Hari ini jenazah Syafira akan dipulangkan ke tanah air. Dan untuk menunggu waktu keberangkatan mereka, Alfin menyempatkan diri ke flat kekasihnya untuk membereskan barang-barang peninggalan Syafira.
Sudah sepuluh menit Alfin membereskan barang-barang milik Syafira. Dia memasukkan buku-buku, alat tulis bahkan alat lukis kesayangan Syafira. Alfin mencoba tegar meski hatinya masih sesak.
Dan flat itu adalah tempat paling menyesakkan bagi lelaki itu. Karena disinilah segala kerinduan yang tertahan dalam waktu lama bisa disalurkan. Acapkali melihat wajah Syafira yang tersenyum menyambutnya, keletihan Alfin selama penerbangan langsung sirna. Dan di flat inilah, jejak kehidupan Syafira bisa ditemukan.
Alfin menghentikan kegiatannya. Dia menatap sekeliling flat Syafira. Tak ada yang berubah. Alfin menarik nafas, aroma samar Syafira bahkan masih tercium di indera penciumannya. Tak ada yang berubah kecuali si pemilik rumah yang kini terbaring damai di dalam peti mati.
Alfin entah kenapa merasa sesak amat lebih. Dia berulang kali menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Menghalau rasa sakit yang direalisasikan dengan air mata.
Setelah tenang, Alfin kembali membereskan barang-barang Syafira ke dalam dus. Hingga tangannya mengambil sebuah diari pink, benda kesukaan Syafira. Alfin pun memutuskan membacanya sedikit.
Di halaman pertama, tulisan cantik Syafira terlihat. Dan data diri gadis itu tertulis rapi disana.
Buku ini milik Syafira Azalea
**Tanggal lahir : 06 Juni 199**5
Status : Kekasih dr. Alfin Adendra yang paling tampan ^^
(Psst : itu Alfin yang menulisnya sendiri-_-)
Alfin terkekeh. Dia ingat bahwa dialah yang menuliskan kata kekasih dr. Alfin paling tampan itu.
Setelah itu dia membalik halaman selanjutnya.
^^^Barcelona, Spanyol 18^^^
Aku sungguh sedih. Dan minta maaf pada Alfin karena aku, hubungan kami harus berjarak. Meski Alfin mengantarku, tapi aku merasa tidak sanggup. Menjalani hubungan jarak jauh bertahun-tahun lamanya. Bagaimana kalau Alfin digoda perempuan disana? Aku tidak sanggup membayangkannya!
Alfin kan lelaki tampan yang punya banyak penggemar. Jelas aku khawatir. Karena apa? Karena aku bukan perempuan yang cantik. Bisa dibilang, aku beruntung bisa dicintai olehnya. Astaga, cowokku memang sangat manis!
Tapi aku punya solusinya. Kalau sampai Alfin digoda bahkan tergoda, aku akan langsung angkat kaki dari Spanyol dan menyeretnya ke KUA!
Alfin tertawa kecil membaca tulisan penuy ngegas khas Syafira itu. Dia masih ingat di hari-hari pertama mereka berpisah, Syafira sering menelfonnya. Dan tahukah apa kalimat pertamanya ketika sambungan mereka terhubung?
Kamu tidak tergoda perempuan cabe kan?
Dan begitu mendengar pertanyaannya, Alfin tertawa keras. Begitu lucu cara Syafira menjaganya agar tidak kehilangannya.
Setelah puas bernostalgia di halaman pertama, Alfin melanjutkan membaca di halaman kedua. Kali ini, Syafira menceritakan soal pertemuan pertama mereka setelah berpisah.
^^^Barcelona, Spanyol 18^^^
Akhirnya Alfin datang menjengukku! Aku amat senang hingga nyaris terjungkal dari ranjangku. Dia akan datang besok pagi. Dan aku, sebagai perempuan paling bahagia sedunia, harus merawat wajahku agar ketika bertemu Alfin, dia tidak malu menggandengku, hehe. Biasanya aku tidak begitu peduli meski aku berwajah polos tanpa make up didepannya. Toh dia tetap mencintaiku, benar kan? Hanya saja ini Barcelona, Spanyol. Tentu aku harus punya sedikit muka dan harga diri saat jalan-jalan bersama makhluk paling tampan di negeri orang, kan?
Pokoknya, aku amat bahagia. Alfin, sampai ketemu besok! Aku akan menahan rasa rinduku 12 jam lagi hiks
"Sejak kapan Syafira senarsis ini?" gumam Alfin geli.
Alfin seketika tersadar, "Ah, jadi itu alasannya, dia sampai ngamuk saat aku mencoba membaca diarinya. Jadi ini alasannya. Dia malu bahwa aku mengetahui sebesar apa rasa cintanya." lanjutnya tersenyum.
Tapi tak lama, Alfin kembali melunturkan senyumnya. Dibalik rasa bahagianya mengetahui perasaan sesungguhnya Syafira, tapi dia juga merasa sedih disaat bersamaan. Karena pemilik diari ini sudah tiada. Dan tidak ada yang perlu diceritakan dan diejek karena curahan hati ini bila orangnya sudah tidak ada.
Alfin mendesah keras. Dia menutup buku itu dan memasukannya ke dalam saku jaketnya. Dia akan membaca sisanya ketika di rumah.
***
Waktu keberangkatan hampir tiba. Setelah mengurus syarat administratif terakhir, akhirnya pesawat bertolak dari bandara menuju Jakarta.
Belasan jam kemudian, mereka sampai di bandara. Dan keluarga Syafira serta keluarga Alfin sudah menunggu kepulangan mereka. Dan begitu melihat peti mati yang berisi Syafira, keluarganya langsung menangis histeris. Sedangkan Alfin yang nampak lesu dipeluk erat oleh Alan.
"Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja." hibur Alan mengusap-usap punggung Alfin yang nampak ringkih.
Setelah itu, jenazah Syafira langsung dibawa ke rumah duka. Alfin dan keluarganya juga Satya juga ada disana. Mereka duduk di kursi depan setelah berganti pakaian dengan busana serba hitam. Di kepala Alfin, sebuah peci hitam juga turut dipakai.
Suara alunan yasin menggema di seluruh pelataran rumah besar Syafira. Dan Alfin hanya bisa duduk lemah dengan raut kosong. Alan pun menghampiri adiknya yang nampak frustasi itu.
"Minum dulu agar segar kembali." ucap Alan mengangsurkan sebotol air minum ke hadapan Alfin.
Alfin hanya mengambilnya tanpa mengatakan apapun. Alan pun lantas duduk disamping adiknya.
"Segala sesuatu tidak ada yang abadi. Semuanya hanyalah titipan dari Allah. Akan sewaktu-waktu diambil lagi tanpa harus kita tahu kapan. Allah punya kuasa untuk memberi maupun mengambil tanpa harus seizin kita. Kita hanya bisa menerimanya."
"Aku tahu. Yang aku sedikit sesalkan adalah Syafira meninggal begitu saja. Dia bunuh diri? Aku bahkan tidak yakin itu sungguhan." ucap Alfin pilu.
"Menurutmu dia meninggal bukan karena mengakhiri hidupnya sendiri?"
Alfin terdiam dengan mata berkaca-kaca.
"Menurut kabar yang Mas dengar, Syafira keracunan strychinine yang mengakibatkan dia langsung tiada." ungkap Alan dengan nada hati-hati.
Alfin menatap tajam Alan, "Dia seorang seniman bukan petani. Untuk apa dia meracuni diri dengan obat pestisida seperti itu?" tekan Alfin.
Alan terdiam. Dia tidak lagi membuka mulutnya agar Alfin tidak emosi.
Alfin memalingkan tubuhnya lagi ke depan, "Aku yakin ini bukan atas kemauan Syafira. Dia pasti dibunuh, kecelakaan ini bukanlah kebetulan. Dan aku akan menangkap pelakunya." desis Alfin dengan sorot tajam.
***
Pemakaman Syafira sedang digelar. Alfin, Satya dan Alan bertugas menguburkannya. Dan sedari tadi air mata semua orang terus mengucur. Tak terkecuali Alfin, yang mati-matian menahan tangis hingga wajahnya memerah. Dia berusaha untuk tak mengotori kain kafan kekasihnya oleh air matanya yang menetes.
Alfin dengan gemetaran membaringkan Syafira di peristirahatan terakhirnya. Setelah jenazah Syafira diletakkan di dalam liang lahat, mereka menguburkannya. Dan tak butuh waktu lama, jenazah Syafira sudah tertupi tanah merah. Di ujungnya, papan nisan telah ditancapkan.
...Syafira Azalea...
...binti...
...Nurman...
...Lahir : 06 Juni 1996...
...Wafat : 18 September 2020...
Setelah itu, berbagai bunga harum berwarna-warni ditaburkan di rumah baru Syafira. Dan Alfin sudah tak kuasa menahan tangisnya kala dia menyiram kuburan kekasihnya dengan air mawar. Dia menangis sesenggukan dan langsung dipeluk oleh bundanya.
Semua anggota keluarga yang ada disana turut merasakan kesedihan Alfin. Lelaki yang katanya adalah pemimpin yang harus kuat dan tangguh pada dasarnya tetaplah seorang manusia. Manusia yang akan sedih dan merasa patah kala orang yang paling dikasihinya tak lagi menghirup udara yang sama. Lelaki juga berhak menangis. Bukan untuk menunjukkan seberapa lemah dan rapuhnya, melainkan sebagai tanda bahwa kepergian orang yang paling dikasihinya amat berharga di dalam hidupnya. Layaknya Syafira yang amat berharga dan sepenuhnya telah tertanam dihatinya. Bila harus diandaikan, Syafira adalah bunga indah yang harus gugur karena melayu. Dan Alfin sebagai pohonnya, hanya bisa tegar dan terus berdiri meski hatinya pilu.
Alfin, si pohon, telah kehilangan bunganya yang paling cantik dan amat berarti.
Tapi bukan berarti dia akan selamanya jatuh. Kepergian Syafira hanyalah bagian dari fase kehidupannya yang harus dan pasti akan terjadi. Dan Alfin harus menerimanya dengan ikhlas dan kembali berjalan untuk melihat babak kehidupannya selanjutnya.
***
Di sisi lain, Kenanga sedang berjalan dengan tangan menggenggam sekeranjang buah-buahan. Wajahnya amat datar bahkan terasa seperti hendak memakan orang. Dia berjalan lurus mencari sebuah ruangan.
Tebak dimana Kenanga sekarang?
Dia ada di rumah sakit. Meskipun mengatakan tak sudi datang tapi kakinya tanpa sadar sudah berada disini. Dan mau tak mau, dia harus mengunjungi keluarga baru papanya itu yang sedang berbahagia karena kedatangan anak pertama.
Kenanga akhirnya sampai di ruangan rawat yang dituju. Setelah mengatur nafas, Kenanga mengetuk pintu dan langsung masuk kedalam.
Di dalam, ada papanya, Rafa serta istri barunya, Linda dan bayi mereka yang baru saja lahir. Dan ibu Linda, Mayang yang amat membencinya.
Semua orang didalam amat terkejut karena tak menduga akan kedatangan Kenanga.
"Kenanga." panggil Rafa tak percaya bahwa putrinya datang.
"Jangan salah paham. Saya kesini atas suruhan Om Akra." ucap Kenanga datar.
"Silakan duduk." ucap Rafa tak mampu menutupi kebahagiannya. Meskipun atas suruhan Akra, dia tetap senang karena putrinya mau datang setelah tak bertemu selama satu tahun lamanya.
"Saya hanya sebentar. Ini bingkisan dari saya." Kenanga langsung menyerahkan keranjang buah itu. Dia tetap berdiri di tempatnya.
"Terima kasih Kenanga." ucap Rafa.
"Sama-sama. Saya permisi." pamit Kenanga tiba-tiba.
"Eh, kamu tidak duduk dulu? Ketemu dengan adikmu?" cegah Rafa.
Kenanga hendak membuka mulutnya kala Mayang menyelanya dengan sinis.
"Dia tentu tidak akan sudi melihat adiknya apalagi mengakuinya." sindirnya.
"Bu." tegur Linda.
Sudut bibir Kenanga terangkat, dia lalu berbalik menatap Mayang.
"Anda memang pandai menebak. Saya memang tidak suka pada keluarga yang memungut sampah."
"Kenanga." tegur Rafa.
"Maaf bila saya tidak sopan. " ucapnya santai.
Mayang berdecih, "Seharusnya kamu memang ditakdirkan ditinggalkan. Kelakuan kamu yang tanpa tatakrama itu benar-benar disayangkan. Jadinya ketika keluargamu direbut, jangan salahkan orang lain. Salahkan saja dulu kamu dan ibumu." ucap Mayang pedas.
Kenanga makin tersenyum lebar. Tidak nampak tersinggung tapi sebenarnya dia amat sangat emosi.
"Saya dibekali kemampuan bela diri dengan predikat sabuk hitam di setiap aliran berbeda. Dan kemampuan bela diri diantaranya digunakan untuk menonjok mulut tak berguna yang tak tahu malu." sinis Kenanga.
"Kenanga, jangan bertindak tidak sopan!" tegur Rafa jauh lebih keras.
"Maaf, soalnya ibu saya bilang, jangan sopan pada orang yang tidak sopan pada kita." ucap Kenanga.
"Kenanga.." desis Rafa.
"Sudahlah, saya sibuk. Saya permisi." Kenanga pun langsung keluar ruangan begitu saja.
Setelah keluar dari ruangan penuh sesak itu, dia terdiam sambil badan disandarkan pada dinding di samping ruang rawat.
Setelah menghalau rasa sesak dan kesalnya, perempuan itu langsung pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.
***
Alfin, lelaki patah hati, berlari sore di sekitaran taman yang letaknya jauh dari rumah Syafira. Beginilah cara lelaki itu menghalau stress, dengan berlari kecil sore hari.
Lelaki berhoodie hitam itu terus berlari mengelilingi taman. Dia sudah berlari lima belas putaran tanpa henti. Wajahnya datar tanpa senyum.
Alfin terus berlari hingga taman sepi. Satu persatu orang pergi menyisakan dirinya yang terus menyiksa kakinya tanpa henti. Hingga awan sore keemasan berubah jadi hitam. Suara guntur dan petir terdengar.
Duarr
Tes
Tes
Hujan langsung turun deras dan seketika membasahi pelataran taman. Pakaian Alfin pun basah. Lelaki itu berhenti untuk menyeka wajahnya setelah itu menarik tudungnya menutupi kepalanya dan kembali berlari. Dia malas repot harus menghindari hujan.
***
Kenanga, perempuan berusia dua puluh enam tahun itu berlari kencang mengelilingi taman di sekitar gedung apartementnya.
Setelah dia dari rumah sakit, Kenanga langsung berlari di taman apartement. Hoodie hijau tuanya sudah basah oleh keringat. Tapi dia tidak mau berhenti dan terus berlari.
Hingga Kenanga berhenti berlari kala terdengar suara tetesan hujan disertai petir menggema. Kenanga menengadahkan telapak tangannya, merasakan tetesan hujan yang lama kelamaan makin besar.
"Akhir-akhir ini sering hujan." gumam Kenanga.
Setelah itu, Kenanga menarik tudungnya ke kepalanya dan berlari masuk ke dalam gedung apartement.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
zae
lanjut kak
2021-07-16
0
Suci Waty
lanjut thor...
2021-07-16
0