Bab 2. Misi

“Tetap standbye di lokasi masing-masing. Arah penyergapan mengelingkupi seluruh penjuru mata angin. Barat yang akan memimpin penyergapan.” Ucap Bagas, sang kapten.

Kini Tim Rajawali, nama tim khusus dalam misi ini sedang melakukan operasi penyergapan di sebuah pelabuhan sepi di pinggiran Bali. Jaraknya tak jauh dari hotel semalam.

Semua anggota tim Rajawali bersembunyi di tempat yang sudah ditentukan. Mereka sedang mengamati sebuah kegiatan ilegal di depan pelabuhan dimana ada sekelompok orang yang dipimpin target sedang bertransaksi senjata dengan gerakan separatisme. Dan di tengah transaksi ilegal itu, puluhan penjaga berbaju hitam dengan pistol di tangannya melakukan penjagaan. Bisa dipastikan penjagaannya terlalu ketat dan akan sulit untuk menerobos masuk.

“Penjagaannya terlalu rapat. Kita harus menyerang diam-diam dan tak terlihat.” Ucap Kenanga sambil tetap memperhatikan.

“Timur, bagaimana statusnya?” tanya Bagas melalui earphice.

“Kita tidak bisa membidik target karena terhalangi.” Balas Riko.

“Jangan ditembak. Kita harus membawanya hidup-hidup.” Tukas Kenanga.

Semua anggota tim akhirnya terus bersembunyi hingga menemukan waktu tepat untuk menyerang. Mereka boleh melumpuhkan siapapun tapi target, tidak. Mereka diperintah untuk membawanya hidup-hidup. Jadi percuma untuk menembaknya.

Haccih

“Siapa itu?”

Tiba-tiba Dani, salah satu anggota mereka tidak sengaja bersin. Udara Bali memang sedang dingin-dinginnya saat ini. Ditambah mereka berada di tepi laut, tentu angin laut makin membuat suhu menjadi lebih dingin.

Dor

Tiba-tiba seorang penjaga menembakan sembarang ke asal suara. Dani untungnya sempat menghindar. Dan balas menembak. Baku tembakpun tak urung terjadi.

“Saya belum memberi perintah. Beraninya bertindak tanpa perintah!” amuk Bagas.

Kenanga berdecak dengan tindakan gegabah rekannya itu. Dia terpaksa mengangkat senjatanya.

“Tidak ada jalan lain. Sudah terlanjur terjadi.” Ucap Kenanga. Dia mulai membidik pemimpin separatisme yang didanai target itu. Dia bisa membunuhnya atau tidak tergantung situasi nanti.

“Serang!” seru Bagas tidak punya pilihan lain. Toh mereka sudah ketahuan.

Dor

Tembakan balasan ditembakkan oleh Riko dari atas. Tembakan itu mengenai kotak kayu yang berisi senjata. Semua lawan mereka langsung menjauh beberapa langkah terkejut dengan tembakan mereka.

“Kayunya dilapisi aluminium, peluru tidak bisa menembusnya.” Ucap Riko. Kenanga berdecak.

Kemudian suara tembakan terus terdengar. Kenanga maju sesuai strategi. Dia langsung menyerang target mereka bersama Bagas yang bergerak diam-diam di arah sebaliknya. Sedangkan anggota lainnya langsung bergulat dengan para penjaga. Mereka saling menembak dan terus baku hantam. Kelompok gerakan separatisme itu juga turut membantu hingga jumlah mereka tak seimbang. Tim Rajawali jelas kalah jumlah.

Dor dor dor

Tiga tembakan beruntun diarahkan pada Kenanga yang mencoba mendekat. Kenanga menjauhkan dirinya dengan melemparkan dirinya sendiri ke samping berlindung di antara drum-drum besar. Dia terjatuh cukup keras di tanah.

“Mereka kabur! Cepat kepung gedung dari segala arah!” seru Bagas.

Kenanga bangun dan langsung berlari menuju gedung tak terpakai. Namun ketika dia hendak masuk, suara helikopter terdengar. Bisa Kenanga pastikan mereka akan kabur. Dan Kenanga tidak akan membiarkan itu.

Tentara perempuan satu-satunya dalam tim itu segera berlari menaiki tangga menuju lantai teratas gedung. Para anggotanya langsung menyusulnya. Tak jarang mereka adu hantam lebih dulu dengan para penjaga yang menghalangi mereka di setiap lantai.

Satu persatu anggota tim tidak bisa melanjutkan langkahnya karena terhalang dengan musuh-musuh mereka. Hingga di dua lantai terakhir, hanya ada Kenanga dan Bagas yang masih berusaha mencegah terget mereka kabur.

Bug

Tanpa diduga begitu naik tangga untuk menuju lantai selanjutnya, sebuah tendangan menyambut Bagas. Bagas tersungkur ke tanah.

“Kapten!” seru Kenanga terkejut. Dia langsung mengangkat senjatanya, waspada.

Kemudian muncul seseorang bertubuh besar sembari menodongkan senjatanya. Dia adalah orang yang menendang Bagas tadi. John.

“Tidak akan kubiarkan cecunguk seperti kalian menghalangi kami.” Ucapnya.

Kenanga tersenyum sinis, “Aku tidak akan membiarkan para parasit yang bisanya menguras harta negara dan mengadu domba rakyat menghalangi kami.” Balas Kenanga.

Kemudian tiba-tiba lawan menendang senjata yang ditodongkan Kenanga. Senjata itu terpelanting jatuh. Dan Kenanga membalasnya dengan turut menendang perut John. John menunduk meringis dan Kenanga memakai kesempatan itu untuk menendang senjata John. Akhirnya baik Kenanga maupun John sama-sama tidak bersenjata.

“Satu sama.” Ucap Kenanga.

Kemudian lelaki itu maju menyerang Kenanga. Kenanga langsung membalasnya dengan sengit. Mereka terlibat perkelahian alot. Tiba-tiba John menendang tulang kering Kenanga menyebabkan Kenanga membungkuk kesakitan dan lelaki itu langsung menendang perut Kenanga hingga Kenanga tersentak akibat rasa nyeri pada perutnya.Tapi Kenanga mengabaikannya dan balas menendang dan meninju membabi buta.

Bug

Lelaki itu tiba-tiba terpelanting jatuh dan tersangkanya adalah Bagas yang sudah bangkit.

“Kau kejar mereka, aku akan menahannya disini.” Titah Bagas.

Kenanga mengangguk. Dia memungut senjatanya kembali dan dengan memegangi perutnya, dia berlari cepat menaiki tangga terakhir.

Dan begitu Bagas melepas kepergian Kenanga, punggungnya ditendang seseorang dari belakang.

Di sisi lain, Kenanga terus berlari menaiki tangga terakhir. Suara baling helikopter juga makin kencang seiring dengan langkahnya yang makin cepat. Dan Kenanga akhirnya sampai di atap gedung. Dia melihat bahwa target dan rekannya, ketua gerakan separatisme hendak naik ke helikopter.

Dor

“Ahh!”

Tiba-tiba target jatuh sambil memegangi kaki kanannya yang mengucurkan darah. Dia berteriak kesakitan akibat rasa nyeri dari timah panas yang diluncurkan oleh senjata Kenanga. Rekannya yang sudah berada di dalam helikopter terkejut.

Dan Kenanga berjalan menuju target yang meringkuk kesakitan. Dia menodongkan senjatanya langsung di kepala target membuat target membeku.

“Aku memang diperintahkan membawamu hidup-hidup tapi bukan berarti aku tidak bisa menembak kakimu.” Ucap Kenanga datar. Suara yang tanpa makna dan rautnya yang tanpa ekspresi membuat suasana makin mencekam.

“Turun!” titah Kenanga dingin pada rekan targetnya.

“Cepat jalan!” tiba-tiba lelaki itu menyuruh pilot untuk segera terbang. Tapi Kenanga jauh lebih cepat. Dia menembak kemudi helikopter.

Dor

“Turun. Atau akan kutembak tanganmu hingga terputus.” Ancam Kenanga dengan nada sedingin es.

Dan pilot serta lelaki itu turun dari helikopter. Mereka langsung mengangkat tangan mereka pertanda menyerah. Mereka berjongkok didekat target.

“Misi selesai.” Ujar Kenanga pada earphice dengan tetap menodongkan senjata.

***

Pemirsa, Menteri Pertahanan dan Keamanan, Ahmad Hibar ditangkap oleh pasukan TNI disaat melakukan transaksi ilegal di sebuah pelabuhan di Bali. Ahmad dan beberapa orang lainnya ditangkap tim Rajawali kala melakukan pertemuan ilegal dengan ketua gerakan separatisme untuk dikirim ke Lebanon. Sebanyak dua ribu pucuk senjata diamankan oleh tim. Demikian kabar terbaru hari ini.

“Bagaimana bisa kau bertindak tanpa komando?!”

Dan kini Bagas sedang memarahi anggota timnya yang saat operasi melakukan tindakan gegabah. Dani yang dimarahi hanya bisa menunduk dan tak berani menyanggah.

“Bagaimana ketika tindakan gegabahmu itu membuat kita gagal dan akhirnya malah tertangkap? Kau bukan hanya mengacaukan strategi kita tapi juga membahayakan nyawamu dan rekanmu yang lainnya!” teriak Bagas marah.

“Maaf, kapten. Saat itu saya terdesak hingga tidak sengaja menembakkan peluru.” Sahut Dani merasa menyesal.

“Untung saja Letnan Kenanga berhasil meringkus target dan misi kita berhasil. Coba kalau tidak? Kita bukan hanya menodai satuan kita tapi juga negara. Dan penyebab kegagalan itu tak lain adalah berkat tindakan gegabahmu!” Bagas masih belum puas memarahi Dani.

Kenanga, Riko, Angga dan Panji hanya terdiam tidak berniat mencampuri. Karena sudah sepantasnya kapten mereka itu mengamuk akibat tindakan anggotanya yang menyalahi peraturan.

“Pernahkah saya mengatakan padamu untuk mulai menembak dari mulut saya?”

“Siap tidak.” Balas Dani.

“PERNAH TIDAK?!”

“SIAP TIDAK.”

“Lalu kenapa kau menembak? Atas dasar apa? Dan satu lagi kesalahan fatalmu. KENAPA KAU BERSIN DISAAT TIDAK TEPAT ITU?” teriak Bagas.

“Maaf , kapten. Saya tidak bisa menahannya.” Aku Dani.

“Kau sudah pernah dilatih untuk menahan keinginan fisiologismu. Kenapa kau tidak menerapkannya?!”

“Sudahlah, kapt. Jangan terus marah-marah. Dani mengaku salah dan tidak disengaja. Yang terpenting misi kita berhasil.” Sela Kenanga.

“Benar, kapt. Tidak perlu diteruskan lagi yang ada malah membuat kapten sakit tenggorokan karena terus berteriak. Berikan saja hukuman disipliner untuknya.” Timpal Angga.

Bagas terengah-engah. Dia mencoba menahan emosinya. Setelah tenang, dia lalu menatap tajam Dani yang berdiri tegak dihadapannya.

“Lari dua ratus keliling dengan membawa perlengkapan. Lambat saja sedikit, saya akan mutasi kamu.” Ucap Bagas tidak bisa dibantah lagi.

“Siap, Kapt!” seru Dani.

“Sekarang!”

Dani lalu hormat pada Bagas, setelah itu dia langsung berlari pergi melaksanakan perintah Bagas.

“Aku ingin tahu apa hukuman untuknya.” Celetuk Riko sambil menalikan tali sepatunya.

“Tenang saja, banyak bukti yang memberatkannya. Dia harus mendapat setidaknya hukuman seumur hidup.” Timpal Angga.

Ketika rekan-rekannya mengobrol, Kenanga hanya diam saja tidak ikut menimbrung. Dia memang tidak banyak bicara bila tidak penting. Kenanga malah membuka lokernya dan memasukkan seragamnya. Dia lalu menggantinya dengan celana joger hitam dan kaus pendek hitam yang dilapisi oleh jaket kulit sama hitam. Penampilannya yang tomboy itu karena dia sudah lama bergaul dengan rekan-rekannya yang kebanyakan laki-laki. Terhitung jarang dia mengenakan drees atau pakaian perempuan yang feminim lainnya.

Drrt

Ponselnya bergetar bersamaan dengan dia yang hendak menaruh sepatunya. Kenanga mengambilnya dan sebuah pesan muncul dari tantenya.

Pulang ke rumah untuk makan malam ya, tante memasakanmu makanan favoritmu.

Kenanga membacanya singkat lalu dengan acuh tak acuh mengabaikan pesan itu. Alih-alih membalasnya, Kenanga hanya membacanya dan langsung mematikan ponselnya. Begitu ponselnya mati, Kenanga langsung memasukkannya ke dalam saku.

“Saya pergi.” Pamit Kenanga begitu siap.

“Letnan, tidak akan makan malam bersama?” tawar Riko.

“Tidak.” Tolak Kenanga singkat. Dia pun langsung keluar ruangan tanpa menoleh lagi.

Sepeninggal Kenanga, Riko dan Angga saling berpandangan.

“Kita sudah bekerja cukup lama bersama tapi sifatnya masih dingin pada kita.” Keluh Angga.

Riko mengangguk menyetujui, “Kenanga memang tidak seperti perempuan kebanyakan. Dia sangat tangguh untuk ukuran seorang perempuan.” Balasnya.

“Toh dia memang bukan perempuan. Dia bahkan jauh lebih kuat daripada lelaki.” Timpal Angga lagi.

"Coba saja kau ucapkan hal itu di depannya. Pasti dia akan langsung menendangmu." ejek Panji.

“Eh kapt, kalian bukannya teman seperjuangan saat sekolah dulu?” tanya Riko menoleh pada Bagas.

Bagas yang tengah menurunkan ranselnya dari atas lemari seketika mengangguk, “Iya, kenapa?”

“Sifat letnan Kenanga memang seperti itu saat sekolah atau berbeda?”

Bagas terdiam sesaat lalu menjawab dengan sedikit tak yakin, “Kurasa dia memang sudah dingin sejak dulu. Dia tidak pernah banyak bicara. Mungkin karena tak banyak calon TNI perempuan pada saat itu, jadi dia tak banyak bergaul lebih leluasa. Atau mungkin karena itu memang kepribadiannya.”

“Pantas. Jangan lupakan dia juga dari keluarga militer. Sepertinya Letnan Kenanga banyak ditempa dengan keras.” imbuh Panji.

Riko mengangguk menyetujui.

"Makan malam?" tawar Angga riang.

"Kuy. Kapten yang bayar!" seru Panji.

Bagas terkejut. Dia menggeleng dengan keras. "Kenapa harus saya? Tidak mau."

"Karena kapten adalah ketua kami." jelas Angga.

"Ada satu lagi alasannya yang lebih penting." imbuh Panji.

Semua mata menatap Panji yang kini menampilkan raut usil, "Kapten adalah satu-satunya yang lajang, jadi tanggungannya tidak banyak." Riko dan Angga seketika tertawa mendengarnya.

"Eh, sembarangan kamu kalau bicara. Kata siapa orang lajang tidak punya banyak tanggungan?" sanggah Bagas.

"Sudahlah kapt. Terima saja nasibmu. Ayo makan saja." Angga langsung memegang bahu Bagas dan membawanya keluar ruangan.

Panji dan Riko menyusul. Dan membawa kapten mereka itu menuju parkiran.

"Eh saya tidak bilang iya!" seru Bagas panik.

"Anggap saja sodaqoh." balas Angga enteng.

"Nanti kuhubungi Dani untuk menyusul setelah hukumannya." tambah Panji.

***

Kenanga sampai di rumah kediaman omnya pada malam hari. Dia memarkirkan mobilnya di carport kemudian masuk ke rumah sembari menenteng sepatu pdhnya yang kotor bekas operasi kemarin. Dia juga menggendong sebuah ransel besar berisi baju-bajunya yang belum sempat dicuci. Niatnya dia ingin mencucinya disini sekalian.

Begitu perempuan itu masuk, dia langsung naik ke lantai atas tanpa perlu mencari kedua paman dan bibinya yang sudah dia anggap sebagai orang tuanya. Kenanga langsung masuk ke dalam ruang cucian dan langsung mencuci bajunya menggunakan mesin cuci. Dia juga membersihkan sepatu kotornya. Setelah selesai, dia langsung mengeringkannya dan berlalu ke dalam kamar.

Kenanga langsung bersih-bersih. Sebagai seorang perempuan, dia cukup rapi dalam hal kebersihan. Kenanga sebetulnya tak suka tak mandi, tapi karena tuntutan pekerjaannya yang lebih sering keluar masuk gunung menyebabkan dia mau tak mau harus belajar beradaptasi termasuk dalam hal mandi.

Di saat Kenanga sedang mandi, disisi lain, pintu kamarnya diketuk dari luar. Karena Kenanga tak mendengarnya, dia jadi tidak membalas menyebabkan orang yang mengetuk langsung saja masuk ke dalam kamar.

Orang yang mengetuk pintu adalah seorang perempuan di ujung empat puluhan yang masih amat cantik parasnya. Dia adalah Meilani, tante dari Kenanga. Dia mendengar bahwa keponakannya itu sudah pulang jadi dia langsung menghampirinya untuk melihat Kenanga yang sudah tak dilihatnya hampir dua minggu lebih.

Diwaktu yang tepat, Kenanga keluar dari toilet. Tubuhnya sudah segar dan wajahnya pun sudah merona kembali. Dan dia baru menyadari bahwa tantenya berada di dalam kamar.

“Usahakan mengetuk pintu sebelum masuk.” Ucap Kenanga datar. Dia langsung menuju cermin rias, untuk mengambil sisirnya.

Meilani berdecak, “Tante sudah mengetuk pintu berkali-kali tapi kamu tidak menjawabnya, ya sudah tante masuk saja. Toh kamu ternyata juga sedang mandi jadi pasti tidak kedengaran.” Balasnya.

Kenanga tak membalasnya, dia sedang mengeringkan rambutnya.

“Bagaimana operasinya sukses?” tanya Meilani sembari duduk di ujung ranjang Kenanga.

“Hem.” Sahut Kenanga acuh.

“Pejabat itu sungguhan tersangkanya?” tanya Meilani penasaran.

“Hem.” Lagi-lagi Kenanga hanya membalas singkat.

“Sudah tante duga. Dia hanya kelihatan baik diluar tapi aslinya, ihh, sangat menjijikan. Untung tante pernah menolaknya, coba kalau tidak,” Dengus Meilani merinding.

“Kalian pernah pacaran?” tanya Kenanga menoleh.

Meilani hanya mengendikkan bahunya acuh, “Kami dulu sekampus, dengan ommu juga. Dan Tantemu ini akan dewi kampus jadi wajar banyak yang suka. Tapi tante setia sama om kamu.” Ucapnya sombong.

Kenanga berdecih, “Tante pernah mengkhianatinya, lupa?” sindirnya.

Meilani mengatupkan mulutnya kala Kenanga menyerangnya dengan fakta.

“Jadi, hukuman untuknya apa?” tanya Meilani mengabaikan ucapan Kenanga.

“Kenapa tidak membalas ucapanku?”

Meilani berdeham, “Tante akui pernah tapi itu semua masa lalu. Tante sudah taubat.” Balasnya malu.

Kenanga hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Ngomong-ngomong, “ Tiba-tiba Meilani mendekati Kenanga yang masih duduk di depan meja rias. Wajahnya berubah penasaran, “Apa kamu tidak memiliki pacar?” tanyanya tidak nyambung.

“Tidak.”

“Kenapa?” tanya Meilani terkejut.

“Karena pacarku adalah negaraku.” Balasnya enteng.

Meilani berdecak, “Gini nih kalau gaulnya terus sama senjata.” Gerutunya.

Kenanga tak menjawab dan mau tak mau Meilani beranjak bangun.

“Kalau sudah siap, turun dan makan malam. Oke, letnan?” Meilani sambil berdiri.

Tapi Kenanga tak menyahut. Dia malah memakai body lotion dengan tenang, seakan-akan itu lebih penting daripada menimpali ucapan Meilani.

Karena tak mendapat tanggapan lagi dari keponakannya, Meilani hanya bisa mendengus dan memilih keluar kamar.

****

Lima menit kemudian, Kenanga turun menuju ruang makan. Setibanya disana, Kenanga langsung duduk di depan tantenya. Omnya juga sudah duduk di kursinya.

Mereka pun mulai makan dengan tenang. Setelah selesai makan, Omnya mengawali pembicaraan.

“Bagaimana operasimu?” tanyanya pada Kenanga.

“Lancar.” Jawab Kenanga pendek.

“Katanya dia punya komplotan di kejaksaan, sudah tahu siapa orangnya?” tanya Akra Wiryaatma.

“Belum, tapi bisa dipastikan Ahmad memang memiliki dukungan kejaksaan. Entah berapa dan siapa.” Jelas Kenanga.

“Om memiliki satu nama yang paling mungkin memihak Ahmad. Om ingin kamu menyelidikinya.” Titah Akra.

Kenanga mengangguk, “Serahkan padaku.”

Terpopuler

Comments

Suci Waty

Suci Waty

serrruu..
lanjut thor...

2021-07-13

0

Riko Rikoko

Riko Rikoko

menarik lanjut thorrr

2021-07-13

0

zae

zae

next kak

2021-07-13

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Bab 1. Dua Orang Asing
3 Bab 2. Misi
4 Bab 3. Hujan di Spanyol
5 Bab 4. Miracle
6 Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7 Bab 6. Ada Apa?
8 Bab 7. 3 Tahun
9 Bab 8. Pertemuan Kedua
10 Bab 9. Gembala
11 Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12 Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13 Bab 12. Terseret Masa Lalu
14 Bab 13. Ritual
15 Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16 Bab 15. Amarah Bersalah
17 Bab 16. Bunga Tulip Putih
18 Bab 17. Permintaan Maaf
19 Bab 18. Tato Kupu-kupu
20 Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21 Bab 20. Perjodohan
22 Bab 21. (Jangan) Batalkan
23 Bab 22. Hati Saya Menghangat
24 Karya Baruuu!!
25 Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26 Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27 Bab 25. Angga Tahu
28 Bab 26. Bocor
29 Bab 27. Jatuh Hati
30 Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31 Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32 Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33 Bab 31. Babak Baru
34 Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35 Bab 33. Kekasih?
36 Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37 CAST
38 Bab 35. Menunggu Pulang
39 Bab 36. Pulang
40 Bab 37. Here I am
41 Bab 38. Cha Cha Cha
42 Bab 39. Milikku adalah Milikku
43 Bab 40. Zona A-31
44 Bab 41. Sudah Suka?
45 Bab 42. Janji
46 Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47 Bab 44. Hadiah Perkenalan
48 Bab 45. Bekerjasama
49 Bab 46. Dancing in the Rain
50 Bab 47. The Night
51 Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52 Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53 Bab 50. Camp
54 Bab 51. Who Are You?
55 Bab 52. The Boss
56 Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57 Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58 Bab 55. Satria yang Meluruh
59 Bab 56. Prince's Tears
60 Bab 57. Runtuh
61 Bab 58.
62 Bab 59.
63 Bab 60.
64 Bab 61.
65 Bab 62.
66 Bab 63.
67 Bab 64.
68 Bab 65.
69 Bab 66.
70 Bab 67.
71 Bab 68. END
Episodes

Updated 71 Episodes

1
PROLOG
2
Bab 1. Dua Orang Asing
3
Bab 2. Misi
4
Bab 3. Hujan di Spanyol
5
Bab 4. Miracle
6
Bab 5. Bungaku Telah Gugur
7
Bab 6. Ada Apa?
8
Bab 7. 3 Tahun
9
Bab 8. Pertemuan Kedua
10
Bab 9. Gembala
11
Bab 10. Pertemuan Ketiga Bukan Takdir, kan?
12
Bab 11. Ruang Berdarah dengan Simbol itu...
13
Bab 12. Terseret Masa Lalu
14
Bab 13. Ritual
15
Bab 14. Dia Rela Menawarkan Punggungnya
16
Bab 15. Amarah Bersalah
17
Bab 16. Bunga Tulip Putih
18
Bab 17. Permintaan Maaf
19
Bab 18. Tato Kupu-kupu
20
Bab 19. Pertemuan 'Tak Disengaja'
21
Bab 20. Perjodohan
22
Bab 21. (Jangan) Batalkan
23
Bab 22. Hati Saya Menghangat
24
Karya Baruuu!!
25
Bab 23. Kamu Bisa Menangis Dihadapanku
26
Bab 24. Waktu dan Maaf Tak Selalu Jadi Obat Luka
27
Bab 25. Angga Tahu
28
Bab 26. Bocor
29
Bab 27. Jatuh Hati
30
Bab 28. Selamat Datang di Musim Panas
31
Bab 29. Tanpamu, Aku Baik-Baik Saja
32
Bab 30. Ilusi itu Menyakitinya
33
Bab 31. Babak Baru
34
Bab 32. Kini Ada yang Menunggu Pulang
35
Bab 33. Kekasih?
36
Bab 34. Sebuah Kebenaran?
37
CAST
38
Bab 35. Menunggu Pulang
39
Bab 36. Pulang
40
Bab 37. Here I am
41
Bab 38. Cha Cha Cha
42
Bab 39. Milikku adalah Milikku
43
Bab 40. Zona A-31
44
Bab 41. Sudah Suka?
45
Bab 42. Janji
46
Bab 43. Dingin yang Menghangatkan
47
Bab 44. Hadiah Perkenalan
48
Bab 45. Bekerjasama
49
Bab 46. Dancing in the Rain
50
Bab 47. The Night
51
Bab 48. Aku akan Memanggilmu dengan Nama
52
Bab 49. Melihat Salju di Rumah
53
Bab 50. Camp
54
Bab 51. Who Are You?
55
Bab 52. The Boss
56
Bab 53. Topeng Iblis Part 1
57
Bab 54. Topeng Iblis Part 2
58
Bab 55. Satria yang Meluruh
59
Bab 56. Prince's Tears
60
Bab 57. Runtuh
61
Bab 58.
62
Bab 59.
63
Bab 60.
64
Bab 61.
65
Bab 62.
66
Bab 63.
67
Bab 64.
68
Bab 65.
69
Bab 66.
70
Bab 67.
71
Bab 68. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!