Bab 9. Gembala

NB : Kisah ini adalah fiktif belaka. Kesamaan apapun hanyalah kebetulan semata. Tidak ada maksud menyinggung pihak manapun.

...----...

Tim Rajawali tengah berkumpul untuk membahas misi terbaru mereka. Bagas menjelaskannya di depan semua anggota timnya.

“Kita mendapat misi baru. Misi kita adalah menyelidiki sebuah kelompok agama bernama Gembala. Kelompok ini menyebarkan ajaran sesat seperti kultus agama yang menyimpang dan memengaruhi puluhan masyarakat di Desa Sinar untuk bunuh diri dan membakar harta benda. Tak hanya itu, mereka disebut-sebut juga sering menyerang petugas polisi ketika datang untuk penyelidikan. Kelakuan mereka yang beringas dan tak jarang merusak layaknya bukan manusia. Jadi mereka sering dijuluki sebagai manusia Zombie.”

Kenanga, Angga, Riko, Panji dan Dani saling berpandangan. Wajah mereka menampilkan ekspresi tak percaya akan apa yang disampaikan kapten mereka.

“Saya tahu ini sulit dipercaya. Belum ada bukti juga bahwa kelompok kultus itu pelakunya.” Ujar Bagas.

“Ini bisa saja terjadi.” Tandas Kenanga membuat semua anggota tim menoleh kearahnya.

“Benarkah?” tanya Angga tak percaya.

“Ini pernah terjadi di salah satu negara bagian di Amerika beberapa tahun silam. Hampir semua masyarakat dewasa di suatu wilayah bersikap beringas, kejam dan ganas. Mereka membakar rumah-rumah, mencelakai orang lain dan parahnya ada kasus dimana 'para zombie' itu melakukan kanibalisme. Tapi kepolisian setempat tidak berhasil menuntaskan kasus ini dan kasusnya ditutup begitu saja sebagai kekacauan massal akibat pengaruh obat. Karena ketika jasad orang-orang itu diautopsi, mereka menemukan obat misterius. Mereka menyimpulkan bahwa semua orang terkena halusinasi karena pengaruh obat itu.” jelas Kenanga.

“Obat? Obat apa?” tanya Dani.

Kenanga menggeleng tidak tahu, “Entahlah, tapi mereka mengatakan itu pasti sejenis narkotika.”

“Lalu apa hubungannya kultus agama dengan narkotika? Mereka menyebarkan agama atau narkoba?” tukas Riko tak habis fikir.

“Itulah yang perlu kita selidiki. Kepolisian sudah pernah menyelidikinya begitupula dengan BIN, tapi tidak ada informasi lebih jelas yang membantu. Mereka masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.” Bagas lalu membagikan buku-buku bersampul plastik hasil penyelidikan sebelumnya, “Silakan dibaca lebih dulu.” setelah itu dirinya duduk di samping Kenanga.

Semua orang fokus memeriksa hasil penyelidikan itu. Kenanga membolak-balik halamannya. Dia membaca dari awal hingga akhir berkali-kali. Setelah itu dia terdiam. Yang lainnya pun selesai membaca, mereka juga terdiam. Wajah mereka mengkerut kebingungan.

Riko memecah keheningan, “Yang tidak kumengerti, kenapa mereka tidak tahu apa yang terjadi padahal sudah melakukan penyelidikan hingga berbulan-bulan?” celetuknya.

“Benar juga. Mereka pasti agent terlatih, tapi kenapa hanya mengumpulkan informasi sereceh ini.” timpal Panji tidak mengerti.

“Saya lupa menyampaikan, sebenarnya para agent yang pernah diutus menyelidiki kasus ini, menghilang begitu saja.” Cetus Bagas.

“Apa?” Semua orang menatap Bagas syok.

“Bagaimana bisa? Mereka kemana?” seru Dani.

“Dibunuh.” Tandas Kenanga. Bagas menganggukan kepalanya.

“Hah?” seru Riko.

“Tunggu, kalau mereka yang lebih hebat dan terlatih dibanding kita saja kehilangan nyawanya, lalu bagaimana dengan kita? Saya masih ingin hidup!” seru Angga panik.

“Benar juga. Kapten, saya masih punya istri anak di rumah.” Timpal Riko menatap Bagas.

Aura khawatir dan kepanikan seketika menyebar di seluruh ruangan. Wajah keempat prajurit itu seketika keruh. Hingga decakan Kenanga menghentikannya.

“Kalian belum tentu akan meninggal juga. Jangan alay.” Tukasnya acuh.

“Letnan, siapa tahu kan? Saya harus mempersiapkan mental dan surat wasiat.” Tukas Dani panik.

Kenanga mendengus kesal, “Ini bukan kali pertama kita mendapat misi berbahaya. Jangan berlebihan. Bekerja saja yang benar.”

“Benar apa kata Kenanga.” Bagas menengahi, “Kalau kita ingin misi ini sukses dan kita selamat, maka kita harus bekerja dengan baik. Tetap fokus pada pekerjaan masing-masing dan saling bekerja sama. Kita ini tim. Satu susah, semua susah. Seberbahaya apapun kondisinya, meski nyawa kita semua berada diujung tanduk, kita harus tetap bersama dan saling membantu. Kita akan pulang bersama-sama. meskipun nanti ada yang gugur." Jelas Bagas.

“Dalam artian lain, kita tidak akan membiarkan jasad kalian membusuk di tanah asing.” Timpal Kenanga.

Bagas mau tak mau mengangguk mengiyakan.

Panji mendesah pelan, “Yah, mau bagaimanapun itu sudah tugas kita sebagai prajurit. Apalagi kita adalah pasukan elit kopasus, di grup 3 lagi. Jadi tetap semangat semuanya. Kita pasti bisa.” ucap Panji.

“Tentu saja kita bisa. kita tim terhebat.” Timpal Kenanga.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita menyatukan kekuatan dulu?” Bagas berdiri dan mengulurkan punggung tangannya ke depan.

Kenanga langsung menumpukan tangannya ke atas tangan Bagas diikuti oleh Panji. Dani dan Angga saling berpandangan, lalu sama-sama menyatukan tangan mereka dengan anggota lainnya. Kemudian mereka menatap Riko, anggota yang paling khawatir.

“Tenang saja. Kita akan kembali hidup-hidup.” Ucap Kenanga.

Riko mendesah pelan. Dia lalu menumpukan tangannya terakhir.

“Semangat!” teriak mereka.

***

Keesokan harinya, tim Rajawali berkendara menuju Bogor. Mereka berkendara menuju salah satu desa yang letaknya tak terlalu jauh dari Puncak Bogor. Di sepanjang jalan, mereka melihat beberapa warung di pinggir jalan yang nampak hancur.

Tak lama kemudian, dua mobil yang mengangkut semua anggota tim beserta peralatan mereka telah sampai di salah satu penginapan tak jauh dari desa itu.

Mereka masuk ke dalam penginapan yang sudah disewa itu dan mulai menggelar kembali rapat.

“Ada sebuah desa yang letaknya tak jauh dari Puncak Bogor. Dan kalian lihat tadi di sepanjang perjalanan, banyak warung kaki lima yang roboh seperti dihancurkan kan?” Kenanga, Angga, Riko, Panji dan Dani mengangguk.

“Itu adalah dampak dari kericuhan beberapa minggu lalu. Akibat kericuhan itu, pariwisata ditutup sementara hingga ditemukan penyebabnya.”

“Dan ternyata penyebabnya adalah para warga yang sekarang telah bunuh diri dengan jatuh ke jurang, benar kan?” sela Kenanga. Bagas mengangguk.

“Akibat insiden itu, para pengunjung pariwisata berkurang dan warga jadi ketakutan.”

“Oh ya, saya sudah mengundang beberapa orang yang menjadi saksi mata saat kejadian itu. Kita bisa menanyai mereka soal itu.” ucap Bagas.

Kemudian Bagas membawa beberapa orang masuk ke dalam ruangan rapat mereka. Diantaranya ada dua laki-laki dengan satu memakai peci dan satunya memakai kacamata serta seorang perempuan berhijab. Mereka berdiri canggung dan wajah mereka nampak pias.

“Mereka adalah ustad dan ustadzah di desa ini serta seorang pegawai negeri.” Ucap Bagas mengenalkan ketiganya.

“Kalau begitu bisa dijelaskan apa yang terjadi?” tanya Kenanga.

Laki-laki berkacamata itu mulai lebih dulu, dia mengenalkan dirinya sebagai Nurman, seorang sekretaris desa.

“Suatu malam, ketika saya baru sampai di rumah, saya mendengar suara teriakan dan geraman. Saya penasaran apa yang terjadi, dan begitu saya keluar, saya melihat tiga orang laki-laki berlari dengan mata kosong menyerang banyak rumah dan warung. Semua orang keluar dari rumah sambil ketakutan. Orang-orang itu menyerang para warga. Mereka menggigit, mencabik-cabik wajah beberapa warga, mereka seperti kanibal. Hingga tiba-tiba, ada suara peluit terdengar nyaring memekakan telinga, orang-orang itu tia-tiba menghentikan tindakan liar mereka dan berjalan seperti orang linglung menuju jurang. Mereka seketika melompat.” Jelas Nurman.

Semua anggota tim terkejut. Panji bahkan sampai berhenti mengetik saking syoknya.

“Mereka melompat begitu saja?” seru Riko. Nurman mengangguk pelan.

“Lalu siapa orang–orang itu?” tanya Angga.

Perempuan berhijab itu menjawab, “Tidak ada yang tahu siapa mereka. Dan ketika kami memeriksa jasad mereka, kami yakin itu bukan warga kami.”

“Lalu apa yang terjadi setelahnya?” tanya Kenanga.

“Kami merasa ketakutan dan panik. Seisi warga jadi geger dengan kejadian itu. para warga yang jadi korban juga kini masih dirawat di rumah sakit besar karena terluka parah. Para polisi juga datang. Tapi mereka hanya bertahan selama lima hari setelah itu tiba-tiba menghilang.” Jelas perempuan itu, namanya Mila.

“Menghilang, katamu?” seru Kenanga. Mila menganggukan kepalanya.

“Setelah itu mulai berdatangan orang-orang lain. Mereka semua dari Jakarta dan mengenalkan diri mereka sebagai agent dan polisi. Lalu setelah itu mereka semua menghilang.” Jelas Mila.

“Lalu apa lagi?”

“Ada seseorang datang, dia mengenalkan dirinya sebagai Peternak. Dia mengatakan bahwa insiden itu adalah bentuk teguran dari Tuhan atas kelalaian manusia. Peternak itu meminta para warga untuk bertaubat dan kembali memeluk ajaran yang benar. Awalnya kami tidak percaya, hingga insiden demi insiden menakutkan terus terjadi. Ternak peliharaan kami tiba-tiba hilang dan ditemukan hanya tinggal tulang. Darisitulah kami mulai percaya dan para warga memeluk agama yang diajarkan Peternak itu dan menjadikannya kultus agama bernama Gembala.” Jawab lelaki berpeci, namanya Arman.

"Siapa Peternak itu?" tanya Dani.

Ketiga orang itu menggeleng tidak tahu, "Kami hanya tahu dia laki-laki." jawab Mila.

“Lalu setelah itu tidak ada insiden apapun lagi?” tanya Bagas. Mereka mengangguk.

“Tapi kalian siapa dan darimana?” sela Mila.

“Kami—“ Bagas hendak menjawab tapi Kenanga memotongnya.

“Dari Bandung. Kami adalah kelompok pecinta misteri. Kami senang menyelidiki kasus seperti ini.” sela Kenanga.

“Jadi kalian bukan dari kepolisian?” tanya Nurman.

Kenanga menggeleng, “Bukan. Kami tidak ada hubungannya dengan kepolisian.”

“Tapi kenapa kalian datang kesini? Sudah tahu ini berbahaya, para polisi saja sudah menyerah.” Ucap Arman.

“Itu karena awalnya kami ingin berlibur di Puncak. Tapi ketika kami mendengar insiden ini kami merasa penasaran dan tertarik, akhirnya kami memutuskan datang. Siapa tahu ada yang bisa diselidiki?” ucap Kenanga.

Nurman, Arman dan Mila mengangguk mengerti.

“Kalau begitu, pesan kami hati-hati ya. Para warga saat ini sudah baik-baik saja. Tapi meski begitu jangan memancing mereka. Saya takut mereka akan kehilangan kendali.” Pesan Mila.

Kenanga mengangguk. “Kami hanya ingin jalan-jalan saja, tidak masalah kan?”

“Iya, asal hati-hati ya. Dan satu hal lagi, jangan dekati air terjun.” Pesan Nurman dengan nada penuh keseriusan.

“Kenapa?” tanya Angga.

“Berbahaya. Tanahnya sangat licin. Kalau tidak hati-hati, kalian pasti akan tergelincir.”

“Baik, pak. Terima kasih atas sarannya.” Ucap Kenanga.

“Kalau begitu, kami permisi dulu. kalau ada apa-apa, silakan datang saja ke balai desa ya. Letaknya tak jauh dari penginapan ini kok.”

Bagas menganggukan kepalanya, “Baik pak. Terima kasih sekali lagi atas bantuannya.”

“Sama-sama. Kalau begitu kami permisi. Assalamu’alaikum.” Pamit mereka.

“Waalaikum salam. Saya antar pak.” Bagas bangkit dan mengantar mereka hingga ke beranda.

Sepeninggal tiga orang itu, Angga menatap Kenanga.

“Kenapa letnan tidak mengatakan yang sebenarnya ke mereka?” tanya Angga.

“Maksudmu soal identitas kita sebagai tentara?” tanya balik Kenanga. Angga mengangguk.

“Kalau kau ingin mati, silakan.” Tandas Kenanga.

“Apa? Tapi kenapa?” sahut Dani.

Kenanga menatap keempat rekan kerjanya dengan seksama, “Kalian tidak dengar tadi apa kata mereka? Semua orang yang diutus dari Jakarta dan mengenalkan diri sebagai agent atau polisi, semuanya menghilang. Menurutmu mereka menghilang karena apa? Tentu saja karena dibunuh.”

“Jadi maksud letnan, alasan kita tidak boleh mengatakan yang sejujurnya soal siapa kita, agar mereka menurunkan kewaspadaan mereka dan tak menyerang kita?” tanya Riko.

Kenanga berdecak, “Tentu saja mereka tetap akan waspada. Tapi kita tidak akan terlalu dianggap lawan yang berpotensi membahayakan kalau kita tidak mengatakan siapa kita. Sepertinya mereka memiliki dendam tersendiri pada pihak berwenang.”

Brak

Panji menutup laptopnya dengan keras, dia menatap semua rekan kerjanya dengan tatapan kosong.

“Ada apa denganmu?” tanya Angga bingung.

“Saya nyaris kehilangan sepertiga darah saya begitu mendengar ceritanya. Ini tidak masuk akal kan? Kenapa mereka membunuh para polisi dan agent?” serunya.

“Itu yang harus kita selidiki. Kalau mereka sungguhan dibunuh, pasti ada jejak yang ditinggalkannya.” balas Riko.

Kemudian Bagas datang setelah mengantar ketiga orang itu. Dia duduk di samping Kenanga.

“Ada apa dengan wajah kalian?” tanyanya menatap semua anggotanya yang berwajah muram kecuali Kenanga.

“Kapten,” panggil Panji menatap Bagas. Bagas balik menatapnya dengan pandangan bertanya. “Pokoknya begitu misi ini selesai, kita harus makan besar.” Tandasnya.

“Baik, mau daging sapi atau salmon?” tanya Bagas menahan geli.

“Semua menu yang paling mahal di restoran favorit kita.” Timpal Angga.

“Oke. Asal kerja yang benar. Jangan terbawa suasana.” Pesan Bagas.

Seketika wajah mereka bersinar. Mereka mengangguk semangat.

Kenanga menggelengkan kepalanya, dia tidak habis fikir dengan pola fikir semua anggota timnya.

***

Ting tong

Satya membunyikan bel rumah Alfin. Tak lama, Alfin membuka pintu dan menatap sahabatnya dengan raut datar.

“Apa? Kalau mau minta makanan, tidak ada.” ucap Alfin hendak menutup pintunya.

“Eh, eh, tunggu.” Cegah Satya menahan pintu Alfin.

“Apa?”

“Aku masuk dulu ya?" pinta Satya.

Alfin langsung menghalangi pintu, "Kalau kau datang untuk menghancurkan rumahku apalagi menjadikannya tempat pesta. Sorry, tidak ada maaf untukmu!"

Satya menyengir malu. "Maaf. Aku tahu aku salah. Habisnya aku tidak punya cara lain."

"Tapi tidak dengan memakai rumahku kan? Aku memberi tahumu kata sandi dan menitipkan rumah ini hanya semalam padamu. Tapi siapa sangka ketika aku datang, rumahku jadi kacau?" omel Alfin.

Ada alasan kenapa Alfin marah-marah pada Satya. Kemarin, begitu dia selesai pindahan, bunda memintanya untuk pulang ke rumah untuk makan malam bersama. Karena akhir pekan, Alfin menyetujuinya dan menitipkan rumahnya pada Satya. Bukan karena dia takut ada yang menyelinap masuk, tapi ada barang milik Alfin yang belum dikirim kesini, makanya Alfin meminta bantuan Satya. Dia memberikan nomor sandinya pada Satya agar Satya bisa langsung menyimpan barangnya. Tapi siapa sangka, ketika dia datang keesokan harinya, rumahnya kacau berantakan. Puluhan bungkus kacang berserakan, juga tergeletak beberapa botol air mineral bahkan yang parahnya ada bau parfum wanita tercium. Dan Alfin menyimpulkan bahwa teman brengseknya itu mengadakan pesta di rumahnya tanpa seizinnya.

Makanya Alfin mengamuk dan menyatakan perang dingin pada Satya.

Dan kini Satya hanya bisa menyesali perbuatannya. Dia sudah meminta maaf berkali-kali dan menyuruh petugas kebersihan khusus untuk membersihkan rumah sahabatnya. Tapi Alfin masih marah padanya.

"Ayolah, Fin. Aku tidak sengaja, serius. Teman-temanku tiba-tiba saja datang dengan pacar-pacarnya dan menganggap bahwa rumahmu adalah rumahku." jelas Satya.

"Kalau begitu kenapa tidak menjelaskannya, hah? Kalau kau menjelaskannya dan mengangkut mereka semua ke rumahmu, rumahku tidak akan sehancur ini, brengsek!" amuk Alfin kesal.

"Mereka semua mabuk dan sulit untuk mengendalikan orang yang mabuk. Itu sebabnya aku tidak bisa apa-apa." lirih Satya.

Alfin mendengus kesal. Dia menendang tulang kering Satya.

"Sialan." umpat Alfin kesal. Setelah itu dia masuk ke dalam dengan perasaan dongkol.

"Aw!" ringis Satya. Dia masuk ke dalam rumah Alfin sambil memegangi kakinya yang ditendang Alfin.

Alfin duduk di sofa dengan tangan terlipat. Bibirnya melipat dan wajahnya datar.

"Fin, aku kan sudah minta maaf. Ayolah, jangan marah lagi, hem?" bujuk Satya. Tapi Alfin tetap bergeming.

Satya tidak kehilangan akal. Dia tiba-tiba menatap Alfin serius.

"Aku serius, kalau kau tidak memafkanku, aku akan menciummu." tegasnya.

Alfin menoleh. Dia berdecih, "Kau juga tidak akan berani." ejeknya.

Siapa bilang? Bagi lelaki gila seperti Satya, itu bukan hal tidak mungkin. Satya mencondongkan tubuhnya ke arah Alfin. Dia memonyongkan bibirnya.

"Maafkan Satya, Alfin. Kalau tidak, Satya akan mencium Alfin!" ancamnya dengan nada setengah manja.

Alfin melotot horor. Dia berusaha menghindar dari ciuman Satya.

"Jangan gila, brengsek!" seru Alfin panik.

"Maafin dulu." tekan Satya tetap memonyongkan bibirnya.

"Tidak akan!" tukas Alfin.

"Kalau begitu, Satya benar-benar akan menciummu." ancam Satya tak main-main. Bibirnya sudah hampir sampai di bibir Alfin.

Bug

Hingga di detik-detik terakhir, Alfin menendang perut Satya keras menyebabkan Satya terdorong ke belakang. Perutnya seketika nyeri. Dan Alfin menghirup nafas kasar.

"Huh hah, kau gila Satya!" sentak Alfin kesal.

"Ya makanya maafkan aku!" seru Satya meringis sakit.

Alfin mendesah keras, "Kau tak apa?" tanyanya menatap Satya yang meringis karena tadi perutnya ditendang oleh Alfin.

"Kalau rasa sakit ini bisa membuatmu memaafkanku, maka aku rela ditendang berapa kalipun." ucap Satya lebay.

Alfin meringis ngilu. Ada apa dengan otak temannya ini? Sepertinya Alfin harus membawanya ke rumah sakit jiwa. Siapa tahu otak Satya konslet.

"Bangunlah. Sandiwaramu murahan." tandas Alfin acuh.

"Di maafin tidak?" tekan Satya.

Alfin mengangguk lelah, "Hem."

Satya berteriak kesenangan, dia langsung bangkit dan memeluk Alfin keras.

"Lepas!" desis Alfin kehabisan nafas. Satya pun melepaskan pelukannya tapi tetap tersenyum senang.

"Terima kasih, Alfin!" serunya riang.

"Lain kali aku harus membawamu ke psikiater. Otakmu sepertinya harus diganti kabelnya." dengus Alfin.

Satya hanya tertawa keras. Tak tersinggung dengan ucapan pedas Alfin.

Drrt

Ponsel Satya bergetar. Dia mengambil ponselnya dan memeriksa pesan yang masuk. Tak berapa lama, dia menatap Alfin.

"Eh, Fin, temani aku yuk?" ajaknya tiba-tiba.

"Kemana?" tanya Alfin tetap fokus pada ponselnya.

"Ke Puncak Bogor." tandasnya.

Alfin mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan menatap Satya, "Puncak Bogor?"

...----...

Selamat Hari Raya Idul Adha, semuanya!🙏

Alhamdulillah, umat muslim kini bertemu Hari Raya kedua di Tahun ini. Meski masih dalam suasana PPKM, insyaallah kekhidmatan Idul Adha tetap sama😊

Oh ya, selamat menikmati bakar-bakar daging ya. Psst, bakar daging ya, jangan bakar rumah mantan, hehe🙈😂

Dan bagi yang non-muslim juga selamat menikmati Hari Selasa ya. Kalau lagi libur di rumah, jangan lupa baca karya ini sambil ngemil juga boleh, hehe😉

Sampai jumpa di Hari Rabu!👋

Terpopuler

Comments

AV20_Finda Aliata

AV20_Finda Aliata

keren

2022-04-29

0

Suci Waty

Suci Waty

selamat hari raya idul adha jg,thor...🙏

2021-07-20

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Bab 1. Dua Orang Asing
3 Bab 2. Misi
4 Bab 3. Hujan di Spanyol
5 Bab 4. Miracle
6 Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7 Bab 6. Ada Apa?
8 Bab 7. 3 Tahun
9 Bab 8. Pertemuan Kedua
10 Bab 9. Gembala
11 Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12 Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13 Bab 12. Terseret Masa Lalu
14 Bab 13. Ritual
15 Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16 Bab 15. Amarah Bersalah
17 Bab 16. Bunga Tulip Putih
18 Bab 17. Permintaan Maaf
19 Bab 18. Tato Kupu-kupu
20 Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21 Bab 20. Perjodohan
22 Bab 21. (Jangan) Batalkan
23 Bab 22. Hati Saya Menghangat
24 Karya Baruuu!!
25 Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26 Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27 Bab 25. Angga Tahu
28 Bab 26. Bocor
29 Bab 27. Jatuh Hati
30 Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31 Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32 Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33 Bab 31. Babak Baru
34 Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35 Bab 33. Kekasih?
36 Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37 CAST
38 Bab 35. Menunggu Pulang
39 Bab 36. Pulang
40 Bab 37. Here I am
41 Bab 38. Cha Cha Cha
42 Bab 39. Milikku adalah Milikku
43 Bab 40. Zona A-31
44 Bab 41. Sudah Suka?
45 Bab 42. Janji
46 Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47 Bab 44. Hadiah Perkenalan
48 Bab 45. Bekerjasama
49 Bab 46. Dancing in the Rain
50 Bab 47. The Night
51 Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52 Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53 Bab 50. Camp
54 Bab 51. Who Are You?
55 Bab 52. The Boss
56 Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57 Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58 Bab 55. Satria yang Meluruh
59 Bab 56. Prince's Tears
60 Bab 57. Runtuh
61 Bab 58.
62 Bab 59.
63 Bab 60.
64 Bab 61.
65 Bab 62.
66 Bab 63.
67 Bab 64.
68 Bab 65.
69 Bab 66.
70 Bab 67.
71 Bab 68. END
Episodes

Updated 71 Episodes

1
PROLOG
2
Bab 1. Dua Orang Asing
3
Bab 2. Misi
4
Bab 3. Hujan di Spanyol
5
Bab 4. Miracle
6
Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7
Bab 6. Ada Apa?
8
Bab 7. 3 Tahun
9
Bab 8. Pertemuan Kedua
10
Bab 9. Gembala
11
Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12
Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13
Bab 12. Terseret Masa Lalu
14
Bab 13. Ritual
15
Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16
Bab 15. Amarah Bersalah
17
Bab 16. Bunga Tulip Putih
18
Bab 17. Permintaan Maaf
19
Bab 18. Tato Kupu-kupu
20
Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21
Bab 20. Perjodohan
22
Bab 21. (Jangan) Batalkan
23
Bab 22. Hati Saya Menghangat
24
Karya Baruuu!!
25
Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26
Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27
Bab 25. Angga Tahu
28
Bab 26. Bocor
29
Bab 27. Jatuh Hati
30
Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31
Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32
Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33
Bab 31. Babak Baru
34
Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35
Bab 33. Kekasih?
36
Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37
CAST
38
Bab 35. Menunggu Pulang
39
Bab 36. Pulang
40
Bab 37. Here I am
41
Bab 38. Cha Cha Cha
42
Bab 39. Milikku adalah Milikku
43
Bab 40. Zona A-31
44
Bab 41. Sudah Suka?
45
Bab 42. Janji
46
Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47
Bab 44. Hadiah Perkenalan
48
Bab 45. Bekerjasama
49
Bab 46. Dancing in the Rain
50
Bab 47. The Night
51
Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52
Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53
Bab 50. Camp
54
Bab 51. Who Are You?
55
Bab 52. The Boss
56
Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57
Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58
Bab 55. Satria yang Meluruh
59
Bab 56. Prince's Tears
60
Bab 57. Runtuh
61
Bab 58.
62
Bab 59.
63
Bab 60.
64
Bab 61.
65
Bab 62.
66
Bab 63.
67
Bab 64.
68
Bab 65.
69
Bab 66.
70
Bab 67.
71
Bab 68. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!