Apa orang ini sudah gila? Kenal aja nggak, ketemu juga baru sekarang, berani-beraninya dia nembak? pikir Rhea.
Sedangkan sorotan mata Rey yang sendu membuat Rhea sedikit bingung, apa orang ini benar-benar serius nembak dia.
"Katakan padaku, mau jadi pacarku?" tanya Rey sekali lagi. Sejak tadi, sedikitpun ia tak berpaling dari wajah cantik Rhea.
Teman-teman sekelas Rhea hanya bisa melongo melihat aksi gila Rey yang tiba-tiba saja nembak primadona kampus ini. Mereka semua malah bertaruh bahwa Rey pasti ditolak mentah-mentah oleh Rhea seperti yang biasa ia lakukan pada cowok-cowok lain yang nembak dia.
"Hei anak baru! Bisa-bisanya kau nembak primadona kami? Mending mundur saja, karena kau bakal ditolak seperti yang lainnya!" Ujar ketua kelas karena ia sendiri juga pernah mengalaminya.
Rey tak menggubris bisikan serta omongan orang-orang disekitarnya. Mata Rey terus saja menatap Rhea untuk menanti sebuah jawaban.
"Kalau sang primadona ini menolakku, harusnya ia sudah mengatakannya sejak tadi, kenapa dia hanya diam saja sekarang? Apa itu artinya ... kau bersedia jadi pacarku?" Rey sengaja mamancing reaksi Rhea.
"Apa kau sudah tidak waras? Siapa juga yang mau jadi pacarmu? Siapa namamu saja aku tidak tahu? Kau pikir aku cewek apaan, ha? Dasar!" umpat Rhea kesal.
Bukannya marah karena dikatai tidak waras, Rey malah tertawa terbahak-bahak sampai membungkukkan badannya. Semua orang dibuat bingung oleh suara tawa Rey yang memekikkan telinga siapapun yang mendengarnya.
"Kenapa dengannya? Apa dia sedang kerasukan?" tanya orang-orang yang ada disekitar mereka.
"Entahlah mungkin saja," jawab yang lainnya.
"Lihat ekspresimu? Kau pikir aku benar-benar menembakmu?" ujar Rey sambil terus tertawa dan itu membuat Rhea dan yang lainya langsung dongkol akut pada Rey karena ternyata Rey cuma berakting saja. Bisa-bisanya ia bercanda seperti itu.
"Jadi, itu tadi hanya lelucon?" tanya Rhea benar-benar marah." Ini pertama kalinya ia dikerjai seorang cowok dengan pura-pura nembak dia.
"Terserah kau menyebutnya apa, yang jelas aku hanya mencoba apa yang dilakukan semua pria dikampus ini padamu. Aku dengar mereka selalu menyatakan cinta padamu, dan kau juga langsung menolaknya." Rey sudah berhenti tertawa dan mulai memasang wajah serius lagi. "Tapi aku heran, kenapa kau tidak langsung menolakku saat aku nembak kamu tadi, apa ... kau jatuh cinta padaku?" Lagi-lagi Rey menggoda Rhea.
"Apa?" Wajah Rhea berubah jadi merah padam menahan marah. "Kau orang asing pertama yang ingin aku jadi pacarmu, wajar kalau reaksi pertamaku adalah terkejut, tapi bukan berarti aku suka dengan orang sepertimu! Sepertinya kau itu salah alamat, tempatmu bukan disini, tapi di rumah sakit jiwa! Dasar sinting!" Rhea memilih pergi daripada ia harus mengucapkan kata-kata yang lebih kasar dari ini.
Gadis itu mengambil napas dalam-dalam untuk mengatur emosinya agar tidak keluar lebih banyak lagi. Ia maju ke depan dan duduk di bangku kosong tepat setelah dosen pengampu mereka datang. Semua mahasiswa maupun mahasiswi berdiri memberi salam pada dosen tersebut.
Ibu dosen itu mengabsen setiap nama-nama mahasiswa yang hadir di ruangan ini sebelum ia memberikan pengarahan tentang apa yang bakal dilakukan selama 1 semester kedepan. Satu persatu, nama teman-teman Rhea mulai disebutkan sampai giliran Rhea sendiri yang dipanggil.
"Rhea Sasi Kirana Fahrezi," panggil dosen itu.
"Hadir Bu," jawan Rhea sambil mengangkat satu tangan kanannya.
"Reyshinhard Refey Dilagara, kau mahasiswa baru?" tanya dosen itu.
"Benar Bu," jawab Rey sambil menatap lurus punggung Rhea yang kebetulan memang duduk agak jauh didepannya.
Deg!
Jantung Rhea langsung berdetak sangat kencang saat mendengar nama yang baru saja disebutkan dosennya. Tubuhnya menegang seolah-olah sedang tersengat listrik dengan daya 1000 volt.
Nama itu ... itu ... adalah nama ... yang selalu muncul dalam mimpiku. Jadi, cowok itu bernama Rey? tanya Rhea dalam hati.
Mendadak, kepala Rhea terasa pusing dan berputar-putar. Sekelebat bayangan dan kejadian dimasa lalu mulai terlintas dipikiran Rhea. Hutan, air terjun, para binatang-binatang buas, dan orang asing itu ...
Tidak mungkin, ada apa ini? kenapa kepalaku sakit sekali?
Hati Rhea sedang bergejolak kuat. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Tubuh Rhea bereaksi seperti itu saat mendengar nama lengkap Rey disebutkan. Yang membuat Rhea semakin tidak mengerti adalah, tiba-tiba saja Rhea merasa lemas dan ia pun mulai jatuh tepat saat sebuah tangan menangkap kepala gadis itu agar tidak sampai menyentuh tanah. Rhea pingsan dipelukan Rey yang bergerak cepat menangkap tubuh primadona kampus itu.
"Rhea!" teriak Rey.
Samar-samar Rhea mendengar suara Rey sebelum ia benar-benar kehilangan kesadaran.
“Ini bukan akhir Rhea ... ini adalah awal mula kisah cinta kita. Izinkan aku menjagamu dihatiku. Aku ... akan selalu dekat dihatimu setiap waktu. Setiap hembusan napasku, akan mengingatkan hubungan kita. Namaku ... akan menjadi namamu ... Rey dan Rhea. Sampai ketemu lagi, Sayang ... aku telah menulis hidupku dinamamu. Aku akan hidup ... hanya untukmu.” Rey mencium mesra bibir Rhea. Rey membelai lembut pipi kekasihnya sambil menatap lekat-lekat wajah Rhea.
"Tidaaaaak!" teriak Rhea bangun dari pingsannya. Keringat dingin membasahi seluruh wajah cantik Rhea. Ia menyadari kalau kata-kata yang diucapkan pria asing itu hanyalah mimpi. Anehnya, ungkapan kalimat itu terasa benar-benar nyata dan hampir setiap hari Rhea terus memimpikan seseorang mengucapkan kalimat mengharukan sekaligus menyedihkan itu. Yang membuat Rhea shock, seseorang itu, mirip sekali dengan mahasiswa baru yang bernama Rey. Namanya pun juga sama.
"Pasti ada yang salah. Syukurlah itu cuma mimpi," gumam Rhea sambil mengusap peluh dengan tangannya. Napasnya masih tersengal-sengal karena tegang.
"Mimpi apa?" tanya seseorang yang langsung mengagetkan Rhea. Rhea langsung menoleh ke sumber suara itu.
Gadis itu baru sadar kalau ada orang lain selain dirinya di ruangan ini. "Kau?" tanya Rhea sungguh terkejut. "Bagaimana kau bisa ada disini?"
"Itukah ungkapan terimakasih yang kau ucapkan pada penyelamatmu?" Rey yang sejak tadi berdiri di sudut ruangan, mulai berjalan mendekat ke arah Rhea dan duduk disampingnya.
"Memangnya aku kenapa? Kenapa juga aku harus berterimakasih padamu?" cetus Rhea. Suasana hatinya benar-benar buruk sekarang.
"Kau tidak ingat? Kau pingsan di kelas dan akulah yang membawamu kemari," terang Rey.
"Kenapa kau yang membawaku? Kenapa bukan teman-temanku yang lain?"
"Karena ... kau pingsan tepat dipelukanku!" tandas Rey menatap manik mata Rhea.
Lagi-lagi, Rhea menjadi gugup bila Rey menatapnya seperti itu. Seketika kata-kata yang selalu ia dengar dalam mimpi, mulai terngiang lagi ditelinganya.
Ada apa denganku? pikir Rhea. Ia memegangi kepalanya yang mulai terasa berat lagi. Apalagi aksi Rey yang mencium bibirnya sungguh seperti nyata, dan bukan hanya mimpi belaka.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Aya Vivemyangel
seakan kisah Leo n Shena terulang lg , yg hrs dpisahkan sblm bersama n menghilangkan ingatany 😁😁🌷🌷
2022-04-01
0
clararine
👍👍👍♥️♥️♥️
2021-11-25
0
Nuyz Adjah
kerennnn...❤️❤️
Lanjut kak...,👍👍😍
2021-07-18
0