Bab 4. Miracle

Waktu insiden kecelakaan

Di sebuah jalan sepi, sebuah mobil tengah membawa seorang tahanan yang paling diresahkan di seluruh negeri. Ahmad yang merupakan seorang menteri telah ditangkap di tempat oleh tim Rajawali kala melakukan transaksi ilegal dengan gerakan separatisme Lebanon. Dan kini dia sedang dibawa ke rumah tahanan, rumah keduanya sembari menunggu hasil putusan pengadilan atasnya.

Sebanyak empat penjaga termasuk supir ada di dalam mobil itu. Satu orang penjaga dengan supir di depan, satu penjaga di samping kanannya dan satu penjaga duduk di kursi belakang. Proses pemindahan tahanan itu tidak disiarkan secara ramai untuk menghindari keramaian dan kerumunan masyarakat yang geram dengan tindakannya merugikan negara dan bangsa.

Sudah satu jam perjalanan, tapi mereka belum ada tanda-tanda sampai.

“Kita akan kemana?” celetuk Ahmad.

“Diam dan duduk tenang saja.” Ujar seorang penjaga di depan. Dia menatap tajam pada Ahmad setelah itu kembali menatap ke depan.

Ahmad berdecak kecil, “Pada saat aku masih menjabat sebagai menteri, kalian adalah bawahanku yang bahkan tidak berani melihatku. Berani-beraninya...”

“Seperti yang Anda bilang, itu dulu dan sekarang tidak lagi. Kami tidak sudi berbuat sopan pada orang yang merugikan negara.” Sindir penjaga lain sinis.

Ahmad hanya menyunggingkan senyumnya, nampak menutupi rasa ketersinggungannya dengan ucapan penjaga itu.

“Kalian lihat saja, kalian juga akan bernasib sama sebentar lagi.” Desisnya.

Semua penjaga tidak ada yang mau menanggapi hingga di depan jalan, sebuah perempatan dengan lampu merah muncul.

“Ini lampu merahnya, benar kan?” tanya supir itu.

Penjaga yang duduk di sampingnya mengangguk, “Iya. Silakan lurus saja.”

Begitu mobil sampai di perempatan, lampu rambu lalu lintas menampilkan warna merah. Mobil pun berhenti. Selain mobil mereka, tidak ada mobil atau motor apapun yang berlalu lalang.

Lampu pun berubah hijau. Namun begitu mobil dijalankan, sebuah truk berkecepatan tinggi datang dari arah kiri mereka. Dan—

Brak

Truk yang melanggar lampu merah itu menghantam mobil yang ditumpangi Ahmad dan lainnya. Truk itu tak mengurangi kecepatannya mendorong mobil hingga terhantam pembatas jalan.

Brak

Mobil itu seketika ringsek dan hampir hancur. Ahmad dan penjaga lainnya langsung kehilangan kesadaran dengan darah mengucur mengaliri wajah mereka.

Lalu seseorang keluar dari truk, dia berpakaian hitam dan bermasker, berjalan menuju mobil yang hancur itu. Dia membuka pintu dan mengecek semua orang didalam mobil itu termasuk Ahmad. Ahmad jelas korban mereka karena Ahmad adalah orang pertama yang merasakan kesakitan atas hantaman itu. Dan benar saja setelah memeriksa, Ahmad sudah tak menghembuskan nafas lagi. Maka lelaki misterius itu mengambil stempel dan menstempel leher belakang Ahmad dengan sebuah simbol. Setelah itu, dia menutup pintunya dan kembali ke truknya.

“Dia sudah mati.” Beritahunya pada rekannya.

Rekannya mengangguk dan mulai menjalankan truknya pergi dari lokasi kejadian. Meninggalkan mobil yang hancur dan berasap dengan lima penumpang yang tak sadarkan diri dan satu diantaranya, Ahmad telah meninggal di tempat.

****

Lima belas menit setelah insiden

Kenanga sampai di lokasi kejadian. Dia melihat dua buah mobil ambulans dan tiga buah mobil polisi terparkir disana. Kenanga keluar dari mobilnya dan langsung berlari mendekati lokasi kejadian.

Begitu sampai di kerumunan itu, sebuah mobil yang hancur total terpampang jelas dengan pembatas jalan disampingnya yang bengkok akibat hantaman keras dari mobil. Garis kuning polisi melingkar disana.

“Letnan.” Panggil seseorang ketika Kenanga sedang fokus memerhatikan mobil ringsek itu.

Kenanga menoleh, anggota timnya ada disana semua kecuali Bagas yang sedang berbicara dengan polisi.

“Sedahsyat apa hantamannya hingga mobil hancur total?” gumam Kenanga terus memerhatikan pembatas jalan yang bengkok itu.

“Kurasa ini kecelakaan yang disengaja. Mereka sengaja dibunuh,” bisik Riko.

“Ada saksi?” tanya Kenanga.

“Anehnya tidak. Menurut kesaksian dari pemilik warung yang jaraknya satu kilo dari lokasi, hanya ada mobil ini saja yang berkendara." jawab Angga.

"CCTV bagaimana?" tanya Kenanga lagi.

"CCTV tidak berfungsi saat kejadian itu." timpal Panji.

"Apa?" seru Kenanga tak percaya.

"Ini sudah jelas disengaja. Bagaimana bisa tidak ada saksi mata dan CCTV mati saat kejadian?" ucap Riko.

"Korbannya bagaimana? Ahmad bagaimana?" tanya Kenanga.

Angga, Panji, Riko dan Dani saling terdiam.

"Cepat katakan!" seru Kenanga tak sabar.

Panji pun memberanikan diri membuka mulutnya berbicara mewakili anggota tim lain.

"Dia sudah meninggal." sela Bagas yang datang dari arah belakang.

Kenanga menoleh pada Bagas. Ekspresinya terkejut bercampur kesal, "Apa? Maksudmu..."

"Iya, Ahmad lah target mereka. Siapapun yang memerintahkannya, dia hanya ingin Ahmad mati untuk menghilangkan jejaknya." jelas Bagas.

"Maksud Kapten, ada orang diatas Ahmad? Yang mengendalikan ini semua?" tanya Dani terkejut.

"Ini hanya hipotesisku. Tapi kurasa iya. Ahmad tidak mungkin punya kekuasaan sebesar itu terkecuali ada yang menyokongnya dari luar. Dan kasus kemarin, adalah kegagalan terbesarnya. Jadi, mereka membunuhnya untuk tutup mulut."

Mereka semua terdiam tak percaya dengan pernyataan kapten mereka itu.

"Jadi apa hasil kita selama ini?" lirih Dani kesal.

"Kalian tahu apa skenario terburuk dari masalah ini?" sela Kenanga.

Mereka kompak menggeleng.

"Polisi akan menutupi kasus ini dan menganggapnya hanya kecelakaan biasa."

***

Dan ucapan Kenanga terbukti benar. Mereka mendapat kabar mengesalkan itu keesokan harinya. Kepolisian menyatakan bahwa kasus itu adalah kecelakaan biasa yang disebabkan kelalain supir truk tak dikenal yang kini masih dicari. Adapun korban dari kecelakaan itu dimana tiga dari empat penjaga selamat dan hanya mengalami luka-luka akan diberikan kompensasi. Tak terkecuali satu penjaga yang juga tiada, keluarganya akan diberikan kompensasi dan uang tunjangan kematian. Dan Ahmad, jenazahnya akan dimakamkan hari ini juga.

Dan begitu Bagas mendengar ini, dia langsung membanting keras remot tv ke lantai. Semua anggota timnya hanya diam karena merasa amat emosi juga.

"Tidak bisa! Kenapa kasus ini ditutup begitu saja? Ini bukan kecelakaan, ini pembunuhan. Pembunuhan!" seru Riko emosi.

"Kita harus mengajukan banding pada kepolisian. Bagaimanapun kita yang menangkapnya." tambah Panji tak sabaran.

"Apa ada gunanya?" sela Kenanga membuat semua orang menoleh ke arahnya. "Kita tidak punya bukti bahwa itu adalah pembunuhan. Dan kasus pembunuhan, harus ada pelakunya bukan? Tapi siapa?"

"Supir truk itu! Dia pelakunya!" seru Panji.

"Dia hanya suruhan seseorang. Percuma saja." tukas Kenanga. "Kalaupun kita menangkapnya, dia tidak akan membuka mulutnya."

"Ada alasan kenapa polisi tidak berani menyusut kasus ini." celetuk Bagas masih emosi.

"Miracle, itu yang kau katakan, benar kan?" tanya Kenanga.

Bagas mengangguk. "Sudah pasti ini ulah mereka. Jadi yang bisa disimpulkan adalah Ahmad adalah anggota Miracle."

"Ada buktinya?" tanya Kenanga.

"Kapten sempat melihat kondisi jenazah Ahmad sebelum di evakuasi, dan di leher belakangnya ada sebuah simbol berupa sebuah lingkaran dengan busur panah berwarna hitam di dalamnya." jawab Panji.

"Dan itu adalah simbol Miracle." tandas Bagas.

"Apa sebenarnya Miracle?" tanya Kenanga bingung.

Kelima lelaki itu terkejut mendengar pertanyaan tak terduga Kenanga. Mereka terkejut bahwa Kenanga tidak tahu.

"Letnan tidak tahu?" seru Riko.

Kenanga menganggukan kepalanya.

"Bukan--bagaimana bisa letnan tidak tahu tentang mereka? Letnan sudah lama di dunia militer ini, letnan tidak tahu?" timpal Panji tak percaya.

"Aku belum pernah mendengarnya." jawab Kenanga jujur.

Bagas mengambil alih dan mulai menjelaskan, "Miracle adalah sebuah organisasi mafia paling berbahaya di dunia. Bisnis mereka tak hanya soal dunia hitam tapi juga memporak-porandakan suatu negara. Mereka bergerak diam-diam dan tak terlihat di bawah tanah. Tak ada yang tahu berapa jumlah anggota dan dimana markasnya. Tapi banyak yang berspekulasi mereka berbasis di New York. Dan seperti yang kalian tahu, zaman dulu New York adalah salah satu tempat dengan kartel narkoba terbesar di dunia."

"Kau bilang tidak ada yang tahu siapa dan dimana markas mereka. Itu berarti mereka sulit terjejak?"

Bagas menganggukan kepalanya.

"Dan yang paling mengesalkannya adalah pemimpinnya saja tidak ada yang tahu siapa. Tapi ada beberapa rumor yang mengatakan bahwa pemimpin Miracle adalah seorang laki-laki muda dan sering disebut The Boss oleh anggotanya." timpal Riko.

"The Boss?"

"Tak ada yang mengetahui nama aslinya. Kalau ada orang yang mengetahui siapa The Boss itu, maka katanya orang itu akan dibunuh untuk menutup mulutnya. Bahkan menurut kepercayaan disana, para anggota Miracle tidak ada yang pernah tahu

bagaimana rupa boss mereka. Karena setiap kali mengadakan pertemuan, boss mereka memakai masker hitam dan topi hitam." tambah Angga.

"Meski pergerakan mereka sulit terdeteksi, tapi selalu ada cara mengetahui perbuatan mereka. Yaitu tanda lingkaran dengan busur panah hitam. Korban Miracle selalu diberi tanda itu di belakang lehernya setelah dibunuh." tambah Dani.

"Seperti Ahmad." pungkas Riko dan Angga bersamaan.

Kenanga terdiam mendengar rentetan informasi yang disampaikan semua rekan tim nya itu. Miracle? The Boss? Simbol? Omong kosong macam apa ini. Kenanga bahkan tak bisa mempercayainya.

Melihat ekspresi bingung dan mengerut dari wajah Kenanga, semua anggota tahu bahwa masih sulit menerima informasi yang sedikit konyol dan tak masuk akal ini.

Tapi pada dasarnya, semua informasi ini hanyalah rumor dan tak semuanya benar. Karena Miracle amat tertutup dan misterius. Tapi satu hal yang bisa disimpulkan dengan yakin adalah, kasus ini ada hubungannya dengan organisasi itu.

Lama terdiam, Kenanga memutuskan beranjak berdiri,"Aku akan berbicara dengan panglima dulu." ujar Kenanga keluar dari ruangan.

"Panglima?" tanya Dani bingung.

"Omnya." jelas Riko.

"Kalian jangan salah paham terhadap letnan Kenanga. Dia mungkin terlihat acuh tapi sebenarnya dia sangat marah." ucap Bagas.

"Kami tahu. Letnan tidak mungkin berbicara pada panglima seperti ini. Dia tidak suka menggunakan koneksinya."

***

Kenanga berjalan pelan menuju kantor para petinggi. Dia sampai di ruangan Omnya dengan raut termenung.

Kenanga hendak mengetuk pintu tapi ajudan Om nya lebih dulu membuka pintu.

"Letnan Kenanga? Ada yang bisa dibantu?" tanya ajudan omnya.

"Saya ingin bertemu dengan panglima."

"Tapi bapak saat ini sedang tidak bisa diganggu. Beliau--"

"Kalau begitu katakan keponakannya datang dan ingin bicara dengan omnya." potong Kenanga.

"Saya akan menyampaikannya pada bapak dahulu." Ajudan omnya itu kembali masuk ke ruangan.

Tak lama kemudian, sang ajudan kembali membuka pintu.

"Silakan masuk." ucapnya.

Kenanga pun masuk ke dalam ruangan om nya. Akra, dia sedang berdiri di depan jendela besar.

"Lapor." ucap Kenanga membuat Akra menoleh.

"Saya izin meminta waktu Anda sebentar." lanjut Kenanga.

"Silakan duduk." persilakan Arka.

Kenanga lantas duduk diikuti Akra yang duduk di kursi kebesarannya.

"Ada yang ingin saya tanyakan." Kenanga memulai pembicaraan. "Kenapa Anda mengizinkan kasus ditutup begitu saja?"

Akra terdiam sesaat, "Tidak ada bukti dan saksi." tandasnya.

"Tapi jelas-jelas, itu disengaja. Mereka dibunuh! Coba lihat laporan autopsinya."

"Om sudah melihatnya. Dan semua hasil menunjukkan itu hanyalah kecelakaan biasa."

"Ada simbol Miracle di belakang leher Ahmad. Tidakkah itu bukti kuat?"

"Simbol itu tidak ada."

Kenanga mengernyitkan keningnya. "Apa?"

"Antara tidak sengaja terhapus atau memang sengaja dihapus, nyatanya di dalam laporan autopsi tidak ada simbol apapun di belakang lehernya."

"Tidak mungkin." lirih Kenanga tidak percaya.

"Ini adalah permainan mereka. Menutupi kasus pembunuhan dengan kecelakaan biasa. Jelas pemerintah kita sedang disusupi oleh mereka di berbagai bidang sentral." ucap Akra menahan emosi.

"Kalau om sudah tahu, tapi kenapa om tidak melawannya dan malah menerima hasil palsu itu?"

"Karena tidak punya bukti. Lagipula itu adalah kewenangan kepolisian. Tugas kita sudah selesai begitu kita menangkapnya."

"Kenapa polisi tidak mau mengusut kasus ini?"

"Karena Miracle. Mereka adalah organisasi berbahaya. Dan fakta bahwa mereka sudah mulai memasuki Indonesia, membuat semua orang tak berani bersinggungan dengannya."

"Dan," Akra kembali melanjutkan, "Banyak orang-orang penting yang berkhianat pada negara dan masuk ke dalam Miracle."

"Seperti Ahmad." tandas Kenanga.

Akra mengangguk, "Akan ada Ahmad lainnya. Para cecunguk itu sudah meresahkan rakyat. Mereka ingin menghancurkan Indonesia luluh lantak di bawah kaki mereka."

"Jadi apa yang harus dilakukan?"

"Kita hanya bisa saling bertahan dengan menjaga kepercayaan dan kesetiaan. Ingat, mereka adalah organisasi besar. Dalam perekrutan, mereka pasti akan memilih orang yang memiliki peranan sentral untuk memudahkan mencapai tujuan mereka. Presiden, pejabat menteri bahkan TNI da Kepolisian pasti akan menjadi sasaran mereka. Dan kita sebagai garda terdepan dalam menjaga kedaulatan NKRI, harus memantapkan hati agar tidak tergiur dalam bujuk rayu mereka." jelas Akra tegas.

Kenanga mengangguk mengerti.

"Tapi ada yang bisa kita lakukan." lanjut Akra.

"Apa om?"

"Selidiki tentang mereka sekaligus buat daftar nama pejabat kita yang menjadi bagian Miracle. Om yakin, para cecunguk itu tidak lebih dari satu. Tempat yang paling dimungkinkan ada orang dalam Miracle adalah pengadilan, kepolisian, elit TNI dan menteri."

"Presiden bagaimana?"

"Beliau orang yang bijaksana dan bermartabat. Tapi kita tetap harus waspada. Karena beliau adalah orang paling penting dan pastilah paling diburu." tandasnya.

Kenanga mengangguk mengerti.

"Kalau begitu sampai disini. Saya sudah menganggu waktu Anda sangat banyak." Kenanga bangkit berdiri.

"Saya permisi." pamitnya kemudian hormat pada Akra.

Kenanga hendak keluar ruangan kala suara Akra terdengar kembali.

"Hari ini, adikmu lahir." Mendengarnya, Kenanga menghentikan langkahnya tapi dia tidak berbalik sama sekali.

"Bila ada waktu, jenguklah dia di rumah sakit." lanjut Akra.

Kenanga mengepalkan tangannya, "Dia bukan adikku." desinya.

Dan tanpa kata lagi, perempuan itu langsung keluar ruangan. Meninggalkan Akra yang mendesah pelan di kursinya.

Terpopuler

Comments

hiatus

hiatus

mampir lagi thor 😍🥰

2021-09-04

1

Suci Waty

Suci Waty

hmmm,,,makin penasaran...

2021-07-15

2

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Bab 1. Dua Orang Asing
3 Bab 2. Misi
4 Bab 3. Hujan di Spanyol
5 Bab 4. Miracle
6 Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7 Bab 6. Ada Apa?
8 Bab 7. 3 Tahun
9 Bab 8. Pertemuan Kedua
10 Bab 9. Gembala
11 Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12 Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13 Bab 12. Terseret Masa Lalu
14 Bab 13. Ritual
15 Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16 Bab 15. Amarah Bersalah
17 Bab 16. Bunga Tulip Putih
18 Bab 17. Permintaan Maaf
19 Bab 18. Tato Kupu-kupu
20 Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21 Bab 20. Perjodohan
22 Bab 21. (Jangan) Batalkan
23 Bab 22. Hati Saya Menghangat
24 Karya Baruuu!!
25 Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26 Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27 Bab 25. Angga Tahu
28 Bab 26. Bocor
29 Bab 27. Jatuh Hati
30 Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31 Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32 Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33 Bab 31. Babak Baru
34 Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35 Bab 33. Kekasih?
36 Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37 CAST
38 Bab 35. Menunggu Pulang
39 Bab 36. Pulang
40 Bab 37. Here I am
41 Bab 38. Cha Cha Cha
42 Bab 39. Milikku adalah Milikku
43 Bab 40. Zona A-31
44 Bab 41. Sudah Suka?
45 Bab 42. Janji
46 Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47 Bab 44. Hadiah Perkenalan
48 Bab 45. Bekerjasama
49 Bab 46. Dancing in the Rain
50 Bab 47. The Night
51 Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52 Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53 Bab 50. Camp
54 Bab 51. Who Are You?
55 Bab 52. The Boss
56 Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57 Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58 Bab 55. Satria yang Meluruh
59 Bab 56. Prince's Tears
60 Bab 57. Runtuh
61 Bab 58.
62 Bab 59.
63 Bab 60.
64 Bab 61.
65 Bab 62.
66 Bab 63.
67 Bab 64.
68 Bab 65.
69 Bab 66.
70 Bab 67.
71 Bab 68. END
Episodes

Updated 71 Episodes

1
PROLOG
2
Bab 1. Dua Orang Asing
3
Bab 2. Misi
4
Bab 3. Hujan di Spanyol
5
Bab 4. Miracle
6
Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7
Bab 6. Ada Apa?
8
Bab 7. 3 Tahun
9
Bab 8. Pertemuan Kedua
10
Bab 9. Gembala
11
Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12
Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13
Bab 12. Terseret Masa Lalu
14
Bab 13. Ritual
15
Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16
Bab 15. Amarah Bersalah
17
Bab 16. Bunga Tulip Putih
18
Bab 17. Permintaan Maaf
19
Bab 18. Tato Kupu-kupu
20
Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21
Bab 20. Perjodohan
22
Bab 21. (Jangan) Batalkan
23
Bab 22. Hati Saya Menghangat
24
Karya Baruuu!!
25
Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26
Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27
Bab 25. Angga Tahu
28
Bab 26. Bocor
29
Bab 27. Jatuh Hati
30
Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31
Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32
Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33
Bab 31. Babak Baru
34
Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35
Bab 33. Kekasih?
36
Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37
CAST
38
Bab 35. Menunggu Pulang
39
Bab 36. Pulang
40
Bab 37. Here I am
41
Bab 38. Cha Cha Cha
42
Bab 39. Milikku adalah Milikku
43
Bab 40. Zona A-31
44
Bab 41. Sudah Suka?
45
Bab 42. Janji
46
Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47
Bab 44. Hadiah Perkenalan
48
Bab 45. Bekerjasama
49
Bab 46. Dancing in the Rain
50
Bab 47. The Night
51
Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52
Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53
Bab 50. Camp
54
Bab 51. Who Are You?
55
Bab 52. The Boss
56
Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57
Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58
Bab 55. Satria yang Meluruh
59
Bab 56. Prince's Tears
60
Bab 57. Runtuh
61
Bab 58.
62
Bab 59.
63
Bab 60.
64
Bab 61.
65
Bab 62.
66
Bab 63.
67
Bab 64.
68
Bab 65.
69
Bab 66.
70
Bab 67.
71
Bab 68. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!