Bab 15. Amarah Bersalah

Alfin dan Satya duduk termangu di penginapan mereka. Sudah tiga jam Tim Rajawali keluar dan tidak ada kabar apapun. Alfin berulang kali melirik alat yang diberikan Kenang dan tidak ada tanda-tanda yang bahaya muncul. Sejujurnya dia senang itu berarti mereka baik-baik saja.

"Aku mulai mengantuk." celetuk Satya. Dia menguap beberapa kali.

"Jangan tidur dulu. Kita harus tetap terjaga. Siapa tahu ada yang terjadi pada mereka." cegah Alfin.

Satya hanya mendesah pelan. Dia bermain ponsel untuk menghilangkan rasa kantuknya.

Sedangkan Alfin hanya terus diam sambil memerhatikan alat khusus itu yang tergeletak di atas meja.

"Fin, kau tahu." celetuk Satya. "Siska akan kembali." lanjutnya.

Alfin hanya menganggukan kepala. Satya pun berbicara lagi.

"Siska itu bersahabat dengan Letnan Kenanga, itu sebabnya aku kenal dengannya."

Alfin seketika menoleh pada Satya. Dia tertarik dengan cerita Satya.

"Lanjutkan." titah Alfin.

Satya hanya tersenyum kecil, "Sebenarnya apa yang ingin kau tahu?" tanya Satya seakan bisa menebak fikiran Alfin.

Alfin terdiam sesaat lalu memutuskan berbicara lebih banyak, "Apa kesanmu soal Letnan Kenanga?"

Satya memperbaiki posisi duduknya. Tatapannya sedikit menerawang.

"Dia cantik. Perwira paling cantik yang pernah kulihat. Dia tangguh, gigih dan sangat berbakat. Kau mau tahu satu fakta?" tawar Satya. Alfin seketika menganggukkan kepalanya.

"Ibunya Letnan Kenanga adalah seorang perwira TNI, pangkat terakhirnya adalah Letjen. Dan yang paling mengejutkan, ibunya awalnya warga negara asing tapi dia menjadi WNI saat usianya 14 tahun."

"Itu sebabnya dia menjadi tentara, ternyata dari ibunya." ujar Alfin.

Satya menganggukkan kepalanya, "Balik lagi soal Siska, apa aku harus balikan lagi dengannya?" tanya Satya.

Alfin hanya mengendikkan bahunya acuh, "Percuma balikan lagi kalau ujung-ujungnya putus lagi. Sampai kapan kalian akan putus nyambung?"

Satya hanya menyengir.

Drrt

Alfin dan Satya tersentak kaget kala alat itu bergetar keras. Cahaya merah berkedip-kedip di layar. Petanda bahaya dari Tim Rajawali.

"Apa yang harus kita lakukan? Kita harus menelfon siapa?" seru Satya panik.

"Hubungi markasmu lalu hubungi juga polisi!" titah Alfin.

Satya segera menghubungi markasnya. Dan Alfin menghubungi polisi untuk meminta bantuan.

"Tolong kirimkan bantuan puluhan polisi kalau bisa." ujar Alfin di telfon. Dia teringat bahwa semua warga juga turut ada di lokasi kejadian yang sama.

Setelah meminta bantuan, mereka saling pandang.

"Kita tunggu bantuan setelah itu bersama-sama kesana." ucap Satya.

"Tapi apa yang terjadi pada mereka?" gumam Alfin cemas.

Satya menanggapinya sambil bermain ponsel, "Jangan khawatir. Mereka profesional, masalah apapun akan bisa diatasi. Berharap saja tidak ada yang gugur." jawabnya santai.

Pletak

Alfin menjitak kepala Satya, kesal dengan ucapan entengnya. Satya meringis kesakitan.

Dua puluh menit berlalu, lima mobil polisi datang diikuti satu mobil tentara berseragam hijau kebanggaan mereka. Satya dan Alfin langsung berdiri menghampiri mereka.

"Mereka ada di pabrik." beritahu Satya langsung.

Semua petugas dan beberapa tentara itu mengangguk. Mereka kembali ke mobil bersama Satya dan Alfin yang meminta ikut. Mereka melaju menuju pabrik yang dikatakan Satya.

***

Tak lama kemudian, mereka sampai. Pabrik terlihat gemerlapan bermandikan cahaya. Tapi yang membuat semua orang panik adalah adanya asap membumbung yang keluar. Mereka takut ada kebakaran.

Alfin dan Satya keluar mobil bersama yang lainnya. Mereka langsung menyerbu masuk. Asap putih terlihat jelas begitu masuk ke dalam. Tapi tak ada api yang menyebabkan kebakaran.

"Ini bom asap." celetuk salah satu tentara.

Mereka bergerak makin ke dalam hingga sampai di ruang produksi. Dan betapa terkejutnya kala melihat puluhan orang bertindak aneh. Seperti gila tapi tidak. Puluhan bungkus misterius tergeletak di lantai.

Hingga ada satu warga yang tiba-tiba menyerang salah satu petugas polisi. Semua syok dan berusaha melepaskan warga yang bertindak 'gila' itu. Hingga mereka menyimpulkan mereka tengah pesta narkoba.

Satu-satu persatu warga ditenangkan dari pengaruh narkoba. Mereka berusaha keras untuk tidak melukai maupun terluka karena ada saja warga yang menyerang para petugas. Wargapun dibawa ke luar pabrik satu persatu.

Satya dan Alfin yang tidak diizinkan masuk seketika terkejut bahkan amat syok kala menyaksikan puluhan warga datang berbondong-bondong dengan kondisi kacau. Ada yang pingsan, tertawa-tawa bahkan ada yang bertindak ganas. Mereka terkadang mencakar, mengamuk bahkan mencoba menggigit.

"I-ini apa-apaan?!" seru Satya syok.

"Mereka sakau." jawab salah satu tentara.

Satya dan Alfin menutup mulut saking terkejutnya.

"Jadi insiden zombie itu benar?" seru Satya.

Duarr

Semua orang seketika menutup telinga kala terdengar ledakan dari dalam pabrik. Terlihat sebagian pabrik hancur karena ledakan tiba-tiba itu.

"A-apa itu tadi?" gagap Satya.

"Dimana Tim Rajawali?"celetuk seorang tentara membuat semua seketika tersadar.

Alfin membeku. Jangan bilang--

"Mereka tidak ada didalam, kan?" tanya Alfin terbata-bata.

Semua terlalu fokus mengevakuasi warga hingga sempat melupakan Tim Rajawali.

"Kita ke dalam. Mencari jejak mereka. Mudah-mudahan mereka selamat." perintah seorang komandan tentara pada anak buahnya.

Para tentara itu seketika berlari memasuki pabrik lagi. Mencari diantara reruntuhan dan sisi pabrik lain yang untungnya masih utuh. Sepertinya bom itu sengaja hanya dimaksudkan menghancurkan sebagian pabrik.

Setelah melakukan pencarian selama lima belas menit dengan menggeledah semua tempat di pabrik, tidak ada tanda-tanda keberadaan Tim Rajawali. Mereka malah menemukan belasan orang berjas hitam terkapar dengan darah menggenang dan pistol serta selonsong peluru yang sudah tak ada isinya. Mereka sepertinya terlibat kontak senjata dengan Tim Rajawali. Para tentara yang mendapat hasil nihil itu keluar pabrik.

"Bagaimana?" tanya Alfin langsung.

Komandan tentara itu menggelengkan kepala membuat Alfin lemas.

"Sepertinya mereka sudah keluar lebih dulu sebelum ledakan itu. "

Mendengarnya ada rasa sedikit lega di hati semua orang. Mereka tentu masih punya harapan.

"Lalu ledakan tadi?" tanya Satya teringat kembali.

"Kami tidak tahu siapa yang melakukannya tapi ledakan itu jelas dari bom yang ditanam di suatu tempat. Bom itu hanya menghancurkan sebagian pabrik terutama gudang."

"Gudang? Tapi disana banyak bukti penting!" ujarnya syok.

"Bukti?" tanya salah satu polisi bingung.

"Narkoba. Mereka menjual narkoba dengan topeng pabrik mainan. Dan ada lemari yang--" Alfin menjeda ucapannya. Dia seketika teringat lagi.

"Ada yang?" tanya Satya.

"Lemari mengerikan. Isinya maksudku--sangat mengerikan!" ujar Alfin kembali merinding.

"Hah?" Satya tak terlalu mengerti apa yang diceritakan Alfin.

"Itu menjadi tugas Tim Rajawali yang menerima misi. Sekarang kita harus nencarinya. Sisir keseluruhan desa terutama yang dekat dengan pabrik. Tapi tetap jaga jarak aman karena kita tidak tahu apakah ada bom lain yang tertanam."

"Baik, pak."

Semua tentara menyebar diikuti beberapa polisi yang turut membantu. Sedangkan yang lainnya tetap tinggal mengevakuasi para warga.

Di sisi lain, Alfin termenung. Dia memikirkan dimana dia menemukan Kenanga. Hingga dia teringat dengan percakapannya tadi siang dengan Kenanga saat di gudang.

Flashback On

"Mereka menyelundupkan narkoba di pabrik mainan dan juga membunuh orang-orang. Potongan anggota tubuh yang tersimpan di lemari pastilah milik orang yang mereka bunuh. Mungkinkah para polisi dan agent yang bertugas?" gumam Kenanga.

Alfin menatap Kenanga bingung, "Apa maksudmu?" tanyanya tidak mengerti.

Kenanga tersadar bahwa ada Alfin yang mendengar gumamannya. Dia hanya menggelengkan kepalanya.

"Rahasia misi." jawab Kenanga singkat.

"Oh ya, disini ada air terjun, sudah pernah kesana? Katanya air terjunnya sangat indah tapi berbahaya." celetuk Alfin mengalihkan pembicaraan.

"Saya datang bukan untuk berlibur." tukas Kenanga datar. Alfin menggaruk kepalanya, malu.

"Lagipula seperti katamu, air terjunnya berbahaya. Warga lokal bilang tidak boleh kesana karena licin. Tapi kalau boleh jujur, saya tidak cukup percaya." lanjut Kenanga.

"Kenapa?" tanya Alfin penasaran.

"Jurang di desa ini ketinggiannya mencapai sepuluh meter. Tapi kedalaman air paling tidak hanya sampai dua meter. Tidak masuk akal kalau sampai tergelincir dan tenggelam terkecuali yang tidak bisa berenang. Dan melihat bagaimana mereka menekankan larangan ini, semakin membuat saya yakin ada sesuatu."

"Sesuatu?"

Kenanga menganggukan kepalanya, "Sesuatu yang disembunyikan."

Flashback Off

Alfin seketika berlari pergi dan Satya yang melihat Alfin lergi tanpa bisa mencegah. Satya mengejar Alfin yang punggungnya sudah tak kelihatan.

Alfin berlari menuruni bukit. Air terjun itu terletak di bawah bukit. Semakin dia turun, suara air terjun makin terdengar deras. Alfin tak mengurangi kecepatannya meski lereng itu cukup curam dan licin.

Di pertengahan, dia melihat Kenanga yang sedang bertarung dengan seorang perempuan. Tak hanya Kenanga, Bagas dan Panji juga tengah melawan seorang lelaki bertubuh besar. Di samping perkelahian itu, Angga, Dani, dan Riko terkapar lemas. Satu orang asing juga terkapar kaku dengan darah mengenang di sekitar tubuhnya.

"Letnan!" teriak Alfin.

Kenanga menoleh ke arahnya tapi naas perutnya ditendang keras oleh musuhnya hingga terjatuh. Alfin yang melihatnya mempercepat larinya.

Alfin terus berlari hingga dia melihat Kenanga berjalan lunglai menuju rekan timnya. Wajahnya babak belur dan rambutnya basah oleh keringat. Dia nampak lemas.

Hingga Alfin membelalakan matanya kala musuh Kenanga itu membidik pistolnya ke arah Kenanga.

Alfin berlari kencang, tepat sedetik sebelum peluru itu menghujam Kenanga, Alfin lebih dulu menghalanginya. Dia merelakan punggungnya untuk melindungi Kenanga.

Dor

Alfin tersentak ke depan kala timah panas merobek baju bahkan kulitnya. Tangannya yang mendekap bahu Kenanga lunglai ke bawah.

"ALFIN!"

***

Usai insiden itu, Alfin langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Dia sempat pingsan karena trauma oleh rasa sakit, tapi untungnya peluru hanya meleset. Dia hanya merobek sedikit kulit lengan atas Alfin.

Dan diantara semua yang paling syok atas kejadian ini adalah Kenanga. Perempuan itu terkejut dan tak menyangka akan kemunculan Alfin yang tidak disangka-sangka. Lelaki itu tiba-tiba saja menghalangi punggungnya yang hampir tertembak oleh Mila.

Tapi kenapa? Kenapa Alfin menyelamatkannya? Kenapa seorang sipil menyelamatkannya?

Kenanga terus duduk di kursi ruang tunggu ditemani Panji yang sedang mengambil air minum. Anggota tim yang lainnya sedang membereskan masalah yang terjadi. Puluhan warga yang sakau itu juga telah ditenangkan dan sedang dimintai keterangan satu persatu oleh polisi. Sedangkan para pelaku, Mila dan Arman yang meninggal, jasadnya akan diautopsi besok pagi di Jakarta. Dan Nurman yang masih hidup jelas akan diadili.

Panji datang sambil membawa teh hangat. Dia duduk disamping Kenanga.

"Minumlah, Letnan." ucapnya menyerahkan segelas teh hangat pada Kenanga yang terdiam.

Kenanga hanya menggeleng. Dia sama sekali tidak haus apalagi lapar. Dia bahkan tidak peduli akan apapun selain menanti hasil pemeriksaan Alfin.

"Kejadian tadi--"

"Saya tidak ingin membicarakannya dulu." potong Kenanga.

Panji mengangguk mengerti. Rekan timnya ini pasti masih sangat terkejut.

Lalu ruang UGD terbuka. Kenanga dan Panji langsung berdiri.

"Bagaimana keadaannya dok?" sambar langsung Kenanga.

"Untungnya tembakannya meleset. Kulitnya hanya sedikit robek, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Saya sudah menjahitnya. " jelas dokter menenangkan.

Tapi kegelisahan masih berkubang di dada Kenanga. Dia juga bisa merasakan emosi hampir meluap di hatinya.

"Bisa kami menjenguknya?" tanya Panji.

Dokter mengangguk, "Silakan. Tapi jangan lama-lama. Ini sudah terlalu malam. Baik pasien dan kalian juga harus istirahat. Kalian sudah melewati malam yang berat."

"Baik terima kasih dok." ucap Panji. Dokter itu pun pergi.

Sepeninggal dokter, Kenanga langsung masuk ke salah satu bilik tempat dimana Alfin berada. Begitu dia menyibakkan gorden, terlihat Alfin duduk di brangkar dengan tangan terperban.

Alfin dan Kenanga saling bertatapan.

"Letnan, sa--"

Plak

Belum selesai Alfin berbicara, Kenanga menampar pipi kanan Alfin dengan keras. Nafasnya naik turun dan menatap Alfin penuh emosi. Panji dan Satya yang baru datang juga terkejut saat menyaksikannya. Mereka bisa merasakan aura kemarahan Kenanga.

Alfin tertegun kala pipinya ditampar oleh Kenanga. Jujur, Alfin tidak pernah berfikir, tindakan pertama yang dilakukan Kenanga adalah menamparnya.

"Letnan..."

"Atas dasar apa kau menyelamatkanku? Tahukah siapa disini yang berhak melakukannya?!" seru Kenanga emosi.

"Saya.." Alfin kehabisan kata-kata. Dia tidak tahu harus mengatakan apa melihat Kenanga semarah ini.

"SAYA TENTARA! KALAU HARUS MATI, MAKA SAYA YANG BERHAK MATI. ATAS DASAR APA KAU SEBAGAI SIPIL MENYELAMATKAN SAYA BAK PAHLAWAN?!" sentak Kenanga. Nafasnya berat dan wajahnya memerah.

"Letnan...kendalikan emosimu." ujar Panji mencoba menenangkan emosi Kenanga.

"Saya spontan melakukannya." celetuk Alfin. "Saya melihat pistol mengarah pada Anda dan saya tidak bisa memikirkan hal lain selain menyelamatkan Anda." lanjutnya.

"Saya tahu, Anda seorang tentara. Jelas Anda tidak perlu dilindungi oleh sipil yang tak berpengalaman seperti saya. Tapi saya tidak pernah berfikir apakah Anda tentara atau bukan. Saya melakukannya atas dasar kemanusiaan. Saya tidak bisa diam saja melihat seseorang dalam bahaya."

Kenanga terdiam. Dia menatap dingin Alfin membuat Alfin cukup terintimidasi.

"Kau harus fikirkan dulu hidupmu. Jangan pedulikan orang lain hingga mau memberi hidupmu deminya. Persetan dengan kemanusiaan. Kau tidak akan dapat apapun selain rasa sakit." desis Kenanga.

Alfin tertegun mendengarnya.

Setelah mengucapkan kata-kata tajam itu, Kenanga langsung pergi begitu saja.

Panji hanya bisa mendesah melihat kelakuan Kenanga yang hilang kendali. Dia menatap Alfin yang menampilkan wajah bersalah.

"Sepertinya Letnan Kenanga sangat marah pada saya. Maafkan saya atas tindakan sok pahlawan saya." ucap Alfin menyesal.

Panji menggelengkan kepalanya, "Kau tidak perlu minta maaf. Letnan Kenanga marah karena dia merasa bersalah. Dia tidak suka berhutang budi pada seseorang apalagi berhutang nyawa."

"Saya tidak tahu dia akan semarah itu." lirih Alfin.

"Letnan Kenanga memiliki kenangan buruk soal itu. Dia kehilangan orang terdekatnya karena berusaha melindungi orang lain. Dan yang tersisa dari kenangan itu hanya rasa sakit. Makanya dia bersikap seperti itu. Dia tidak ingin kenangan itu terulang. Dia tidak ingin menanggung rasa bersalah lagi." tutur Panji.

"Sepertinya kau sangat mengenalnya." komentar Alfin.

Panji hanya tersenyum tipis, "Istirahatlah. Jangan terlalu difikirkan. Letnan akan kembali seperti semula." ucap Panji mengabaikan ucapan Alfin sebelumnya.

Alfin menganggukan kepalanya.

"Kalau begitu saya permisi. Kalau ada apa-apa, hubungi saya."

"Terima kasih, Panji." ucap Alfin dan Satya.

"Kalau begitu, selamat malam." pamitnya kemudian pergi.

Sepeninggal Panji, Alfin mendesah pelan. Dia merasa terbebani dengan emosi Kenanga tadi. Dia belum pernah melihat Kenanga semarah itu. Apa benar tindakannya salah? Ataukah seperti yang dikatakan Panji bahwa itu adalah rasa bersalahnya padanya?

Terlepas dari itu Alfin berharap bahwa Kenanga tak lagi merasa bersalah dan emosinya bisa menguap. Dia juga ingin mengatakan bahwa meski waktu diulang kembali, dia akan tetap menyelamatkan Kenanga.

Terpopuler

Comments

Suci Waty

Suci Waty

makin penasaran..
kpn bucin nya,thor..???🤭

2021-07-27

0

꧁༺Clemira_Ayumna༻꧂

꧁༺Clemira_Ayumna༻꧂

bwt saling buncin thorrrr Alfin m Kenanga jgn lama² hehehe

2021-07-27

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Bab 1. Dua Orang Asing
3 Bab 2. Misi
4 Bab 3. Hujan di Spanyol
5 Bab 4. Miracle
6 Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7 Bab 6. Ada Apa?
8 Bab 7. 3 Tahun
9 Bab 8. Pertemuan Kedua
10 Bab 9. Gembala
11 Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12 Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13 Bab 12. Terseret Masa Lalu
14 Bab 13. Ritual
15 Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16 Bab 15. Amarah Bersalah
17 Bab 16. Bunga Tulip Putih
18 Bab 17. Permintaan Maaf
19 Bab 18. Tato Kupu-kupu
20 Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21 Bab 20. Perjodohan
22 Bab 21. (Jangan) Batalkan
23 Bab 22. Hati Saya Menghangat
24 Karya Baruuu!!
25 Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26 Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27 Bab 25. Angga Tahu
28 Bab 26. Bocor
29 Bab 27. Jatuh Hati
30 Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31 Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32 Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33 Bab 31. Babak Baru
34 Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35 Bab 33. Kekasih?
36 Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37 CAST
38 Bab 35. Menunggu Pulang
39 Bab 36. Pulang
40 Bab 37. Here I am
41 Bab 38. Cha Cha Cha
42 Bab 39. Milikku adalah Milikku
43 Bab 40. Zona A-31
44 Bab 41. Sudah Suka?
45 Bab 42. Janji
46 Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47 Bab 44. Hadiah Perkenalan
48 Bab 45. Bekerjasama
49 Bab 46. Dancing in the Rain
50 Bab 47. The Night
51 Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52 Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53 Bab 50. Camp
54 Bab 51. Who Are You?
55 Bab 52. The Boss
56 Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57 Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58 Bab 55. Satria yang Meluruh
59 Bab 56. Prince's Tears
60 Bab 57. Runtuh
61 Bab 58.
62 Bab 59.
63 Bab 60.
64 Bab 61.
65 Bab 62.
66 Bab 63.
67 Bab 64.
68 Bab 65.
69 Bab 66.
70 Bab 67.
71 Bab 68. END
Episodes

Updated 71 Episodes

1
PROLOG
2
Bab 1. Dua Orang Asing
3
Bab 2. Misi
4
Bab 3. Hujan di Spanyol
5
Bab 4. Miracle
6
Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7
Bab 6. Ada Apa?
8
Bab 7. 3 Tahun
9
Bab 8. Pertemuan Kedua
10
Bab 9. Gembala
11
Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12
Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13
Bab 12. Terseret Masa Lalu
14
Bab 13. Ritual
15
Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16
Bab 15. Amarah Bersalah
17
Bab 16. Bunga Tulip Putih
18
Bab 17. Permintaan Maaf
19
Bab 18. Tato Kupu-kupu
20
Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21
Bab 20. Perjodohan
22
Bab 21. (Jangan) Batalkan
23
Bab 22. Hati Saya Menghangat
24
Karya Baruuu!!
25
Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26
Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27
Bab 25. Angga Tahu
28
Bab 26. Bocor
29
Bab 27. Jatuh Hati
30
Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31
Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32
Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33
Bab 31. Babak Baru
34
Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35
Bab 33. Kekasih?
36
Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37
CAST
38
Bab 35. Menunggu Pulang
39
Bab 36. Pulang
40
Bab 37. Here I am
41
Bab 38. Cha Cha Cha
42
Bab 39. Milikku adalah Milikku
43
Bab 40. Zona A-31
44
Bab 41. Sudah Suka?
45
Bab 42. Janji
46
Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47
Bab 44. Hadiah Perkenalan
48
Bab 45. Bekerjasama
49
Bab 46. Dancing in the Rain
50
Bab 47. The Night
51
Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52
Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53
Bab 50. Camp
54
Bab 51. Who Are You?
55
Bab 52. The Boss
56
Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57
Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58
Bab 55. Satria yang Meluruh
59
Bab 56. Prince's Tears
60
Bab 57. Runtuh
61
Bab 58.
62
Bab 59.
63
Bab 60.
64
Bab 61.
65
Bab 62.
66
Bab 63.
67
Bab 64.
68
Bab 65.
69
Bab 66.
70
Bab 67.
71
Bab 68. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!