Pesta kembang api di mulai, semua mata terpana ngeliat api warna-warni itu meledak-ledak di udara. Seirama sama jantung Reca yang belom juga berenti deg-degan sejak tadi. Bayangan ciuman pertama itu juga ga' mau ilang.
" Jadi Esa?" Desy yang udah ikutan gabung langsung ngerti gitu liat Esa disebelah Mika.
" Apaan?"
" Ya apa lagi klo bukan kalian..." Desy menggantung kalimatnya tapi menunjuk-nunjuk Mika dan Esa bergantian.
" Masih belum."
" Jadi bakalan iya dong."
" Hayoooo...." Raka, Desy, Angel dan Bayu terbahak-bahak ngeledekin Mika yang udah mati kutu ga' bisa ngelak lagi. Desy dan Angel yang dikasih kode sama Raka langsung ngerti untuk mengajak Esa ketempat lain, soalnya ini pembicaraan antar lelaki.
" Sa! Temenin gue bentar ya...." Ajak Desy
" Oh...boleh."
" Mik, Lo udah nembak dia?" Todong Raka begitu Esa pergi
" Re, sinih lo harus denger ini. Gue jamin ini hari kebebasan lo."
" Kak Re sana dulu ya."
" Tapi Re ada yang mau kakak omongin." Kendra menahan tangan Reca, yang sebenernya mulai tau apa yang dikmaksud Kendra.
Beberapa menit lalu Resya sangat nunggu hal ini. Tapi sekarang Reca malah jadi males dan berniat menghilang dari Kendra sebelum cowo' cakep itu ngungkapin perasaannya. Reca masih ingin menikmati masa ini, dekat lebih lama tanpa harus jadian dulu, mengenal Kendra lebih dalam sebelum memutuskan jadi pacarnya.
" Please kak, buat Re yakin klo kagum ini beneran cinta." Batin Resya, bukan cuma kegaguman sesaat atau cinta monyet belaka.
" Kita ikut mereka dulu ya kak, kesana dulu nanti kita ngobrol ya?" Reca memperlihatkan wajah mengiba. Kendra
tersenyum, dia meleleh melihat Reca yang sangat imut malam ini. Lalu mengangguk setuju.
" Apaan-apaan?" Reca antusias nanyain temen-temennya yang lagi introgasi Mika. Dibalas tatapan Mika ke arah Kendra. Yang artinya, ngapain lo disini ini pembicaraan gank gue dan lo ga' termasuk. Kendra yang paham tatapan itu menoleh Reca yang membalas tatapan Mika sambil menggengam erat tangan Kendra. Yang artinya Kendra ikut sama gue, dan gue akan pergi klo tanpa dia. Mika buang muka, males.
" Eh bentar-bentar..." Reca buru-buru mencari handphone di clucth miliknya begitu berbunyi.
" Hallo! Iya ma?" Semua nungguin Reca yang lagi nelpon dengan mama, kayaknya.
" Mama di... mana?" Muka Reca keliatan pucat, dan suaranya yang gemetar terdengar lemah. Semua panik. Mika buru-buru menggenggam tangan Reca, Kendra merasa disisihkan. Dialah seharusnya yang berhak melakukan itu.
" Kenapa Re?" Mika khawatir, Reca ga menjawab hanya ngeberi tatapan syok yang sulit percaya. Ngebuat Mika semakin takut.
" Re?" Handphone Re jatuh tapi dibiarkanya. Semua orang keliatan bingung dan menunggu jawaban Reca, namun gadis periang itu hanya menatap Mika tanpa bicara apapun. Suaranya terdengar menahan tangis, alis mata dan pupilnya bergerak tak beraturan seolah bercerita. Dia takut, dia hancur, marah, duka ini... sangat tidak tertahankan.
" Re?" Mika memeluk Reca, pertahanannya hacur dan berakhir menangis sejadi-jadinya dipelukan sahabatnya itu.
Walaupun tidak tau apa alasanya, Mika membiarkan gadis itu meluapkan semua padanya. Bahkan membiarkan Reca memukul dan meremas tangannya. Sakit, tapi biarlah. Ga lama Esa kembali dan menyaksikan semua, bagaimana Mika memeluknya, bahwa dia sangat peduli dan seolah dia yang paling berhak. Saat itu juga hati Esa patah seribu.
" Kamu kenapa Re? Aku takut." Rintih Mika dalam hati.
*****
Sejak malam itu Re tidak pernah lagi keliatan atau masuk sekolah. Baik Mika dan kawan-kawan tidak tau apa yang terjadi hari itu. Mereka hanya tau bahwa ayah Reca meninggal, tapi para sahabatnya itu tidak bisa mendampingi Reca karena keluarga membawa jenazah ke kampung halamannya untuk dikuburkan di sana. Paginya mereka semua dikejutkan dengan berita di televisi bahwa ayah Reca meninggal karena dibunuh dan belum diketahui motif pembunuhannya.
" Re..." Mika berusaha menghentikan Reca malam itu yang berlari pergi tanpa memberi tahu apapun. Mika menyesalinya karena tidak mengikuti Reca, saat itu dia berpikir mungkin Re butuh waktu untuk sendiri. Kalau saja Mika tau itu hari terakhir mereka bertemu. Kalau saja dia menemani Reca hari itu.
" Wah..Hebat..." Desy membanting buku yang dipegangnya ke meja. Marah karena tidak mengerti. Tapi kemudian matanya berkaca-kaca. Raka dan kawan-kawan menunggu, kenapa?
" Reca udah ga akan masuk lagi. Kepsek bilang kemarin mamanya ngurus surat pindah Sekolah. Uggghh... kok dia ga cerita dengan kita ya..." Desy mulai terisak. Ada sejuta pertanyaan yang ingin mereka tanyakan, lebih dari itu semua mereka ingin Reca membagi bebanya.
*****
Saat itu musin dingin di Finlandia, dua keluarga kecil yang memiliki satu orang putra dan yang satunya seorang putri. Tanpa sengaja dua keluarga ini bertemu tanpa saling mengenal sebelumnya. Tidak ada yang istimewa awalnya, mereka hanyut dalam liburan keluarga di musim dingin, hingga si putri kecil itu jatuh di padang salju dan
menangis.
" Oh hati-hati sayang" Ibu nya berlari dari kejauhan hendak menolong.
" Oh jangan menangis." Ibu si laki-laki yang lebih dekat dengan tempat kejadian tersenyum, terutama saat melihat putranya yang baru berusia empat tahun itu berusaha membantu dengan kepolosannya.
" Cup, cup, cup. jangan nangis. Ini coklat mau?" Si ibu tersenyum. Bijak sekali putraku, pikirnya. Dia bahkan membantu si gadis kecil yang sama umur denganya itu, untuk berdiri dan membersihkan mantelnya yang terkena salju.
" Oh terimakasih, eh..thank you, thank you."
" Orang Indonesia juga ya.."
" Oh iyaaaa... kebetulan ya... terimakasih putra ibu baik sekali, pintar ya."
" Hahaha (tertawa ramah) Iya... terimakasih aunty. Tinggal dulu ya.. kami mau balik neh ke hotel lagi... ayo sayang"
" Oh yaaa....terimakasih banyak ya."
" Atau mau ikut dengan kita, kita bisa wisata bareng."
" Oh...sayang sekali...liburan ini bersama tim kantor...maaf.."
" Oh ya ga apa-apa kok..." Bersamaan saat si ibu sibuk beramah tamah.
" Jangan sedih lagi ya." Si kecil yang tampan mengusap air mata si putri kecil, yang masih terlihat sedih, bahkan masih tampak bulir air mata nya. Si cantik mungil itu pun mengangguk lucu.
Entah bagaimana keakraban itu terjalin begitu saja, keduanya sesekali tertawa bersama dengan bahasa balita yang hanya dipahami oleh mereka. kedua balita itu malah terlihat bergandengan tangan. Imutnyaaa...
" Sekali lagi terimkasih ya..Ayo sayang.." Kedua ibu menarik lembut tangan anak mereka, sibalita pun melepas tangan sahabat barunya itu dengan berat seraya saling melepaskan pandangan perpisahan diakhiri senyum kecil.
Dengan sebuah takdir, Tuhan kembali mempertemukan kedua balita itu secara ajaib. Terlalu banyak kebetulan jika dibilang sebuah ketidaksengajaan. Mereka bertemu kali ini, sebuah toko mainan.
" Besok kita ketemu lagi ya." Si gadis kecil berambut ikal itu mengangguk.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments