MotoGP Rossi. Alhasil, Rhea mau tidak mau harus memeluk erat tubuh Rey kalau tidak ingin terjatuh dari motor.
"Apa kau sudah bosan hidup, ha? Pelankan motormu? Aku tidak ingin mati muda disini bersamamu!" Teriak Rhea dengan kencang karena Rey menyetir gila-gilaan.
"Aku kira kau sedang buru-buru, makanya aku ngebut. Ya sudah kalau gitu, kita slow aja." Rey mengurangi kecepatannya dan berjalan sangat pelan. Bahkan pejalan kaki pun lebih cepat dari laju motor Rey sekarang.
"Apa kau sedang bercanda? Ini sama sekali tidak lucu!" Rhea tidak tahu lagi sudah berada dilevel berapa rasa kesalnya terhadap laki-laki dihadapannya ini. Rasanya ingin sekali gadis itu memiting kepala Rey saking geramnya.
"Apa kau tidak lihat? Aku sedang tidak bercanda, aku lagi nyetir," jawab Rey tanpa dosa.
"Jika kau menyetir seperti ini, tahun depan baru sampai!" Jerit Rhea, ia hampir menangis saking kesalnya.
"Bagus dong, dengan begitu kita bisa lebih lama berduaan," kekeh Rey. Ia yakin gadis bernama Rhea ini ingin mencak-mencak diboncengannya akibat ulah jailnya.
Rhea hanya bisa menghembuskan napas sembari menutup matanya. "Rey, tolong ... seriuslah sedikit, acara ini sangat penting bagiku, jika aku terlambat, aku akan menyesal seumur hidupku. Aku mohon mengertilah!"
"Memangnya sepenting apa acara itu sampai kau rela memohon padaku? Padahal sebelumnya kau jutek sekali?"
Dasar sableng ini orang, ya? Dikasih hati masih minta ampela? Awas saja kau! batin Rhea menahan emosi.
Akhirnya Rhea membuang rasa egonya dan memilih mengalah menghadapi kekonyolan Rey.
"Penjelasannya sangat panjang, lebar, dan tinggi, aku tidak bisa jelaskan sekarang."
"Dipersingkat saja." Rey memberi saran dengan entengnya.
"Tidak bisa, begini saja. Begitu acaranya selesai, aku janji akan menjelaskan semuanya padamu. Kau bisa pegang janjiku, karena aku tidak pernah mengingkari janjiku."
"Setuju!"
Kata-kata Rhea berhasil membuat Rey berubah haluan dan menuruti kemauan Rhea. Ia sedikit mempercepat laju motornya meski tidak sekencang yang tadi.
Syukurlah, Rhea datang tepat waktu sebelum acaranya benar-benar dimulai. Begitu tiba di lokasi, Rhea langsung turun dari jok motor dan berlari menyongsong neneknya. Rhea bahkan melupakan tas nya yang sejak tadi dibawakan Rey.
"Dia benar-benar aneh, ia bahkan lupa berterima kasih," gumam Rey sambil menatap tajam kepergian Rhea yang berlari semakin menjauh darinya.
Melihat banyaknya orang-orang berdatangan dengan menggunakan pakaian serba putih, Rey jadi penasaran, acara apakah yang sedang diadakan di tempat ini. Dan kenapa semua orang memakai pakaian dengan warna serupa?
Karena rasa penasaran itulah, Rey akhirnya turun dari atas motornya dan menuju ke tempat orang-orang ini berkumpul. Meski bingung, Rey memerhatikan gerak-gerik semua orang yang ada di balai ini. Mereka semua, duduk bersimpuh mengelilingi panggung yang terbuat dari lantai keramik berukuran seluas lapangan bulutangkis. Ditengahnya, terdapat sesembahan dikelilingi oleh bunga-bunga marigold yang baru saja dipetik.
"Apa ini?" gumam Rey karena merasa aneh dengan apa yang ia lihat disini.
BERSAMBUNG
***
Mulai masuk fantasi, hehe ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Aqiyu
😐
2022-09-23
0
Marlina
❤️
2021-12-03
0
clararine
♥️
2021-11-25
0