Tatapan mata Rhea terus tertuju pada sosok pria berhelm yang baru saja melewatinya. Ia sungguh tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Tadinya, Rhea sangat membenci orang yang tidak bertanggung jawab itu atas apa yang sudah ia perbuat, tapi setelah melihat aksi nyelenehnya pada Tomy, Rhea merasa seolah mengenal siapa pria berhelm tersebut.
Terlemparnya Tomy sampai pingsan diatas pohon, merupakan hal aneh bin ajaib yang bisa dilakukan oleh seorang manusia. Semua orang mulai mengira, pengendara motor RSV itu bukan orang sembarangan dan tentu saja tidak bisa di remehkan. Dalam sekejap, pria asing tersebut menjadi seorang idola kampus dadakan.
Semua pasang mata tertuju ke arahnya, tapi yang jadi pusat perhatian malah tenang-tenang saja, ia bahkan menganggap tidak pernah terjadi apa-apa. Lebih parahnya lagi adalah pria berhelm itu menyalakan kembali motornya dan melesat pergi begitu saja dengan cueknya tanpa peduli dengan banyaknya pasang mata yang mengawasinya.
Satu hal yang Rhea sadari dari situasi sedikit mencengangkan tadi, Tomy gagal menembaknya dan untungnya Rhea tak perlu menjawab aksi gila teman sekelasnya itu. Sebab, Rhea sama sekali tidak tertarik menjalin kasih dengan siapapun dan lebih memilih fokus belajar saja.
"Sepertinya, aku pernah melihat dia, tapi dimana?" gumam Rhea sambil terus mengingat-ingat dimana mereka bertemu, tapi tak berhasil juga. Semakin ia berusaha keras mengingat, kepalanya jadi semakin berat. Mendadak, Rhea jadi kurang enak badan.
"Ada apa, Rhea? Kau nggak apa-apa, kan?" Tanya Mala penuh perhatian.
"Nggak, aku nggak apa-apa. Kau tenang saja. Ayo pergi, nanti kita bisa terlambat," ajak Rhea pada temannya.
"Bagaimana dengan sepatumu? Apa kau tidak mau mencarinya dulu? Kau bilang itu adalah sepatu dari zaman kuno dulu dan sangat berharga untukmu.
"Nanti saja mencarinya, aku masih ada sepatu cadangan di loker," jawab Rhea sambil tersenyum. Ia tidak ingin terlambat menghadiri rapat kelas. Alhasil, mau tidak mau Rhea berjalan kaki tanpa menggunakan sepatu.
Meski terlihat aneh, Rhea sama sekali tidak merasa risih. Sebaliknya, ia enjoy aja berjalan sambil bercanda dengan teman-teman tanpa menggunakan alas kaki apapun dan melupakan kejadian tadi.
Memasuki lapangan basket kampus, beberapa teman-teman Rhea mulai berhenti berjalan untuk melihat para idola kampus mereka sedang unjuk gigi bermain basket di lapangan. Sekali lihat, siapapun pasti tahu kalau Mala dan Yuli menyukai para bintang lapangan itu.
"Kenapa kalian tidak tembak mereka saja kalau kalian menyukai mereka?" goda Rhea pada teman-temannya yang mengetahui bagaimana perasaan mereka.
"Kau ini bicara apa? Nggak ah, gengsi dong ... masa cewek nembak cowok? Mau ditaruh mana muka kami?" ujar Mala yang wajahnya berubah jadi bersemu merah.
"Lagipula, jika kami nekat melakukannya, yang ada kami pasti di tolak mentah-mentah seperti kau yang biasa menolak semua pria saat menembakmu. Satu-satunya pria yang tidak mendengar penolakan darimu adalah Tomy, tapi sebagai gantinya ia berakhir mengenaskan diatas pohon karena ulah mahasiswa baru tadi," tambah Yuli, salah satu teman sekelas Rhea juga.
"Jangan bahas dia lagi, aku masih kesal padanya kaena gara-gara dia, aku terpaksa nyeker begini."
Teman-temannya hendak berkomentar, tapi mata mereka tertuju pada sebuah bola yang melayang tinggi di udara dan melesat cepat ke arah mereka yang sedang berdiri disini. Semuanya terkejut karena bingung siapakah diantara mereka bertiga yang bakal terkena bola basket itu.
Saking terkejutnya, ketiganya sampai lupa menghindar dan hanya bisa terbelalak menatap benda bulat yang hendak jatuh mengenai mereka. Dan orang yang ketiban sial mendapat hantaman bola basket itu adalah Rhea. Menyadari dirinya yang terpilih jadi sasaran bola yang melaju kencang itu, ia pun memejamkan mata pasrah akan nasib sialnya karena sudah tak mungkin lagi menghindar.
Tepat sebelum bola itu menyentuh kepala Rhea, tiba-tiba saja sebuah tangan menghalau bola basket itu agar tidak jadi menghantam gadis yang menjadi salah satu primadona di kampus ini. Seluruh teman-teman Rhea juga shock dan juga tidak bisa bergerak melihat apa yang bakal menimpa sahabatnya, tapi berkat tangan seseorang itu, Rhea selamat dari hantaman benda bulat tersebut. Dan seseorang itu benar-benar tampan bak seorang pangeran.
"Kau tidak apa-apa?" tanya seseorang yang tidak lain adalah Rey.
Rey menatap Rhea yang menutupi kepalanya dengan kedua tangannya. Menyadari bahwa bola basket itu tidak jadi mengenainya, Rhea menurunkan tangannya dan menatap wajah tampan Rey. Keduanya saling beradu pandang satu sama lain dalan diam.
Perasaan apa ini? Kenapa seluruh darahku serasa bergejolak melihatnya? batin Rhea.
"Siapa kau?" tanya Rhea dengan bibir gemetar. Entah kenapa ia serasa ingin menangis begitu melihat wajah tampan orang asing yang menyelamatkannya dari lemparan bola basket tadi. Dan anehnya bola itu sudah tidak ada lagi di sekitar Rhea. "Dimana bola itu?" Rhea mengamati sekeliling tapi tidak menemukan bola basket itu dimana-mana.
"Disana?" Rey menunjuk bola basket yang masih melesat terbang tinggi jauh diatas langit-langit sampai akhirnya menghilang dari pandangan mata semua orang.
Ini adalah pemandangan langka kedua yang Rey lakukan setelah ia membuat orang nyangsang diatas pohon hingga pingsan. Dan sekarang ia membuat kehebohan lagi dengan menangkis bola basket jauh-jauh dari tempat ini. Entah dimana bola basket itu mendarat sekarang.
"Sebenarnya, kau ini siapa?" tanya Rhea ingin tahu.
Rey tidak langsung menjawab, sebaliknya ia malah melumaat habis wajah Rhea dengan tatapan mautnya.
BERSAMBUNG
***
nanti siang aku up lagi sama up Leo juga. trus dukung karyaku dengan like komen dan votenya ya ...love you all ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Aqiyu
salah fokus sama kata MELUMAT habis wajah Rhea
2022-09-23
0
clararine
di mulainya kisah Rey dan rhea
2021-11-25
0
Dyra Annisa
lnjut
2021-07-17
0