Keesokan harinya, Kenanga menemui Nurman, pelaku satu-satunya yang masih hidup. Dia ingin mengorek semua informasi yang gagal didapatkan rekan kerjanya.
Kenanga duduk tenang menunggu Nurman yang sedang dibawa dari selnya. Tak lama, Nurman datang dengan tangan terborgol dan wajah kusut nyaris pucat. Kantung mata lelaki itu hitam dan matanya memerah. Dia pasti tak tidur dengan baik.
Para sipir meninggalkanya berdua saja dengan Nurman. Setelah semua pergi, Kenanga mulai membuka pembicaraan.
"Kau orang Miracle kan?"
Nurman tersentak dengan pembawaan Kenanga yang datar dan dingin itu. Dia langsung terintimidasi.
Tapi Nurman tak menjawabnya. Dan Kenanga tidak perlu bertanya dua kali untuk tahu. Dia bisa menyimpulkannya sendiri.
"Orang yang menembak rekanmu juga orang Miracle, kan? Sepertinya tanpa disadari kalian diawasi."
Nurman diam saja.
"Kalian menyalahgunakan wewenang hingga kelalaian kalian mengantarkan kalian pada kehancuran. Salah satu mata bisnis Miracle hancur karena kalian. Bukan hanya itu, cara murahan dan rendahan dengan menyebarkan rumor kultus agama dan insiden zombie juga pasti membuat mereka marah. Karena hal itulah, banyak para polisi dan agent yang curiga. Tapi kalian cukup gerak cepat, langsung membunuhnya." ucap Kenanga dingin.
"Ledakan itu, saya berani jamin, bahwa kalian tidak tahu ada bom yang tertanam disana. Mereka sudah menyiapkan amunisi, jaga-jaga bila tikus peliharaan mereka berbuat kesalahan, mereka hanya tinggal menekan tombolnya dan boom! Arman yang ditembak, saya yakin itu juga bukan kebetulan."
Nurman menelan ludahnya.
"Kami tidak berbuat kesalahan. Kami melakukan ini sudah sangat lama. Tak mungkin kami membuat kesalahan. Mereka tidak akan menghukumku!" ucap Nurman gemetaran.
"Cih." Kenanga berdecih sinis, "Khayalanmu sungguh menakjubkan. Jelas-jelas pabrik itu hancur setelah 17 tahun dan kau sangat tidak sadar diri dengan kesalahanmu."
"Mau saya beritahukan sesuatu?"
Nurman mendongak dan Kenanga menatapnya dengan seringaiannya.
"Dia akan mendatangimu malam ini." bisik Kenanga dengan suara yang amat menakutkan di telinga Nurman.
"Aaa! Jangan!" jerit Nurman menutupi kedua telinganya. Dia gemetar ketakutan.
"Orang yang sama yang membunuh Arman, juga akan membunuhmu. Sama seperti target kami tiga tahun yang lalu, dia dibunuh melalui kecelakaan parah. Tapi saya tidak yakin, bagaimana cara dia akan mendatangimu dan membunuhmu. Karena kau masih di sel dan sendirian, mungkin dia akan menyamar jadi sipir atau tahanan tapi yang pasti ada banyak cara untuk menyusup dan membunuhmu."ucap Kenanga santai.
"Ti-tidak, s-saya mohon, ss-selamatkan saya." mohon Nurman sudah berkeringat dingin. Dia amat ketakutan.
"Bagaimana caranya menyelamatkanmu kalau malaikat mautmu sudah didepan hidungmu?" balas Kenanga acuh.
"S-saya mohon. Sa-saya masih ingin hidup. S-saya berja-janji, a-akan menerima sa-sanksi apapun. Saya rela dipenjara seumur hidup!" mohonnya dengan tangisnya.
"Bukankah itu sama dengan menunggu mati." tukas Kenanga. Perempuan itu memiringkan tubuhnya dan melipat kedua tangannya di dada, "Tunggu saja malam ini. Berdoa saja dia akan membunuhmu tanpa rasa sakit." lanjutnya santai.
Nurman seketika bersimpuh. Dia mendongak pada Kenanga dengan penuh rasa putus asa. Dia memohon pada Kenanga.
"Aku mohon selamatkan aku. Aku tidak ingin mati sekarang. Aku berjanji aku akan mengikuti prosedur hukum yang berlaku. Aku tidak keberatan akan dihukum berapa lama, aku tidak peduli. Tapi aku belum ingin mati." mohonnya.
Kenanga hanya menatap datar.
"Duduk." titahnya dingin.
Nurman seketika duduk kembali. Kedua tangannya menyatu di depan dadanya. Menatap Kenanga penuh permohonan.
Kenanga mendesah pelan, "Baiklah, saya akan memaksimalkan penjagaan untukmu malam ini. Tidurlah yang nyenyak, jangan khawatir." ucap Kenanga.
"Benarkah?" serunya senang.
"Tapi itu tidak gratis. Kau harus membocorkan semua yang kau tahu. Aku memberimu pelindungan dan kau memberiku informasi, bagaimana?"
Nurman langsung mengangguk.
"Pilihan yang bagus. Jadi pertanyaan pertama, apa yang kau tahu soal Miracle? Dan dimana markas mereka?"
Nurman terdiam. Dia seketika menggeleng.
"Aku hanya tahu mereka organisasi mafia paling kaya raya sekaligus berbahaya di dunia. Mereka akan memberi banyak keuntungan untuk setiap anggotanya. Kalau markas, aku tidak tahu."
Kenanga menganggukan kepalanya, "Lalu bagaimana cara kau menjadi anggotanya?"
"Aku ditawari seseorang di jalanan. Mereka bilang, kalau aku ikut dengan mereka, aku bisa kaya. Jadi aku ikut mereka dan mereka memberikanku pekerjaan ini."
"Maksudmu mereka merekrutmu begitu saja?"
Nurman mengangguk, "Aku orang miskin. Tidak punya keluarga sama sekali jadi aku luntang-lantung di jalanan."
Tidak punya keluarga? Masuk akal kalau mereka merekrut orang seperti Nurman. Tapi Ahmad? Bukankah dia punya keluarga?
"Lalu berapa gajimu setiap bulannya?"
"Aku dibayar pertahun. Totalnya bisa mencapai satu milyar."
Mata Kenanga membulat sedikit. Gajinya fantastis. Pantas mereka semua tergiur.
"Orang yang merekrutmu, kau tahu siapa dia?"
Nurman menggeleng, "Dia menutupi wajahnya dengan masker hitam dan topi hitam. Dia hanya mengenalkan diri sebagai Black."
"Black?" Nurman mengangguk.
"Ciri-cirinya, kau pasti ingat kan?"
"Dia...kurus tinggi, nada suaranya berat. Kulitnya sedikit pucat dan di pergelangan tangannya, ada tato kupu-kupu kecil."
"Pergelangan tangan mana?"
"Kanan."
"Arman dan Mila, bagaimana kalian saling mengenal? Apakah mereka juga direkrut dengan cara yang sama sepertimu?"
Nurman menggeleng, "Aku tidak tahu bagaimana mereka direkrut. Saat aku datang, mereka sudah bekerja disana."
"Kau pasti tahu kan siapa saja anggota Miracle selainmu?"
"Aku hanya tahu beberapa. Miracle sangat misterius terutama para anggotanya. Tidak ada yang tahu siapa saja. Semuanya bisa menyebar di berbagai lini pemerintahan. Bisa juga warga biasa sepertiku."
"Sebutkan siapa saja yang kau tahu. Semua yang berhubungan dengan kalian dan pabrik juga."
"Kau punya kertas?" tanyanya.
Kenanga langsung memberikan buku catatannya berikut pulpennya. Nurman pun mulai menulis. Kenanga mengamatinya.
Nurman selesai menulis. Ada tiga nama disana. Cukup sedikit dibanding dugaan Kenanga.
"Hanya itu?"
"Tidak mudah untuk mengetahui identitas mereka. Mereka datang ke pabrik dengan nama samaran. Dan aku tidak berhubungan langsung dengan mereka. Arman dan Mila yang biasanya menyambut mereka."
"Tapi kau terlihat seperti ketuanya."
Nurman menggeleng, "Bukan. Aku tidak tahu apapun. Pengetahuanku jauh lebih sedikit dibanding mereka. Hanya saja sifatku memang sedikit bar-bar." lirihnya.
"Bukan bar-bar tapi kurang ajar." koreksi Kenanga. Nurman menunduk.
"Saya tidak yakin bertanya soal pemimpin Miracle karena kau pasti juga tidak tahu kan?" Nurman mengangguk.
"Yang aku tahu dia dipanggil The Boss dan ketua."
Kenanga menganggukan kepalanya.
"Pertanyaan terakhir, Potongan kepala, gigi dan mata, itu adalah para polisi dan agent yang kalian bunuh?"
"Iya. Tapi bukan aku yang melakukannya. Arman dan Mila yang mengeksekusinya. Aku bersumpah." ucapnya panik.
"Jadi dimana tubuh mereka?"
"Mereka menguburnya di bawah air terjun." tandas Nurman.
Kenanga terkejut.
***
Usai melaporkan hasilnya pada Bagas, Bagas langsung memerintahkan semua orajurit untuk mencari keberadaan jasad para polisi dan agent itu. Dani, Panji dan Riko ikut dalam misi itu. Sedangkan yang lainnya menunggu di markas untuk memonitor.
Angga dan Bagas duduk dengan gelisah. Tak seperti kedua rekannya, Kenanga tenang seperti biasanya.
"Lapor kapten, kami menemukan tulang belulang." lapor Riko.
"Lanjutkan." balas Bagas.
"Siap, laksanakan."
Mereka melihat sendiri bagaimana proses pengangkutan tulang belulang dari dasar air itu. Sebenarnya ada beberapa proses pembusukan mayat hingga tersisa tulang belulangnya saja. Tapi beda cerita bila di air, proses pelapukannya bisa lebih cepat terutama di air tawar.
"Kita cukup beruntung karena masih ada yang tersisa. Biasanya pelapukan di dalam air tawar jauh lebih cepat." ucap Riko.
Bagas mengangguk setuju, "Hanya perlu di autopsi saja. Tapi bagaimana dengan sisa anggota tubuh yang lain? Kau bilang mereka disimpan di ruangan rahasia itu." tanya Bagas menoleh pada Kenanga.
"Sudah hancur. Bom itu bertujuan menghancurkan ruangan itu saja." jawab Kenanga.
Bagas dan Riko mendesah pelan.
"Oh ya, nanti malam berikan penjagaan yang ketat untuk Nurman di selnya. Saya sudah berjanji padanya." ucap Kenanga.
"Kau yakin dia akan selamat?" tanya Bagas skeptis.
"Apa maksud Anda, kapten?" sela Riko.
"Kalaupun dia lolos malam ini, dia tetap tidak akan lolos hukuman mati yang menantinya. Lagipula belum tentu, ada yang akan membahayakan nyawanya." jelas Bagas.
"Saya yakin dia akan datang. Bagaimanapun, Nurman sudah membocorkan semua informasi yang dia tahu." tukas Kenanga.
"Kau yakin informasinya bisa dipercaya?" tanya Bagas.
Kenanga mengangguk, "Dia memberitahukan dengan jelas soal keberadaan jasad-jasad itu. Tidak ada alasan baginya berbohong, toh karena dia pasti berfikir untuk apa menyimpan rahasia selamanya?"
Riko mengangguk setuju, "Dia tertekan keadaan. Nyawanya dalam bahaya dan satu-satunya yang bisa dimintai bantuan adalah kita. Dia masih ingin hidup jadi dia harus melewati malam krusial ini."
"Baiklah, saya akan membicarakannya dengan atasan." ucap Bagas setelah itu pergi meninggalkan ruangan.
"Dia aneh." komentar Kenanga.
"Apa maksudmu?" tanya Riko.
Kenanga langsung menggelengkan kepala.
"Saya hanya asal bicara."
Riko mengangguk-angguk.
***
Alfin sedang bermain game kala Satya datang dengan snelinya. Lelaki itu langsung merebahkan diri di sofa.
"Baumu busuk." celetuk Alfin.
Satya langsung membuka matanya. Dia melotot, "Aku membersihkan ruanganmu dan juga rumahmu!" serunya kesal.
Alfin hanya ber'oh' ria.
Drrt
Alfin terkejut kala bundanya menelpon. Dia langsung memberi tanda agar Satya diam. Setelah itu mengangkat telfonnya.
"Halo, bun. Assalamu'alaikum." ucap Alfin tenang.
"Waalaikum salam, Fin. Kamu sibuk? Bunda menganggu tidak?"
"Tidak apa-apa, bun. Alfin tidak terlalu sibuk. Ada apa ya bun?"
"Begini, kalau kamu lenggang hari sabtu malam, datanglah makan malam bersama. Nanti bunda chat dimana alamatnya. Itu pun kalau kamu sedang tidak sibuk, kalau sibuk tidak apa-apa."
"Oh, Alfin punya waktu luang kok bun. Insyaallah Alfin nanti datang." jawab Alfin.
"Oh alhamdulillah kalau begitu. Bunda bertanya dulu takut-takut nanti kamu tidak bisa hadir kalau diberitahukan mendadak."
"Iya bun, insyaallah Alfin datang. Ada lagi bun?" tanyanya.
"Sudah itu saja. Bunda hanya menelfonmu untuk mengatakan itu saja. Oh ya, jangan lupa makan ya nak. Meski sibuk, kamu harus perhatikan pola makanmu. Jangan sampai pasien sembuh, dokternya yang tepar."
Alfin terkekeh, "Siap bun."
"Tapi kamu tidak apa-apa kan, nak? kamu baik-baik saja? Perasaan bunda dari kemarin tidak enak soalnya."
Alfin terdiam. Dia bertukar pandangan dengan Satya yang juga turut mendengarkan.
Satya geleng-geleng kepala. Firasat seorang ibu memang tidak pernah salah.
"Euu..Alfin baik-baik saja kok bun. Bunda jangan khaawatir."
"Oh syukur kalau kamu baik-baik saja. Bunda lega." ucapnya mendesah lega.
"Iya bun."
"Ya sudah bunda cuma mau mengatakan itu saja. Bunda tidak ingin menganggu pekerjaanmu lebih lama lagi. Bunda tutup ya. Assalamu'alaikum"
"Waalaikum salam, bun."
Usai sambungan terputus, Satya berceletuk, "Andai bundamu tahu bahwa firasatnya benar, Dia pasti akan datang sambil menangis."
"Jangan sampai bundaku tahu. Awas saja. Tutup mulut bocormu." desis Alfin.
Satya hanya mengangguk santai.
***
Kenanga tengah naik lift menuju apartementnya. Apartementnya berada satu gedung dengan Satya dan Alfin. Mereka juga tetanggaan, hanya saja Kenanga satu lantai diatas mereka. Tapi Alfn tidak tahu hal itu dan Satya jelas tidak punya kepentingan untuk mengatakannya.
Drrt
Kenanga memeriksa pesan yang masuk. Dan pesan dari Meilani membuatnya berdecak.
Dia bukan penyihir
Sabtu malam luangkan waktumu. Kita akan makan malam dengan seseorang yang spesial. Ingat datang, kalau kamu tidak datang sebelum jam tujuh, akan ada hukuma yang menantimu.
NB : Tante tahu kode sandi laptopmu dan sekarang laptopmu sedang disandera sampai makan malam selesai, HAHAHA.
Kenanga menghembuskan nafasnya pelan, mencoba menenangkan emosinya.
Dia lalu mengedit kontak Meilani dan mengganti nama kontak tantenya.
Dia adalah Penyihir.
Lalu menekan tombol Save.
Ting
Kenanga keluar dari lift dan langsung masuk ke apartementnya. Begitu masuk ke kamar, sebuah kotak berisi dress peach dan sepatu hak tinggi berwarna senada tergeletak di atas ranjangnya.
Sebuah sticky notes tertempel di atas kotak. Kenanga membacanya.
Dress cantik yang tante pilih selama satu jam jangan lupa dipakai saat makan malam. Sepatunya juga. Jangan lupa dandan, jangan datang kalau tidak cantik!
Kenanga berdecak kesal. Apa lagi yang direncanakan Meilaini sebenarnya?!
***
Malam itu di sel, Nurman duduk meringkuk. Para sipir dan penjaga tambahan berseliweran di sekitar selnya. Sesuai janji Kenanga, penjagaan untuknya diperketat.
Tibalah makan malam. Seorang sipir datang membawa nampan makanan. Nurman ragu dan curiga. Bagaimana kalau makanan ini sudah disabotase?
"Tapi saya tidak yakin, bagaimana cara dia akan mendatangimu dan membunuhmu. Karena kau masih di sel dan sendirian, mungkin dia akan menyamar jadi sipir atau tahanan tapi yang pasti ada banyak cara untuk menyusup dan membunuhmu."
Mengingat ucapan Kenanga, Nurman seketika ketakutan.
"Tidak ada racun di dalam makanan ini." ucap sipir itu menyadari arti tatapan Nurman.
Tapi Nurman sudah terlanjur trauma.
"Makan saja. Kalau kau tidak makan ya sudah. Tinggalkan itu sampai besok pagi." lanjut sipir itu. Setelah itu dia keluar dari sel.
Nurman terdiam menatap makanan itu. Dia seketika tergiur dengan menu makanan yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini tampak sangat lezat.
Nurman seketika bimbang. Haruskah dia memakannya? Tapi bagaimana kalau sungguhan ada racun? Tapi dia sangat lapar. Dan ini adalah makanan favoritnya. Nurman sungguh bimbang.
Mungkin memang tidak ada racunnya. Kucicip saja sedikit. batinnya.
Akhirnya Nurman goyah. Dia menyendokkan satu suap sup ke mulutnya. Lelaki itu seketika tertegun menyadari nikmatnya sup itu.
"Tidak ada yang terjadi apapun." gumam Nurman setelah menunggu beberapa saat.
Akhirnya Nurman melanjutkan makannya dengan hati yakin bahwa tidak ada racun didalam makananannya.
Nurman terus makan hingga tak menyisakan nasi sedikitpun. Nurman pun kehausan, dia langsung meminum air hingga tandas.
"Heu! Huek! Tiba-tiba Nurman hendak muntah. Dia memegangi lehernua yang serasa tercekik. Matanya melotot dan lidahnya terjulur keluar.
Hingga--
Bruk
Nurman ambruk dengan tubuh menelungkup. Tubuhnya kejang-kejang.
"To-tolong...." lirihnya berusaha meminta pertolongan.
Tapi tidak ada satupun yang mendengarnya. Semua penjaga tiba-tiba menghilang dari sekitar selnya. Dan Nurman berjuang sendirian mengatasi sekaratnya.
Dalam hatinya, Nurman merutuki kebodohannya. Dia sudah diperingatkan bahwa ada banyak cara untuk membunuhnya. Tapi Nurman tetap masuk dalam perangkap. Kini dia harus menghadapi masa sekaratnya.
"Heuuu." Nurman susah bernafas. Wajahnya sudah biru.
Dan setelah kejang beberapa detik, lelaki itu terbaring lemas. Matanya tetap terbuka dan nafasnya telah terhenti.
Nurman meninggal dunia.
Di sisi lain, pintu lapas terbuka. Seseorang berbaju serba hitam keluar dari sana. Dia berjalan santai. Tangan dengan tato kupu-kupu di pergelangan tangannya terayun ringan mengikuti setiap langkah lebar kakinya. Di balik maskernya, bibir itu menyeringai tipis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Suci Waty
ckckckk sadis jg miracle...
bagus thor ceritanya..
bikin penasaran...
jgn lupa,,tetap semangat thor💪💪💪
2021-07-30
0
amalia gati subagio
yeee... otw berdua...😈 aku padamu dah thor ❤💖💚💛💙💜💪💪💪💪
2021-07-30
0
zae
next kak kyge
2021-07-30
0