Bab 13. Ritual

Alfin berbaring di ranjang. Dia mendesah pelan. Percakapannya dengan Kenanga terputar di kepalanya lagi.

"Karena bagi saya masa lalu adalah sampah."

Alfin berdecih. Dia menelungkupkan tubuhnya.

Tok tok

"Fin, ayo makan malam." ajak Satya membangunkan Alfin sedang telungkup.

Alfin hanya berdeham.

"Fin, ayo." ajak Satya menggoyang-goyangkan badan Alfin.

Alfin menggeram. Dia akhirnya bangun dan menatap Satya cukup kesal.

"Aku bahkan belum sempat ke alam mimpi." desahnya.

"Sekarang baru pukul tujuh. Lagipula kita harus makan malam." decak Satya.

"Kemana?" tanya Alfin lelah.

"Dengan Tim Rajawali. Mereka mengajak makan bersama." jawab Satya.

Mata Alfin yang tadi sayu seketika terbuka lebar. Dia menatap Satya.

"Kau yakin mereka mengajak kita?" tanyanya.

"Iya. Mereka bawa bahan makanan. Jadi mereka akan masak sendiri, jaga-jaga kalau membeli lagi kita diracuni lagi. Dan karena tahu kita tidak bawa makanan apapun, jadi mereka mengajak." jelas Satya.

"Ini semua salahmu." tuduh Alfin, "Pergi ke luar kota tanpa persiapan apapun." kesalnya.

Satya hanya menyengir tak berdosa, "Sudah kubilang aku terpaksa."

Alfin hanya berdecih sinis. Dia bangkit berdiri.

"Ayo." ajak Alfin keluar kamar lebih dulu.

"Dasar kakek-kakek, mengomel terus." gerutu Satya pelan. Dia pun menyusul Alfin yang sudah keluar lebih dulu.

***

Di halaman depan penginapan Tim Rajawali, meja kayu besar serta bangku panjang sedang disiapkan oleh Panji dan Dani. Angga yang jago memasak sedang bertempur sendirian di depan panggangan. Asap mengepul dan bau harum daging panggang memenuhi udara malam pertama mereka di Puncak.

Alfin dan Satya datang ke pesta makan mereka. Dan langsung berbaur untuk membantu. Satya membantu menyiapkan meja dan Alfin melipir pada Angga.

Selagi memanggang, Alfin terus saja curi-curi pandang pada pintu depan. Memeriksa kapan Kenanga keluar.

"Eh, gosong." tegur Angga menyadarkan Alfin.

Alfin terkesiap. Dia buru-buru membalikkan satenya tapi naas, sate itu sungguhan gosong. Dia menyengir tidak enak pada Angga.

"Tidak apa-apa. Di buang saja." ucap Angga tak marah.

"Kau yakin?" tanya Alfin ragu.

"Itu sudah gosong, bagaimana memakannya?" balas Angga.

"Maafkan saya." ucapnya merasa bersalah.

Angga tersenyum, "Tidak masalah. Itu hal biasa. Saat memanggang daging, pasti ada kalanya akan gosong. Saya juga sering." ucapnya.

Alfin tersenyum berterima kasih.

Lalu mereka mulai fokus memanggang kembali. Dan Alfin tetap sesekali melirik pintu.

"Saya boleh bertanya?" celetuk Alfin pada Angga.

"Tanya apa?" tanya Angga yang tetap fokus memanggang.

"Um, Letnan Kenanga kemana? Kok saya tidak melihatnya." ucap Alfin cukup malu menanyakan hal itu.

Tapi Angga menanggapinya dengan santai. "Oh Letnan, dia sedang berdiskusi dengan kapten. Sebentar lagi keluar kok. Kalaupun mereka tidak keluar-keluar, maka Panji akan menyeret mereka." kekeh Angga di ujung kalimatnya.

"Sepertinya Panji cukup berani." komentar Alfin.

"Dia yang paling muda tapi juga yang paling kurang ajar. Dia cukup dekat dengan Letnan Kenanga." jelas Angga.

"Siapa yang dekat? Kalian membicarakanku ya?" Panjang umur, tiba-tiba Panji datang ke hadapan mereka.

"Iya membicarakanmu. Anggota termuda tapi paling kurang ajar." ujar Angga santai.

Panji menganga tak terima, " Saya cukup sopan." tukasnya.

"Iya terserahmu saja." tukas Angga tak peduli. "Oh ya, Letnan dan Kapten belum datang. Kau ke dalam, suruh mereka keluar." titahnya.

Panji terbelalak terkejut, "Mereka belum keluar? Makanya daging yang melimpah ini belum bisa dimakan?" Angga menganggukkan kepalanya. "Saya akan menyeret mereka keluar." seru Panji.

"Siapa yang mau menyeret?" celetuk seseorang dari belakang. Mereka menoleh. Kenanga, Bagas dan Riko datang bersama.

"Panji, tuh. Dia mau menyeret kalian kalau belum keluar-keluar juga." adu Angga.

Panji menggelengkan kepalanya dan menatap Angga tak terima.

"Letda Angga yang menyuruh saya!" tukasnya.

"Saya--"

"Yang jelas siapapun yang memerintah, tetap saja kau yang tidak sopan. Dasar kurang ajar." omel Kenanga pada Panji.

"Saya--" Panji hendak membela diri tapi dia kehabisan kata-kata.

"Sudahlah, hentikan pertengkarannya. Ayo makan saja." ucap Bagas.

"Yeay!" sorak mereka senang.

Kedelapan orang itu langsung duduk mengelilingi meja. Alfin dan Angga membagikan daging yang telah dipanggang sempurna itu. Mengisi semua piring dengan murah hati. Dan tiba di giliran Kenanga, Alfin menaruh banyak daging ke piring Kenanga.

"Apa ini?" tanya Kenanga menatap piringnya yang penuh makanan.

"Daging ekstra."jawab Alfin enteng.

Kenanga mengerutkan keningnya. Sedangkan Panji langsung berseru tidak terima.

"Dokter Alfin, ini bukan zaman dulu dimana anak kesayangan punya tambahan daging. Bagikan yang rata dong." protesnya.

Alfin tersenyum manis, "Kalau Serda Panji mau, silakan bakar daging sendiri." ucapnya. Semuanya terkekeh pelan. Tapi Panji malah merengut sebal.

"Nih, untuk anggota termuda yang sifatnya seperti anak kecil. Kuberikan sebagai tanda turut berduka cita untukmu." ucap Kenanga menaruh lima tusuk sate di piring Panji.

"Memang Letnan Kenanga adalah yang paling perhatian." seru Panji senang. "Tapi kenapa sebagai tanda turut berduka cita?" lanjutnya bingung.

"Itu karena kau akan mendapat latihan ekstra tambahan dari kapten setelah misi ini selesai." timpal Riko.

"Latihan apa?"

"Tatakrama." sela Bagas.

Panji membelalakan matanya. "Saya menyerah. Maafkan saya." ucapnya menunduk.

Semua orang tertawa mendengarnya.

"Letnan, jangan lupa dengan tawaran saya tadi." bisik Alfin pada Kenanga yang duduk disampingnya.

Kenanga mengabaikannya. Hingga Alfin menoel-noel lengan Kenanga.

"Letnan." bujuk Alfin setengah merengek.

"Diam." tekan Kenanga pelan.

"Letnan, saya serius. Saya harus mencari tahu soal Miracle. Tapi saya tidak memiliki petunjuk apapun." bisik Alfin.

"Lalu kenapa kau meminta tolong padaku?" tanya Kenanga tak habis fikir.

"Karena saya yakin Letnan bisa melakukannya. Apalagi Anda memang sedang menyelidikinya."

Kenanga mendesah pelan, "Tapi saya tidak bisa melibatkan orang asing."

"Letnan, kita sama-sama memiliki target yang sama dan tujuan yang sama. Jadi lebih--"

Kenanga sudah tak tahan lagi, dia menggebrak meja cukup keras.

Alfin berhenti berbicara. Semua yang duduk disana menatap Kenanga penuh keterkejutan.

"Saya minta maaf, jangan marah." bisik Alfin.

Kenanga menatap tajam Alfin dan menyuruhnya dengan tatapan mata agar lelaki itu berhenti bicara. Alfin mengerti. Dia mengatupkan mulutnya.

Lalu perhatian mereka teralih kala melihat banyak warga desa berjalan bersama menuju satu tempat. Mereka berdiri untuk melihatnya. Dan saling bertukar pandang kebingungan.

"Mereka semua mau kemana?" celetuk Dani.

Lalu Bagas tiba-tiba tersadar sesuatu, "Mereka pasti akan mengadakan semacam ritual."

Panji mengernyitkan dahinya, "Ritual?"

"Iya. Seperti yang saya bilang saat rapat pendahuluan kita, mereka terlibat kultus agama." jelas Bagas.

"Kita ikuti mereka."ujar Kenanga.

Semua tim Rajawali bersiap. Panji dan Angga berlari masuk ke dalam rumah, mengambil peralatan mereka. Sedangkan Dani dan Riko membawa semua piring-piring kotor ke dalam.

"Kalian tunggu disini. Jangan ikut campur bahkan menyusul kami. Kita tidak tahu ada bahaya apa disana." ujar Bagas pada Alfin dan Satya.

"Tapi ada yang bisa kami bantu?" sela Alfin.

Bagas melirik Kenanga yang diam. Tak lama, Kenanga menyerahkan sebuah alat berbentuk persegi dengan tombol berwarna merah ditengahnya dan sebuah layar kecil. Seperti alat untuk menekan sesuatu. Cukup mirip dengan remote AC.

"Ini adalah alat khusus kami. Kalau di layar ini muncul warna merah maka langsung panggil bantuan. Polisi atau apapun terserah. Tapi ingat, jangan berani untuk menyusul kami." tekan Kenanga.

Alfin menerima alat seukuran jam tangan pintar itu. Dia menelitinya sesaat.

"Jadi tombol merah ini ditekan saat ada bahaya? Untuk saling mengabari kondisi?" tanyanya.

Bagas mengangguk, "Tidak ada suara yang terdengar, hanya berupa getaran keras saja. Ini berguna saat kita di lapangan. Karena alat ini selalu ada di saku kami, maka dari itu kami lebih mudah merasakan getarannya."

"Seperti alarm peringatan." timpal Satya.

"Benar sekali." angguk Bagas.

Tak lama, Panji, Angga, Dani dan Riko keluar. Mereka membawa banyak peralatan yang dibutuhkan saat misi mendadak. Seperti pistol jarak dekat, pisau swiss, beberapa granat dan bom asap serta yang lainnya. Angga menyerahkan rompi anti peluru pada Kenanga dan Bagas.

"Jaga-jaga bila kita terlibat pertempuran." ujarnya.

Kenanga masuk ke dalam rumah untuk memakai rompi anti peluru. Sebenarnya dia bisa melakukannya di luar tapi karena ada Alfin dan Satya yang jelas orang asing dan tak pernah melihatnya memakai rompi anti peluru, Kenanga merasa malu.

"Letnan Kenanga masuk ke rumah karena malu memakai rompi anti peluru di depan kalian." kekeh Dani.

"Dia selalu memakai rompi di depan kalian?" seru Alfin syok.

"Jangan berfikir aneh-aneh. Letnan Kenanga selalu memakai baju dalaman lain sebelum memakai rompi anti peluru. Lagipula dia satu-satunya anggota perempuan. Dan apa saat bertugas selalu ada kamar kecil tiap ganti baju? Tidak kan. Makanya dia harus beradaptasi dengan lingkungan." jelas Panji. Alfin dan Satya mengangguk mengerti.

"Tapi Riko, kau yakin sudah tidak apa-apa?" sela Bagas mengkhawatirkan kondisi rekan timnya.

Riko menganguk mantap. "Saya sudah baik-baik saja, kapten. Saya siap ikut misi ini." ucapnya tegas.

Bagas menganggukan kepalanya.

Tak lama kemudian, Kenanga muncul. Dia sudah siap dengan kaus hitam dan celana hitamnya. Dia juga sudah melengkapinya dengan rompi anti peluru.

"Ayo." ucap Bagas.

Semua anggota satu persatu mulai pergi meninggalkan penginapan. Warna pakaian mereka yang serba hitam sama kelamnya dengan suasana temaram lampu jalanan. Kenanga pergi paling terakhir. Dia dan Alfin saling bertatapan sesaat.

Alfin tersenyum tipis kala Kenanga melihatnya. Dan Kenanga hanya menatap Alfin tanpa ekspresi. Tatapan mereka seakan sedang berbicara satu sama lain padahal mulut mereka saling terkatup.

Kenanga pun mulai hilang ditelan kegelapan di kejauhan.

***

Semua anggota tim mengendap-endap masuk ke dalam pabrik. Kenapa mereka ke pabrik dari semua tempat?

Itu karena satu-satunya tempat yang terang di malam itu hanyalah pabrik. Semua lampu tiap rumah mati. Hanya lampu jalanan saja yang menyala. Dan pabrik, adalah satu-satunya tempat yang terang benderang.

Tim Rajawali masuk melalui jalur samping. Pintu kecil yang ditemukan Bagas dan Kenanga tadi siang. Dan anehnya, pintu itu tidak terkunci. Seakan-akan membiarkan mereka masuk dan melihat yang terjadi. Tapi mereka juga menduga ada yang tak beres. Mereka tidak mungkin seceroboh ini.

Bagas memimpin di depan. Dia lalu menggerakkan tangannya, memerintahkan semua orang untuk menyebar. Kenanga dan Angga mengendap-endap menuju ruang produksi utama.

Dan betapa terkejutnya mereka berdua ketika melihat ruangan luas tempat semua mesin besar berjajar kini berubah total menjadi ruangan luas yang terang benderang. Semua warga desa ada disana. Dan mesin-mesin serta barang-barang lain ditutupi kain hitam.

Terlihat, semua orang sedang berdiri rapi dengan kepala menunduk.

"Mereka sungguh sedang melakukan ritual sesat?" bisik Angga syok.

Kenanga hendak menjawab tapi terhenti kala semua lampu tiba-tiba mati. Mereka mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

Bug

Dan seketika Kenanga terjatuh pingsan kala ada yang memukulnya dari belakang.

Terpopuler

Comments

Suci Waty

Suci Waty

tegang..tegang..tegang...
semangat thor...💪💪💪

2021-07-25

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Bab 1. Dua Orang Asing
3 Bab 2. Misi
4 Bab 3. Hujan di Spanyol
5 Bab 4. Miracle
6 Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7 Bab 6. Ada Apa?
8 Bab 7. 3 Tahun
9 Bab 8. Pertemuan Kedua
10 Bab 9. Gembala
11 Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12 Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13 Bab 12. Terseret Masa Lalu
14 Bab 13. Ritual
15 Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16 Bab 15. Amarah Bersalah
17 Bab 16. Bunga Tulip Putih
18 Bab 17. Permintaan Maaf
19 Bab 18. Tato Kupu-kupu
20 Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21 Bab 20. Perjodohan
22 Bab 21. (Jangan) Batalkan
23 Bab 22. Hati Saya Menghangat
24 Karya Baruuu!!
25 Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26 Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27 Bab 25. Angga Tahu
28 Bab 26. Bocor
29 Bab 27. Jatuh Hati
30 Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31 Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32 Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33 Bab 31. Babak Baru
34 Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35 Bab 33. Kekasih?
36 Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37 CAST
38 Bab 35. Menunggu Pulang
39 Bab 36. Pulang
40 Bab 37. Here I am
41 Bab 38. Cha Cha Cha
42 Bab 39. Milikku adalah Milikku
43 Bab 40. Zona A-31
44 Bab 41. Sudah Suka?
45 Bab 42. Janji
46 Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47 Bab 44. Hadiah Perkenalan
48 Bab 45. Bekerjasama
49 Bab 46. Dancing in the Rain
50 Bab 47. The Night
51 Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52 Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53 Bab 50. Camp
54 Bab 51. Who Are You?
55 Bab 52. The Boss
56 Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57 Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58 Bab 55. Satria yang Meluruh
59 Bab 56. Prince's Tears
60 Bab 57. Runtuh
61 Bab 58.
62 Bab 59.
63 Bab 60.
64 Bab 61.
65 Bab 62.
66 Bab 63.
67 Bab 64.
68 Bab 65.
69 Bab 66.
70 Bab 67.
71 Bab 68. END
Episodes

Updated 71 Episodes

1
PROLOG
2
Bab 1. Dua Orang Asing
3
Bab 2. Misi
4
Bab 3. Hujan di Spanyol
5
Bab 4. Miracle
6
Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7
Bab 6. Ada Apa?
8
Bab 7. 3 Tahun
9
Bab 8. Pertemuan Kedua
10
Bab 9. Gembala
11
Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12
Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13
Bab 12. Terseret Masa Lalu
14
Bab 13. Ritual
15
Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16
Bab 15. Amarah Bersalah
17
Bab 16. Bunga Tulip Putih
18
Bab 17. Permintaan Maaf
19
Bab 18. Tato Kupu-kupu
20
Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21
Bab 20. Perjodohan
22
Bab 21. (Jangan) Batalkan
23
Bab 22. Hati Saya Menghangat
24
Karya Baruuu!!
25
Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26
Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27
Bab 25. Angga Tahu
28
Bab 26. Bocor
29
Bab 27. Jatuh Hati
30
Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31
Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32
Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33
Bab 31. Babak Baru
34
Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35
Bab 33. Kekasih?
36
Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37
CAST
38
Bab 35. Menunggu Pulang
39
Bab 36. Pulang
40
Bab 37. Here I am
41
Bab 38. Cha Cha Cha
42
Bab 39. Milikku adalah Milikku
43
Bab 40. Zona A-31
44
Bab 41. Sudah Suka?
45
Bab 42. Janji
46
Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47
Bab 44. Hadiah Perkenalan
48
Bab 45. Bekerjasama
49
Bab 46. Dancing in the Rain
50
Bab 47. The Night
51
Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52
Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53
Bab 50. Camp
54
Bab 51. Who Are You?
55
Bab 52. The Boss
56
Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57
Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58
Bab 55. Satria yang Meluruh
59
Bab 56. Prince's Tears
60
Bab 57. Runtuh
61
Bab 58.
62
Bab 59.
63
Bab 60.
64
Bab 61.
65
Bab 62.
66
Bab 63.
67
Bab 64.
68
Bab 65.
69
Bab 66.
70
Bab 67.
71
Bab 68. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!