"Sudah aku bilang padamu, jika aku membuka helmku, kau bisa jatuh cinta padaku." Rey tersenyum simpul dan membungkuk dihadapan Rhea, rupanya ia meletakkan sepasang sepatu kets putih di depan Rhea. "Pakai sepatu itu, kakimu bisa lecet kalau kau berjalan tanpa alas kaki."
"Ambil kembali sepatumu! Aku tidak butuh sepatu ini. Aku punya sendiri!" Bentak Rhea karena ia masih kesal dengan Rey, pakaiannya dan pakaian teman-temannya jadi kotor begini.
"Pakai saja, dan ini ...." Rey memberikan se-set pakaian olahraga pada Rhea. "Itu semua aku ambil dari lokermu." Lagi-lagi Rey tersenyum dan sukses membuat Rhea terkejut.
"Apa? Kau bilang apa tadi?" tanya Rhea bingung. "Bagaimana kau bisa tahu dimana lokerku?" Rhea memeriksa sepatu dan pakaian yang baru saja diberikan Rey padanya. Dan benar saja,semua benda-benda ini adalah miliknya.
"Ehm, bagaiamana ya? Kasih tahu nggak ya ...." Rey tersenyum senang menggoda Rhea. Rey juga berani mengedipkan matanya melihat wanita cantik yang berdiri marah dihadapannya.
Mendadak adegan mesra mereka terganggu dengan datangnya kapten lapangan basket menghampiri Rhea.
"Rhea, kau tidak apa-apa?" Tanya kapten Basket itu dengan ekspresi cemas. "Maaf, lemparanku tadi terlalu kencang."
"Tidak apa-apa, aku berhasil menangkis lemparanmu tepat waktu sebelum bola itu mengenainya," jawab Rey langsung. Sorotan matanya mengisyaratkan 'Jika sampai kau melakukannya lagi, maka kaulah yang akan aku lempar jauh terbang tinggi diatas awan' begitulah kira-kira arti dari tatapan mata Rey pada sang kapten lapangan.
Tanpa bicara lagi, Reypun pergi meninggalkan area itu dengan segudang perasaan campur aduk tak karuan. Sejujurnya, ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi padanya saat ini. Ia tidak kenal siapa Rhea, tapi melihat gadis yang tadi sempat ia temui di perempatan lampu merah itu dalam kesulitan, Rey tidak bisa tinggal diam. Jantung Rey berdebar-debar kencang ketika melihat gadis asing yang tak terasa asing itu. Apalagi Rey sungguh terkejut setelah tahu kalau gadis itu ternyata seorang mahasiswi di kampus ini.
Ingin rasanya ia mengabaikan wanita cantik berhati mulia yang baru saja ia temui, tapi suara hatinya meminta supaya Rey lebih memerhatikan wanita yang bahkan ia tidak tahu namanya. Suara hati itu begitu kuat seakan memberitahu jika sampai Rey menolaknya, maka dia akan menyesal seumur hidup.
Akhirnya, rasa penasaranlah yang membuat Rey memutuskan untuk mencari tahu siapa wanita cantik itu. Tak perlu waktu lama untuk mencari nama dan loker milik Rhea karena Rey masih punya kekuatan tersembunyi peninggalan ayahnya. Dalam hatinya mendadak timbul ingin melindungi wanita yang bernama Rhea itu.
Perasaan sama juga dirasakan Rhea, sungguh Rhea ingin berlari mengikuti kepergian pria tampan yang sempat membuatnya kesal tapi juga kagum dalam waktu yang bersamaan. Namun, ia tidak mungkin melakukannya. Apa kata semua orang yang ada disini jika Rhea memilih mengejar pria asing itu. Yang bisa Rhea lakukan saat jni hanyalah menatap punggung Rey dengan sejuta pertanyaan mengenai siapa sebenarnya pria tampan itu.
"Rhea, Rhea ... kau dengar aku?" tanya Mala menggoyang-goyangkan tubuh Rhea yang sedang melamun.
"Ah, maaf." Rhea mulai sadar dari lamunannya. "Ada apa?" tanya Rhea gugup.
"Ayo kita ke kelas, aku juga harus segera berganti pakaian juga," ajak Mala.
"Ehm, ayo!" Rhea pun memenuhi ajakan teman-temannya. Mereka meninggalkan sang ketua basket sendirian dengan wajah kebingungan yang tak terkira karena dicuekin para wanita cantik.
"Aku heran, darimana cowok tampan itu tahu dimana letak loker Rhea? Dan kenapa cuma Rhea saja yang diambilkan? Kenapa tidak mengambilkan punyaku juga?" tanya Mala saat mereka semua ada di dalam toilet wanita.
"Entahlah, aku sendiri juga tidak mengerti," ujar Yuli sambil berganti pakaian olahraga setelah mengambil pakaian tersebut dari dalam lokernya.
"Apa kau mengenal orang itu, Rhea? Bukankah dia orang sama yang melempar Tomy ke atas pohon? Ia juga menangkis bola basket itu jauh diatas awan. Gila, kan? Apa dia seorang manusia super?" tanya Mala mulai berhalusinasi.
"Tidak, aku tidak kenal. Aku juga heran, bagaimana bisa dia tahu dimana lokerku berada yang artinya ia tahu namaku juga. Siapa dia?" Rhea terus memikirkan siapa cowok tampan itu sebenarnya.
Entah kenapa kepala Rhea terasa sangat pusing sekali karena terlalu memaksakan diri mengingat sesuatu yang tidak bisa dia ingat.
Hal mengejutkan tak juga berhenti menghampiri Rhea hari ini. Sepertinya, ini adalah hari yang mengejutkan untuk Rhea. Sebab, belum siang saja Rhea sudah melalui banyak hal tak terduga.
Dan sekarang pun, ia juga masih mengalami hal mencengangkan. Begitu masuk ke dalam kelas, ia sudah melihat Rey duduk di salah satu bangku kursi di kelas ini. Malangnya lagi, itu adalah kursi yang biasa diduduki Rhea. Otomatis Rhea keberatan kalau ada orang lain menduduki kursinya tanpa izin dulu darinya.
"Itu kursiku, sebaiknya kau cari tempat duduk lain," seru Rhea setelah ia berdiri di samping Rey.
"Apa kau punya dokumen resmi kepemilikan kursi ini? Kalau punya, aku akan pindah dari kursi ini dengan sangat senang hati." Rey tersenyum manis semanis madu, tapi bagi Rhea, senyuman Rey itu bagai racun mematikan karena sukses membuatnya kesal.
Rhea jadi merasa aneh pada pada orang ini, sebentar-sebentar ia bersikap menyebalkan, lalu berubah mengagumkan, sekarang malah bikin darah tinggi orang.
Apa dia seorang bipolar? tanya Rhea dalam hati sambil berhati-hati terhadap pria asing didepannya ini.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan? Kenapa terus saja cari gara-gara denganku? Bahkan kita tidak saling kenal?"
Rey berdiri dari kursinya dan menatap tajam mata Rhea. Tubuhnya lebih tinggi dari Rhea sehingga gadis itu menengadah membalas tatapan maut Rey. Sementara semua teman-teman sekelas mereka hanya bisa diam menyaksikan tanpa berani ikut campur urusan Rey dan Rhea kecuali satu orang.
"Hei, ada apa ini? Kenapa kalian berdua bersitegang?" tanya salah satu cowok yang tidak lain adalah ketua kelas mereka. Cowok itu berjalan mendekati keduanya. Rey langsung mendorong tubuh cowok tersebut kuat-kuat hingga terdorong jauh kebelakang dan tentu saja langsung membuat siapapun yang melihat kejadian tadi jadi tercengang.
"Jangan ikut campur," bentak Rey mengagetkan seisi ruangan.
Rhea benar-benar emosi kali ini. Tindakan cowok yang belum ia tahu siapa namanya ini sudah melewati batas.
"Apa sih maumu sebenarnya? Kenapa kau bersikap kasar pada teman-temanku? Kau itu mahasiswa baru disini. Harusnya kau bersikap sopan!" bentak Rhea dengan nada tinggi.
Sekali lagi, Rey menatap tajam mata Rhea. Ia sedang berperang dengan hatinya yang bergejolak, tapi akhirnya cowok itu memutuskan apa yang diperintahkan suara hati Rey walau itu sangat tidak masuk akal baginya.
"Aku, mau ... kamu ... jadi pacar aku!" tandas Rey dengan mantab. Kilatan mata elangnya menyiratkan bahwa ia tidak main-main dengan ucapannya barusan.
"Apa?" Rhea memicingkan matanya untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Abinaya Albab
hadew kok jadi kaya' Leo sama Shena ya 😁
2023-12-10
0
Teh Yen
gila bener" gila baru ke al.jg udh maen tembak aj oh ya ampun kaynya Rey ketularan om Leo yah 🤦🏼♀️😅😅😅
2022-09-27
0
Aqiyu
🙄
2022-09-23
0