Alfin masih terduduk di kursi tunggu. Jenazah kekasihnya tengah di autopsi untuk menyelidiki penyebab kematiannya. Lelaki itu menunduk dalam, kepalanya bahkan hampir menyentuh lututnya. Rambutnya berantakan dan wajahnya pucat.
Alfin dengan lesu mengambil ponselnya. Dia menekan sejumlah nomor dan tak lama suara seseorang menyahut.
“Apa, bro? Sudah ketemu dengan Syafira?” Syafira adalah nama kekasih Alfin.
Alfin tak kuasa menjawab. Hatinya makin perih kala nada suara temannya itu penuh dengan nada ceria, seolah-olah yang dia dapat adalah kabar bahagia tapi nyatanya dia justru mendapat kabar buruk.
“Kenapa tidak menjawab? Kamu sibuk? Eh iya, aku ingin berbicara dengan Fira dong, sudah lama aku tak mendegar suaranya.” Ujar Satya di seberang telfon dengan nada antusias. Dia masih belum sadar apa yang terjadi pada Alfin.
“Dia...meninggal dunia.” Lirih Alfin.
Tak ada tanggapan apapun dari Satya, hingga seruan kecil bernada tak percaya terdengar dari Satya.
“Apa?”
“Syafira meninggal dunia di flatnya tadi malam.” Isak Alfin pilu. Dia kembali tertunduk dan bahunya berguncang.
Di seberang telfon, Satya membeku tak percaya. Bukan ini yang dia ingin dengar dari temannya.
“Kamu ada dimana sekarang?”
“Di rumah sakit.” Lirih Alfin.
“Kau tunggulah disana. Aku akan terbang menyusulmu. Jangan lakukan tindakan ekstrem, kau mengerti?” ucap Satya cemas.
“Baiklah.” Ujar Alfin mengangguk pelan.
Setelah menutup telfon, Satya buru-buru menyambar jasnya dan berlari keluar ruangannya. Dia harus mendapat tiket pesawat saat ini juga.
Semoga Alfin baik-baik saja, doanya dalam hati.
***
Seusai menelfon Satya, Alfin mengambil sesuatu lagi di dalam kantung celananya. Sebuah kotak cincin yang akan digunakannya untuk melamar sang kekasih. Alfin sebenarnya tak hanya datang untuk menjenguk Syafira melainkan juga untuk melamarnya. Tapi bahkan sebelum dia bertemu, nyawa Syafira sudah meninggalkannya di dunia. Dan bunuh diri? Alfin tak percaya itu.
Syafira adalah gadis baik-baik. Tingkah lakunya yang lemah lembut dan penyayang membuatnya tak mungkin melakukan tindakan konyol seperti itu. Alfin pertama kali bertemu Syafira kala di bangku kuliah dulu. Alfin duduk di semester kedua Kedokteran sedangkan Syafira adalah mahasiswa baru jurusan seni. Alfin lah yang pertama kali jatuh cinta dan memutuskan mengutarakan perasaannya kala dia duduk di bangku semester empat. Alfin dan Syafira sejujurnya tak sebaya. Syafiralah yang justru lebih tua dibanding dirinya. Perbedaan usia mereka adalah dua tahun. Tapi bagaimana Alfin menjadi kakak kelasnya adalah karena Alfin adalah anak akselerasi. Dia hanya menghabiskan dua tahun bersekolah SMA. Itu sebabnya, karena kecerdasan otaknya yang luar biasa, dia bisa menyandang gelar dokter di usia yang sangat muda. Kini Alfin tengah menempuh gelar spesialis, tiga tahun lagi.
Syafira pun begitu, setelah lulus, dia sempat magang di sebuah galeri seni selama beberapa bulan sebelum dia akhirnya memutuskan untuk kuliah pascasarjana di Spanyol. Meski terhalang jarak ribuan kilo dan waktu belasan jam, tapi hubungan mereka baik-baik saja. Sudah terhitung dua tahun Syafira disana dan Alfin selalu mengunjunginya tiga bulan sekali. Tak pernah ada pertengkaran diantara mereka meski sama-sama sibuk. Cinta mereka terlalu kuat untuk digoyahkan karena hal sepele.
Dan Alfin ingin menjadikan Syafira, cinta pertamanya sekaligus menjadi cinta terakhirnya. Dia ingin melamar gadis itu dan menikahinya setelah wisuda. Tapi harapan itu harus pupus kala Syafira meninggal dunia. Dan itu menjadi pukulan tajam pada Alfin yang tak percaya bahwa kekasih hatinya telah meninggalkannya selamanya.
Tes
Tes
Alfin menundukkan kepalanya dan menangis tergugu.
Dan tiba-tiba rintik hujan turun. Semakin deras dengan ditemani awan gelap. Alfin mendongak dan melihat jendela yang berembun. Hujan di Spanyol mengisi keheningannya.
***
Setelah Satya mendarat di bandara, dirinya langsung menuju hotel tempat Alfin menginap. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.
Tok tok
Satya mengetuk pintu kamar Alfin dengan tak sabaran. Hingga pintu dibuka oleh Alfin. lelaki itu berwajah kusut dan nampak berantakan.
“Fin!” seru Satya langsung memeluk Alfin dengan erat. Alfin hanya berdiri diam.
Satya pun melepas pelukannya. “Kau baik-baik saja?” tanyanya khawatir.
Alfin mengangguk pelan, “Masuklah.” Ucapnya memberi jalan Satya untuk masuk. Satya pun masuk ke dalam kamar diikuti oleh Alfin.
Mereka duduk di sofa. Dan Alfin terus terdiam membuat Satya menghela nafas.
“Bisa ceritakan kronologinya?” tanyanya hati-hati.
Alfin mengangkat wajahnya, “Aku baru saja mendarat tadi pagi dan langsung menuju flatnya. Lalu di depan gedung ada banyak orang yang sedang berkerumun dan sebuah mobil ambulans serta mobil polisi juga terparkir disana. Ketika aku bertanya apa yang terjadi, mereka bilang ada seorang mahasiswi yang bunuh diri. Dan ketika kulihat, itu—“ Alfin tak bisa melanjutkan ucapannya. Air matanya kembali menitik.
Tanpa perlu disebutkan lagi siapa, Satya sudah tahu. Dia menatap prihatin temannya itu.
“Sekarang bagaiamana dengan jenazahnya? Kamu sudah memberitahu orang tuanya?”
Alfin mengangguk pelan, “Mereka meminta agar membawanya ke Jakarta saja.” Lirihnya.
“Kapan kamu akan melakukannya?”
“Besok pagi.”
Satya kembali mengangguk-anggukan kepalanya. “Kalau begitu aku akan menelfon suruhanku untuk menyiapkan segalanya."
"Di leher belakang Syafira, ada simbol aneh."
Satya hendak berdiri tapi ucapan Alfin berikutnya membuat dia kembali duduk.
"Simbol? Apa maksudmu?" tanya Satya bingung.
Alfin menggelengkan kepalanya bingung, "Aku juga tidak tahu. Simbol apa itu dan bagaimana bisa dia memilikinya. Mungkinkah itu tato?" ujarnya dengan raut tak yakin.
"Tato? Kau ingat bentuknya?" Satya seketika berubah penasaran.
Alfin menanggapinya dengan mengambil selembar kertas dan juga pena. Setelah itu menggambarkan suatu bentuk aneh yang terdiri dari sebuah lingkaran hitam dengan busur panah yang juga berwarna hitam ditengahnya.
"Seperti ini." Alfin menyerahkan hasil gambarnya pada Satya.
Satya terkejut melihat hasil gambar Alfin. Dia tidak percaya bahwa simbol itu ada di leher kekasih temannya.
"Kalau ini simbol sebuah organisasi, setahuku Syafira tidak mengikuti organisasi apapun terkecuali kelompok seni di kampusnya. Dan lagi simbolnya tidak seperti ini." jelas Alfin.
"Fin, kurasa aku tahu simbol apa itu." ucap Satya serius.
"Apa?" tanya Alfin.
Satya terlebih dahulu membasahi bibir bawahnya, menandakan kegugupan yang amat.
"Miracle. Itu simbol Miracle." tandas Satya pelan tapi terdengar tegas.
"Miracle?" tanya Alfin mengernyitkan dahinya karena asing dengan nama yang disebutkan Satya.
Satya menoleh pada Alfin dan rautnya berkali lipat jauh lebih serius, "Itu adalah organisasi mafia paling berbahaya di dunia. Tapi bagaimana bisa kekasihmu masuk kesana?"
Alfin terkejut mendengarnya. Mafia? Dia menatap Satya tak percaya.
***
Kenanga sedang membaca di kamarnya ketika ponselnya berdering. Dia mengambil ponselnya tanpa perlu menutup bukunya.
"Halo." sapa Kenanga menjawab telfon.
"...."
"Kecelakaan?"
Kenanga tersentak. Bukunya seketika menutup begitu dia berdiri.
"Letnan?"
Kenanga mendekatkan kembali ponselnya ke telinganya.
"Katakan apa yang terjadi." tegasnya.
"Ahmad hendak dibawa menuju rumah tahanan ketika selesai diinterogasi, tapi di perjalanan ada sebuah mobil yang menyabotase. Para penjaga yang ikut termasuk Ahmad dibunuh oleh orang tak dikenal."
Kenanga mengepalkan tangannya keras, "Kau tahu siapa yang melakukannya?" desis Kenanga menahan emosi.
Hening sesaat disana, sebelum suara Riko kembali terdengar.
"Kapten yakin, itu ulah Miracle."
Kenanga mengerutkan keningnya, "Miracle?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Lia Mom's Aldi
love bgt thor cerita2 novelnya seru2, utamanya g bisaa muve on sama yg my husband my pilot💞💞💞
2021-07-15
0
Suci Waty
wow,,makin seeerrruuu..
tetap semangat thor,,,biar gk pke lm up nya😘
2021-07-14
0
skuyana
first novel yg on going aku baca karena saking sukanya sama cerita thor yg my husband my pilot cinta beud lah
2021-07-13
2