...Flashback...
...~6 minggu sebelumnya~...
Di sebuah restoran hotel ternama berbintang lima di tengah kota Jakarta yang telah di reservasi sebelumnya, tampak banyak orang memenuhi restoran berpakaian semi formal.
Restoran hotel itu telah disulap menjadi tempat perjamuan mewah untuk memeriahkan pencapaian Davies Group atas keberhasilan pembangunan proyek Resort di Labuan Bajo, daerah Timur Indonesia.
Acara ini dihadiri oleh petinggi-petinggi perusahaan lain yang turut ambil bagian dalam kerja sama bisnis Davies Group.
“Davies Group berterimakasih atas kerjasama kalian. Semoga di kemudian hari kita bisa kembali bekerja sama” Ucap seorang lelaki mengenakan kemeja putih yang digulung setengah lengan dengan gesper yang terlilit rapi di pinggang rampingnya menambah kesan santai dan elegan.
“Silahkan nikmati hidangan kalian!” tambahnya lagi sambil mengangkat segelas wine sebagai tanda penyambutan hidangan.
Kemudian lelaki itu berjalan menuju sofa dan meja yang terlihat cukup luas untuk menambah wine yang telah diteguknya. Disana terdapat beberapa orang rekan bisnisnya yang turut serta menikmati hidangan.
“Baru saja acara dimulai kau sudah meneguk dua gelas wine” celetuk seorang pria berpakaian formal terlihat memperhatikan lelaki itu
“Aku hanya ingin menikmati pesta ini” jawabnya singkat sambil meneguk segelas lagi. "Sayang, minuman seenak ini disia-siakan" ucapnya lagi
Saat mereka mengobrol dan menikmati hidangan, seorang wanita berkulit putih tinggi mengenakan jaket tebal menghampiri mereka.
“Hai, tuan-tuan terimakasih atas jamuannya” wanita itu langsung duduk dan menyambar segelas wine yang ntah punya siapa di atas meja.
Sepertinya wanita ini sudah setengah mabuk, dia tampak tidak normal mengenakan jaket tebal seperti di musim salju serta mata terlihat mengantuk. Matanya terlihat berat seperti mengantuk.
“He, Eve. Lebih baik kau berhenti minum” tegur seorang wanita yang sedari tadi bergabung dengan kumpulan lelaki di meja itu. Ia mengambil gelas yang dipegang Eve, tapi wanita itu menepis tangannya.
“Ini yang terakhir” jawabnya sambil meletakkan gelas yang sudah kosong sembarang arah.
“Kau tampak menikmati jamuan kami” lelaki yang memiliki gaya rambut comma style itu terlihat tersenyum berat memperhatikan sikap Eve,
Tak menjawab apapun, Eve beranjak “Aku lelah, aku akan beristirahat” ucap Eve sambil berdiri hendak berlalu meninggalkan acara tersebut.
"Kau perlu menanda tangani satu berkas yang belum kau selesaikan” lelaki itu menahan tangan Eve.
“Besok saja diurus” Eve menepis tangan lelaki itu dan berlalu begitu saja.
“Aishhh, dia kira waktu ku hanya untuk dia saja” geram lelaki itu memandang tak suka kepada Eve
“Biar aku yang berikan nanti kepada Adrian” Tawar salah satu lelaki yang merupakan asistennya.
“Kau urus cepat, kita akan kembali ke rumah setelah itu” lelaki itu menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa dan kembali meneguk wine nya.
...***...
Lelaki yang bernama Agra itu terlihat sibuk mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan, Dia sedang mencari seseorang, sesekali melihat teleponnya dan menempelkan pada telinga..
Sial.. tak ada jawaban
Namun tiba-tiba ponselnya berdering, tanpa melihat siapa nama pemanggil, ia mengangkat telepon dengan nada kesal,
“Hallo”
“APAAA???”
Wajahnya tampak begitu panik mendengar suara diseberang sana.
Dengan kecepatan kilat, Agra berlari kembali kepada lelaki yang sedang duduk di sofa dan melemparkan map coklat yang sedari tadi dipegangnya untuk diserahkan kepada Adrian.
“Aku tak bisa pulang bersamamu, aku harus pergi sekarang. Nomor 107 berkasnya” Ucapnya tergesa-gesa sambil melemparkan sebuah kunci mobil yang di rogohnya dari kantong celana dan berlalu tanpa meminta jawaban dari lelaki itu
“Aishhh, dia pikir siapa bosnya!!” dengus lelaki itu memasang wajah kesal kepada Agra.
Dia kemudian memunguti map dan kunci yang berhamburan diatas badannya sambil menggerutu geram “awas aja, kuturunkan gajimu”
Setelah melakukan semua kegiatan dimalam itu, berbincang dan mengobrol ringan serta menyapa semua tamu yang hadir. Lelaki itu berniat pulang lebih dulu karena telah merasa pusing pada kepalanya.
Dia pun keluar restoran menuju lobby hotel, tapi dia tersadar dan tertegun melihat map coklat yang masih setia dipegangnya sedari tadi.
Dia menghembuskan nafas malas kemudian berbalik arah kembali memasuki hotel dan menuju kamar 107 yang disebutkan Agra secara samar-samar tadi.
“Harusnya ini bukan urusanku lagi. Agra sialan itu seenaknya pergi. Dia pikir dia siapa?” Seringai kesal menghiasi wajahnya sambil berjalan tertatih, berusaha menahan rasa berat dan pusing di kepalanya.
Namun karena tuntutan berkas yang harus segera di tanda tangani ini, Ia tetap memaksakan diri menuju kamar orang yang bersangkutan. Besok siang dia akan terbang ke Australia, untuk menyerahkan berkas kerja sama ini kepada rekan bisnisnya diluar negeri. Urgent.
Thiingggg..
Thingg
Thingg
Thingg..
Thing…..
Thingg
Bel kamar hotel nomor 107 terus berbunyi tanpa jeda, namun penghuninya tak kunjung membukakan pintu. Lelaki itu terus menekan bel tapi tetap tak ada jawaban.
Terlalu lama berdiri membuat tubuhnya lunglai, ia menyandarkan keningnya ke pintu karena sudah tak tahan merasakan berat dan pusingnya.
Thingg…
Dengan wajah malas dan gerakan perlahan, wanita yang sedang terbaring disofa dekat TV itupun tersadar setelah mendengar bunyi bel berkali-kali,
Dia berjalan sempoyongan menuju pintu dan berbicara entah apa. Rambut yang berantakan dan mata setengah terbuka karena kantuk dan mabuknya, Ia bergumam kesal mengumpati siapa penekan bel yang berani menganggunya.
“Ada apa? Ganggu sa--”
BRUKKKKK
Tubuh lelaki itu ambruk ketika Eve membuka, jatuh dan menimpa tubuh mabuk Eve hingga terbentur ke lantai.
“Aishhh siapa ini?"
"Beraaaaat"
Gerutunya dengan suara khas orang mabuk sambil mendorong dan berusaha menyingkirkan tubuh lelaki itu, namun tenaganya saat mabuk tak sekuat biasanya. Seperti berton-ton besi hingga ia tak kuat mendorongnya.
Lelaki itu membuka mata perlahan, matanya tampak merah karena mabuk.Pandangannya linglung, dia tak sadar bahkan tak merasa sakit ketika sikunya memar karena membanting lantai.
Mata itu memandangi wajah Eve dengan tatapan sayu, memperhatikan setiap lekukan wajah wanita dibawah sinar remang kamar tersebut.
Perlahan dia mendekatkan wajahnya kepada Eve, menghirup dalam wangi aroma parfum Vanilla Roses yang semerbak mewangi di daerah leher Eve.
Eve dalam kondisi mengantuk dan mabuk masih memejamkan matanya sambil mendorong dengan lemas tubuh lelaki itu. Setengah sadar ia berusaha membuka mata, Apa dan siapa yang menghimpit tubuhnya.
Bukannya menyingkirkan tubuhnya, lelaki itu malah memeluknya pelan dan menciumi bibir Eve, menyesapnya dan memainkan bahkan memberikan rangsangan kecil.
Eve yang sedang dibawah pengaruh alkohol pun merasa terpancing dan membalas perlakuan lelaki itu dengan mesranya.Hingga berujung perasaan saling menginginkan lebih satu sama lain. Lelaki itu menutup pintu dan mengangkat tubuh Eve ke kasur dan melanjutkan permainan mereka.
Keesokan harinya, ketika Eve terbangun dia menyadari tangannya memeluk seorang lelaki tanpa baju terbalut selimut masih terpejam dengan damai.
Eve terbelalak dan segera melepaskan pelukannya. Kondisi kamar yang berantakan, pakaian berserakan dan bau alkohol yang menyengat. Membuatnya heran bukan kepayang.
Lalu menatap lekaki disampingnya dengan kilat mata kesal. Kejadian tadi malam berputar secara samar di otaknya.
"Sial aku sampai mabuk separah ini" gumamnya meraup wajah frustasi.
"Kau, Kau kenapa mau?"
Lelaki itu membuka matanya mendengar ocehan Eve yang menggeram.
"Kau juga mau" ucapnya santai sambil melemparkan bantal pada Eve, dan ikut bangun mendudukkan diri
"Eh. Kau, kau kurang ajar ya sengaja kesini saat aku sedang mabuk!!" tuduhnya dengan mata melotot tajam
"Ah ini gara-gara asisten sialanku itu, aku pun mabuk dan ingin segera pulang. Tapi berkas itu belum.. mana berkasnya?" Seketika wajah kesal lelaki itu berubah menjadi panik karena tak melihat map coklat yang dibawanya semalam.
"Itu tak penting, sekarang coba lihat apa yang udah kita lakukan" teriak Eve sambil menunjuk-nunjuk dia dan pakaian yang bertebaran dilantai.
"Aku..aku tak tahu akan begini" jawab lelaki itu terbata-bata tidak tahu harus mengatakan apa
Ashiittttt Eve mengacak rambutnya frustasi.
"Eve, maafkan aku. Tapi sungguh semalam diluar kendaliku, aku juga tak pernah sampai mabuk separah ini" Ucapnya pada Eve memberi penjelasan, ia pun turut merasakan kacau mengingat kejadian semalam.
"Pergi kau dari sini" usir Eve dengan nada marah pada lelaki itu.
"OK. OK. Aku pergi. Tapi kau juga mabuk, bukan aku aja" Ucapnya seolah ingin membela diri.
Lelaki itu mengambil pakaiannya yang kebetulan tergelatak ditepian kasur dekatnya berbaring, dan berlalu pergi dari kamar hotel tersebut.
Dia menghela nafas berat karena tersadar ini hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya. tapi siapa sangka akan begini, Dalam kondisi mabuk, dia sangat sulit mengendalikan diri.
"Semoga Eve tak apa-apa" gumamnya sambil melajukan mobilnya membelah jalanan pagi.
...***...
...Eve tersadar dari lamunannya memutar bola matanya malas mengingat semua, lalu keluar dari kamar mandi dan mengambil ponselnya....
...menekan sebuah nomor yang tak pernah dia hubungi kecuali adanya kerja sama beberapa waktu lalu....
...■■■■■■■...
......opss, siapakah lelaki itu?......
...hmm, terimakasih buat yang sudah baca. kritik dan saran terbuka ya, mari sama-sama saling suport agar jadi penulis yang lebih baik. jaga kesehatan, and always he happy....
...luv u💜...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Ka'Unna
semangat kak🥰
2022-12-26
0
Yu Sara
support novel ini jga ya
2022-04-11
0
auliasiamatir
eve.. makanya jangan banyak minum .. jadi kembung kan.. lama tuh.. kempesnya.. 9 bulan Lo.
2021-11-20
2