Bab 17. Permintaan Maaf

Kenanga pulang ke rumah tante dan omnya. Tapi baru saja dia hendak naik ke kamarnya, Meilani sudah berdiri menatapnya dari lantai dua. Tatapannya cukup menyeramkan.

Meilani menggerakkan kedua jarinya menyuruh Kenanga naik menghampirinya. Kenanga hanya mendesah pelan. Dia naik tangga ke lantai dua.

Setelah berada di hadapan Meilani, Kenanga diam saja. Hingga Meilani membuka pembicaraan.

“Tante sudah dengar. Katanya kamu diselamatkan oleh lelaki lain saat menjalankan misi. Siapa?” tanyanya. Rautnya yang tadi datar kini menjadi tertarik.

“Tidak tahu.” Jawab Kenanga singkat.

“Mana mungkin kamu tidak tahu? Katakan, siapa dia? Kenapa dia mau menyelamatkanmu?” tanya Meilani lagi.

Kenanga berdecak sebal, “Seharusnya yang tante tanyakan itu kondisiku bukannya malah penasaran ingin tahu siapa dia.”

“Kamu kan baik-baik saja. Tapi lihat lelaki itu. Dia terluka kan?” tukas Meilani.

“Kenanga masuk ke kamar dulu.” pamit Kenanga hendak pergi tapi Meilani langsung gerak cepat menarik belakang baju Kenanga.

“Tunggu dulu.” tegas Meilani menghadapkan Kenanga kembali menatapnya. Wajah Kenanga kini sudah keruh.

“Anggap saja tante sudah tahu siapa.” tandasnya. “Tapi tante dengar kamu malah marah-marah sama dia sampai nampar lagi. Kamu waras tidak?!” seru Meilani berubah kesal.

“Darimana tante tahu?” tanya Kenanga.

“Tentu saja dari Panji!”

Panji sialan. Lihat saja nanti di kantor besok pagi. Akan dia hancurkan lelaki itu hingga jadi makanan anjing militer. Kenanga mendengus kesal.

“Hei, jawab, kenapa kamu malah memarahinya alih-alih berterima kasih?” tanya Meilani.

“Aku hanya tidak suka berhutang budi saja.” Jawab Kenanga acuh.

“Dasar tidak tahu bersyukur. Kalau saja lelaki itu tidak berlari menyelamatkanmu, mungkin yang datang ke rumah saat ini arwah kamu!” omel Meilani.

"Tapi gara-gara dia juga, kami dimarahi habis-habisan." balas Kenanga tak mau kalah.

Pletak

Meilani menyentil dahi Kenanga karena kesal.

"Tante!" seru Kenanga kesal.

"Pokoknya sekarang kamu minta maaf." tandas Meilani.

"Kenapa harus minta maaf?"

"Tentu saja karena kamu tidak berterima kasih dan malah mengomelinya. Kamu itu dasar ya!"

Kenanga berdecak kecil, tidak suka dengan ide Meilani.

"Aku tidak mau." tolak Kenanga berbalik pergi.

Tapi Meilani menjegal kaki Kenanga hingga Kenanga hampir jatuh kalau dia tidak sigap. Dia mendelik pada tantenya yang malah tersenyum tak berdosa.

"Pokoknya tante tidak akan membiarkanmu beristirahat sedetikpun kalau kamu belum meminta maaf padanya." tegas Meilani.

Kenanga menghembuskan nafas pelan berusaha menenangkan emosinya.

"Ikut tante sekarang, kita beli bunga."

"Bunga?" tanya Kenanga tidak mengerti.

Meilani menganggukan kepalanya, "Kalau kamu tidak bisa mengatakannya dengan kalimat maka bunga bisa mewakilinya." tandasnya.

***

Seusai mandi dan sedikit makan siang, Kenanga kembali diseret Meilani ke toko bunga.

Ketika Meilani asik memilih bunga dengan antusias, maka berbalik dengan Kenanga yang tak tertarik sama sekali. Dia memilih tak masuk ke dalam dan duduk di kursi depan toko.

Tak lama, Meilani selesai memilih bunga. Dia membawakannya pada Kenanga yang duduk tenang tak peduli di luar toko.

"Nih." ujar Meilani menyerahkan sebuket bunga tulip putih pada Kenanga.

"Kenapa tante memilih bunga untuk belasungkawa?" celetuk Kenanga.

"Belasungkawa? Ini bunga permohonan maaf tahu!" balas Meilani sebal.

"Benarkah?" sahut Kenanga acuh. Dia malah bermain ponsel kembali.

Meilani berdecak sebal. Dia merampas ponsel Kenanga. Kenanga menatap tantenya dingin.

"Kembalikan." ucapnya datar.

Meski cukup takut dengan tatapan dingin keponakannya itu, tapi Meilani tetap teguh. Dia harus memberikan pelajaran pada Kenanga soal meminta maaf dan berterima kasih pada orang lain.

"Tante akan mengembalikannya kalau kau setuju untuk menjenguknya. Cukup minta maaf dan jangan lupa berterimakasih."

Kenanga mengibaskan tangannya, "Tidak perlu dikembalikan." ujarnya acuh.

"Ya sudah deh kalau begitu jangan salahkan tante kalau semua video mukbang Nex Carlos, tante hapus!" ancam Meilani.

Kenanga melotot tidak terima. Kalau ada di dunia ini video yang tidak boleh dihapus satupun di ponselnya adalah video mukbang food vlogger favoritnya!

"Oke, hanya perlu datang saja kan?" Kenanga mengalah.

Dan Meilani tersenyum kemenangan karena ancamannya berhasil.

"Bawa bunga juga dan ingat say sorry and thank you."

"Tapi tante tidak perlu ikut." tegas Kenanga.

Meilani mengangguk mantap, tidak masalah.

"Oke."

***

Kenanga sampai di rumah sakit tapi dia tengah dalam suasana hati yang buruk. Tentu saja.

Dia berjalan dengan enggan menuju ruangan Alfin. Dan di tangan perempuan itu tergenggam sebuket bunga tulip putih. Dan pemandangan langka itu menjadi perhatian bagi semua orang terutama yang mengenal Kenanga. Karena melihat perempuan itu membawa bunga saat mengunjungi orang yang sakit, merupakan pemandangan langka. Kenanga risi ditatap sedemikin rupa oleh orang-orang.

Salahkan Meilani!

Kenanga sampai di ruangan rawat Alfin tapi dia tidak langsung masuk melainkan hanya berdiri diam. Kenanga berkali-kali menggelengkan kepalanya.

Ini terasa tidak benar.

Nanti saja aku menjenguknya. Masih ada waktu lain. fikir Kenanga.

Perempuan itu hendak berbalik arah tapi sebuah tangan menghentikan niatnya.

"Tante!" seru Kenanga terkejut. Dia tidak menyadari bahwa tantenya mengikutinya ke rumah sakit.

Bukankah dia sudah bilang kalau tantenya tidak boleh ikut?!

"Masuk." titah Meilani. Kenanga menggeleng tidak mau.

Akhirnya Meilani yang membuka pintu. Kenanga terkejut tak percaya dengan ulah tantenya.

"Letnan Kenanga?" ucap Alfin dari kamar.

Kenanga terdiam mendengar suara Alfin. Dan parahnya tantenya langsung kabur begitu saja setelah menempatkannya dalam situasi canggung ini. Kenanga bahkan tak bisa membalikkan badannya. Dia sudah terlalu malu.

"Letnan Kenanga? Mau masuk?" ucap Alfin lagi.

Kenanga menutup matanya sebelum dia membalikkan tubuhnya. Tapi betapa terkejutnya dia kala tak hanya ada Alfin di ruangan, melainkan beberapa dokter dan perawat juga ada disana. Mereka semua kompak menatap Kenanga.

Sial, umpat Kenanga dalam hati. Perempuan itu lekas menyembunyikan bunga di balik punggungnya.

"Silakan masuk, Letnan." ucap Alfin lagi.

Kenanga berdeham, membersihkan tenggorokannya yang tiba-tiba saja kering. Dia tetap berdiri dan belum masuk dan itu mengundang kernyitan di dahi semua orang. Hingga salah satu dokter menceletuk.

"Kita tidak boleh berlama-lama menganggu pasien. Dokter Alfin juga harus menerima tamu yang lain." celetuknya sambil melirik Kenanga.

"Ah, saya tidak masalah kok. Silakan berkunjung kapan saja." balas Alfin.

"Kalau begitu saya masih boleh disini kan?" sela salah seorang dokter wanita genit.

"Jangan, Letnan Kenanga sudah menunggu di depan. Kasihan, dia pasti ingin menjeguk dokter Alfin." tukas dokter laki-laki yang tadi menceletuk. Dokter wanita itu memberengut sebal.

"Intinya selamat datang di rumah sakit kami, Dokter Alfin. Silakan masuk kerja bila Anda sudah sembuh sepenuhnya." jawab dokter paruh baya bernama Anton. Dia dokter kepala bedah saraf, departemen baru Alfin nanti.

"Terima kasih, dok. Maaf kesan pertama yang saya berikan malah menjadi pasien." ucap Alfin tidak enak.

"Tidak masalah, kami tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pengorbanan Anda sangat besar, Anda perlu diberi pujian. Letnan Kenanga juga sependapat, kan?" Dokter Anton melirik Kenanga dengan senyuman kecilnya.

Alfin langsung meliriknya. Terlihat Kenanga mengangguk kaku.

"Ya sudah, tidak baik terus menganggu waktu istirahat Dokter Alfin. Kami permisi dulu, dokter. Oh ya, ruangan Anda sudah dibersihkan."

"Terima kasih dok."

"Sama-sama. Kami pamit dulu. Mari, Dokter Alfin, Dokter Satya."

"Sampai bertemu lagi, Dokter Alfin." semua dokter wanita juga perawat melambai dengan sedih karena tidak bisa melihat Alfin lebih lama.

Semua dokter dan perawat meninggalkan ruangan. Mereka menyapa Kenanga sebelum menyebar menuju tempat masing-masing.

Sepeningggal mereka, Kenanga masuk ke dalam ruangan. Dia tetap menyembunyikan bunga itu di punggungnya.

"Umm, kalau begitu aku pergi dulu ya. Kabari kalau butuh apa-apa." Satya juga hendak pergi, bermasuk meninggalkan Alfin dan Kenanga berdua.

"Jangan!" cegah Kenanga, "Saya tidak akan lama." lanjutnya.

Alfin dan Satya saling berpandangan, "Oh baiklah kalau begitu." jawab Satya. Dia duduk di sofa dan bermain game.

Kenanga berdeham singkat sebelum menghampiri ranjang Alfin.

"Ba-bagaimana keadaanmu?" tanya Kenanga cukup terbata-bata.

"Keadaan saya baik kok. Tapi kenapa Letnan Kenanga kembali lagi?" tanya Alfin.

"Itu--" Sial, Kenanga kehilangan kata-katanya. "Saya hendak mengunjungi pasien melahirkan disini. Dia salah satu istri dari rekan kerja saya." lanjut Kenanga berbohong.

"Jadi itu sebabnya Anda membawa buket bunga?" tanya Alfin melirik bunga yang disembunyikan Kenanga.

"Ten-tentu saja." jawab Kenanga cepat.

Alfin mengangguk-anggukan kepalanya.

Dan pembicaraan terputus. Kenanga hanya duduk diam di kursi sedangkan Alfin juga diam di ranjangnya. Mereka tidak tahu apa yang harus dibicarakan dalam situasi secanggung ini.

Tok Tok

Alfin dan Kenanga sontak menoleh ke arah pintu dan Kenanga membelalakan matanya kala yang datang adalah Meilani. Tantenya itu tersenyum lebar dan masuk ke ruangan.

"Maaf ya menganggu, Dokter Alfin?" Alfin mengangguk meski bingung, "Kenanga, kamu sudah memberikan bunganya?" tanyanya.

"Bunga?" sela Alfin bingung.

"Nanti saja." jawab Kenanga pelan.

"Kenapa harus nanti saja? Berikan saja sekarang padanya. Cepat, sebelum layu seperti permintaan maaf kamu." titah Meilani.

Kenanga mendesah pelan. Dia menyerahkan bunga itu ke Alfin.

"Untukmu." ucapnya singkat.

"Loh, bukankah kata Anda ini untuk istri rekan Anda yang melahirkan?" Alfin bertambah bingung.

"Hah? Siapa istri rekanmu yang melahirkan?Bukannya istri Riko sudah melahirkan tahun lalu? Dan rekanmu yang lain kan masih belum menikah semua. Lagipula itu bunga permintaan maaf, kamu memberikan bunga itu karena meminta maaf sudah membuat mereka melahirkan, begitu?" ucap Meilani panjang lebar dan itu makin membuat Kenanga semakin kehilangan muka.

"Itu bunga untukmu. Saya berbohong." lirih Kenanga.

"Ah, begitu. Tidak apa-apa. Terima kasih atas bunganya, Letnan dan--" Alfin menatap Meilani dengan pandangan bertanya.

"Saya Meilani, tantenya Kenanga." ucap Meilani memperkenalkan diri.

"Ah, saya Alfin, tante." balas Alfin ramah.

"Ya ampun sudah dipanggil tante, serasa sudah iparan saja." kikik Meilani riang.

Kenanga menyengggol lengan Meilani menegur kata-katanya karena melihat wajah Alfin yang terlihat cukup terkejut itu. Sedangkan Satya yang mendengarnya tersenyum kecil di sofa.

Lalu seorang perawat datang membawa nampan makan siang Alfin. Setelah menaruhnya di nakas, dia lekas pergi.

Tiba-tiba Meilani terfikirkan ide cemerlang di otak cantiknya. Dia memanggil Satya yang masih asik bermain game.

"Satya, antar saya beli minuman yuk." ajaknya.

Satya mendongak.

"Tante saja sendiri, kenapa malah mengajak Satya?" sela Kenanga jelas keberatan. Kalau Satya juga pergi, maka dia hanya akan berdua dengan Alfin.

"Terserah tante dong, mau ngajak siapa. This is not your bussiness." ucap Meilani enteng.

Kenanga hanya memutar bola matanya, malas.

"Yuk, Satya." ajaknya lagi.

Satya pun berdiri, dia menatap Alfin, "Pergi dulu ya, Fin." ucapnya.

Alfin menganggukan kepalanya.

Satya dan Meilani pun pergi. Tapi sebelum menghilang di balik pintu, Meilani menoleh, "Dokter Alfin, jangan lupa makan siang ya. Kalau kesulitan, minta tolong Kenanga saja."

"Kenapa harus aku?" protes Kenanga.

"Karena tangannya sedang terluka. Dan salah siapa lagi kalau bukan kamu?" balas Meilani.

"Tidak masalah tante, saya bisa pakai tangan kiri saja." sela Alfin tidak enak.

"Kenapa harus pakai tangan kiri, kalau masih ada tangan kanan lain? Sudahlah, biarkan Kenanga yang menyuapimu. Dia harus menebus dosanya." sindirnya melirik Kenanga.

Setelah mengatakan itu, Meilani pun pergi diikuti Satya.

Sepeninggal tantenya yang menyebalkan itu, Kenanga melirik Alfin yang terdiam canggung.

Kenanga lalu tanpa kata mengambil nampan makanan. Ada nasi dan sup bening sebagai menu makan siang Alfin.

Kenanga pun duduk.

"Buka mulutmu." titahnya datar.

Alfin terkejut, dia tidak percaya bahwa Kenanga sungguhan mau menyuapinya.

"Cepat, tangan saya pegal." desak Kenanga.

Alfin yang masih dalam keadaan terkejut, pun membuka mulutnya. Kenanga mulai menyuapkan makanan.

"Uhuk, panas." seru Alfin tersedak karena panas.

Kenanga terkejut, dia memberikan air pada Alfin.

"Bagaimana sih mereka, makanannya seharusnya didinginkan dulu." decak Kenanga.

Kenanga menyendokkan kembali nasinya tapi kini dia meniupnya dahulu. Alfin membeku melihat tindakan Kenanga itu.

"Kurasa sudah lumayan." ucapnya menyuapkan makanannya ke mulut Alfin.

"Suhunya pas?" tanya Kenanga.

Alfin mengangguk kaku.

Dan setelahnya Kenanga terus menyuapi Alfin. Mereka tidak terlibat pembicaraan apapun. Kenanga yang asik meniup makanan lalu menyuapkannya pada Alfin. Dan Alfin yang hanya bisa membuka mulut tanpa mampu membuka suaranya. Mereka saling terdiam.

Tak terasa, makanan Alfin sudah habis. Kenanga menaruh nampan kosong itu ke atas nakas. Sedangkan Alfin minum.

"Obatmu." Kenanga menyerahkan dua butir obat.

Alfin menelan obatnya setelah itu Kenanga mengambil gelas yang sudah kosong dan menaruhnya di samping nampan.

Dan setelah itu, mereka saling terdiam. Tidak tahu harus bagaimana. Sedangkan Meilani dan Satya juga belum terlihat batang hidungnya.

"Terima kasih sudah membantu saya makan. Tapi kenapa Anda mau melakukannya?"

"Seperti kata tante saya tadi. Penebusan dosa."

Kenanga lalu diam. Dia terlihat ragu tapi setelah itu mulai berbicara kembali.

"Maaf." tandasnya.

Alfin menoleh.

"Maaf karena saya memarahimu dan menamparmu. Padahal kamu sudah menyelamatkan saya. Seharusnya saya berterima kasih." ucap Kenanga pelan.

"Saya sudah memaafkannya. Saya justru yang meminta maaf, karena saya Anda dimarahi oleh atasan Anda." balas Alfin.

Kenanga menggeleng, "Tanpa keterlibatan kamu pun, kami pasti akan dimarahi karena meski misi ini sukses tapi juga gagal dalam prosesnya. Sejujurnya, saya hanya tidak terbiasa. Saya biasa menyelamatkan bukan diselamatkan. Rasanya cukup aneh dan tidak menyenangkan."

"Anda tidak suka saya menyelamatkan Anda?" tanya Alfin.

Kenanga sontak menggelengkan kepalanya, "Bukan. Saya hanya tidak suka berhutang budi pada seseorang apalagi nyawa. Terutama pada orang asing."

Alfin terdiam.

"Jadi sebagai balasannya, saya akan mengabulkan satu permintaanmu. Apa saja." tandas Kenanga.

"Apa saja?" Kenanga mengangguk.

Alfin terdiam memikirkan kira-kira apa yang ingin dia minta. Dan dia harus memikirkannya dengan cermat, agar rasa bersalah Kenanga bisa hilang.

"Saya..." Alfin menatap Kenanga, "Ingin berkenalan dengan Anda." tandasnya.

"Apa?" sahut Kenanga tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Saya ingin berkenalan dengan Anda." ulang Alfin.

"Apa maksudmu?" Kenanga masih belum mengerti.

"Kan tadi Anda bilang sendiri, kalau diselamatkan orang lain sangat aneh dan tidak menyenangkan terutama oleh orang asing. Dan saya tidak ingin menjadi asing. Jadi saya ingin berkenalan dengan Anda." jelas Alfin tersenyum.

Kenanga tak percaya dengan pendengarannya, "Jadi itu yang kau inginkan?" Alfin mengangguk mantap.

"Lalu bagaimana cara mewujudkannya? Kita tidak bisa memutar waktu."

Alfin tersenyum kecil. Dia mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Kenanga.

"Saya Alfin Adendra, salam kenal." ucapnya.

Kenanga menatap tangan Alfin yang terulur, masih tidak percaya dengan apa yang dia alami saat ini.

"Tangan saya pegal." ucap Alfin meringis. Dia menggunakan tangannya yang terluka.

Kenanga mendesah pelan, "Seharusnya gunakan tangan kiri saja." ucapnya.

"Tidak sopan dan tidak resmi." tukas Alfin.

Kenanga mengalah. Dia akhirnya menjabat tangan Alfin, "Saya Kenanga Anggia. Salam kenal juga." balasnya. Lalu jabatan mereka terlepas.

"Jadi sekarang kita sudah saling mengenal. Jangan anggap saya orang asing lagi ya, Letnan." ucap Alfin.

Kenanga mengangguk, "Kamu juga jangan panggil saya dengan sebutan Letnan. Rasanya aneh diucapkan bukan oleh orang sesama militer." kernyitnya.

"Kalau begitu saya panggil kak, boleh?" Kenanga menganggukan kepalanya setuju.

"Oke Kak Anggi." ucap Alfin riang.

"Anggi?" sahut Kenanga terkejut.

"Nama panggilanmu biar singkat. Kak Anggi." pungkas Alfin tersenyum.

Kenanga membeku dan entah kenapa, melihat senyuman Alfin, hati Kenanga menghangat.

Kak Anggi...

***

"Nah, lihat kan mereka sudah berbaikan." ucap Meilani bangga. Dia dan Satya sedari tadi memang mengawasi mereka berdua dari balik pintu. Meilani berbohong soal membeli minuman.

"Ibu memang luar biasa." puji Satya takjub.

"Iya dong, Meilani, istrinya Danjen Akra gitu loh." balas Meilani sombong. Satya hanya tersenyum senang.

"High five!"

Meilani dan Satya bertos senang. Mereka senang melihat Kenanga dan Alfin telah berbaikan terutama Meilani yang senang dengan perubahan Kenanga. Keponakannya yang sudah dia anggap sebagai putri kandungnya itu mau meminta maaf dan megakui kesalahannya.

Terpopuler

Comments

Suci Waty

Suci Waty

so sweet..
lanjut thor...
tetap semangat yach thor..💪💪💪😘

2021-07-30

0

fitriaqfi

fitriaqfi

mantap 👍

2021-07-29

0

Ida Zubedd

Ida Zubedd

semangaaaaat

2021-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Bab 1. Dua Orang Asing
3 Bab 2. Misi
4 Bab 3. Hujan di Spanyol
5 Bab 4. Miracle
6 Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7 Bab 6. Ada Apa?
8 Bab 7. 3 Tahun
9 Bab 8. Pertemuan Kedua
10 Bab 9. Gembala
11 Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12 Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13 Bab 12. Terseret Masa Lalu
14 Bab 13. Ritual
15 Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16 Bab 15. Amarah Bersalah
17 Bab 16. Bunga Tulip Putih
18 Bab 17. Permintaan Maaf
19 Bab 18. Tato Kupu-kupu
20 Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21 Bab 20. Perjodohan
22 Bab 21. (Jangan) Batalkan
23 Bab 22. Hati Saya Menghangat
24 Karya Baruuu!!
25 Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26 Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27 Bab 25. Angga Tahu
28 Bab 26. Bocor
29 Bab 27. Jatuh Hati
30 Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31 Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32 Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33 Bab 31. Babak Baru
34 Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35 Bab 33. Kekasih?
36 Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37 CAST
38 Bab 35. Menunggu Pulang
39 Bab 36. Pulang
40 Bab 37. Here I am
41 Bab 38. Cha Cha Cha
42 Bab 39. Milikku adalah Milikku
43 Bab 40. Zona A-31
44 Bab 41. Sudah Suka?
45 Bab 42. Janji
46 Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47 Bab 44. Hadiah Perkenalan
48 Bab 45. Bekerjasama
49 Bab 46. Dancing in the Rain
50 Bab 47. The Night
51 Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52 Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53 Bab 50. Camp
54 Bab 51. Who Are You?
55 Bab 52. The Boss
56 Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57 Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58 Bab 55. Satria yang Meluruh
59 Bab 56. Prince's Tears
60 Bab 57. Runtuh
61 Bab 58.
62 Bab 59.
63 Bab 60.
64 Bab 61.
65 Bab 62.
66 Bab 63.
67 Bab 64.
68 Bab 65.
69 Bab 66.
70 Bab 67.
71 Bab 68. END
Episodes

Updated 71 Episodes

1
PROLOG
2
Bab 1. Dua Orang Asing
3
Bab 2. Misi
4
Bab 3. Hujan di Spanyol
5
Bab 4. Miracle
6
Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7
Bab 6. Ada Apa?
8
Bab 7. 3 Tahun
9
Bab 8. Pertemuan Kedua
10
Bab 9. Gembala
11
Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12
Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13
Bab 12. Terseret Masa Lalu
14
Bab 13. Ritual
15
Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16
Bab 15. Amarah Bersalah
17
Bab 16. Bunga Tulip Putih
18
Bab 17. Permintaan Maaf
19
Bab 18. Tato Kupu-kupu
20
Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21
Bab 20. Perjodohan
22
Bab 21. (Jangan) Batalkan
23
Bab 22. Hati Saya Menghangat
24
Karya Baruuu!!
25
Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26
Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27
Bab 25. Angga Tahu
28
Bab 26. Bocor
29
Bab 27. Jatuh Hati
30
Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31
Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32
Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33
Bab 31. Babak Baru
34
Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35
Bab 33. Kekasih?
36
Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37
CAST
38
Bab 35. Menunggu Pulang
39
Bab 36. Pulang
40
Bab 37. Here I am
41
Bab 38. Cha Cha Cha
42
Bab 39. Milikku adalah Milikku
43
Bab 40. Zona A-31
44
Bab 41. Sudah Suka?
45
Bab 42. Janji
46
Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47
Bab 44. Hadiah Perkenalan
48
Bab 45. Bekerjasama
49
Bab 46. Dancing in the Rain
50
Bab 47. The Night
51
Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52
Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53
Bab 50. Camp
54
Bab 51. Who Are You?
55
Bab 52. The Boss
56
Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57
Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58
Bab 55. Satria yang Meluruh
59
Bab 56. Prince's Tears
60
Bab 57. Runtuh
61
Bab 58.
62
Bab 59.
63
Bab 60.
64
Bab 61.
65
Bab 62.
66
Bab 63.
67
Bab 64.
68
Bab 65.
69
Bab 66.
70
Bab 67.
71
Bab 68. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!