The LOVE Of Guardian
Di malam yang dingin, seorang perempuan berambut sebahu duduk meringkuk di dalam lemari. Seluruh tubuhnya gemetar, nafasnya tercekat dan wajahnya pias bersimba keringat dingin. Dia amat ketakutan.
Ketakutan makin menghinggapi setiap inci tubuhnya kala suara seperti pintu didobrak paksa terdengar. Kepalanya makin meringkuk ke dalam lututnya. Perempuan itu menutup mulutnya sekuat tenaga agar tidak berteriak.
Brak
Pintu berhasil terbuka dan masuk seorang laki-laki berambut pirang dengan pakaian serba hitam.
“Little Lady, where are you?” ucap laki-laki itu yang nadanya bagaikan penghantar kematian.
Perempuan itu makin membekap mulutnya. Air mata sudah berlinang mengaliri wajah cantik tapi kurus kering itu. Lalu suara derap langkah terdengar seperti mendekat menuju lemari persembunyiannya.
"I know you're here, little Lady. Come out and I will forgive you."
Perempuan itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Persetan dengan 'ampunan' itu, nyatanya kepalanya akan langsung ditembak begitu dia menampakkan diri.
“I’ll give you three second. Come out now.” Tiba-tiba lelaki itu menghitung mundur.
“One.”
Perempuan itu makin meringkuk di sudut lemari semakin dalam.
“Two.”
"Ja-jangan." gemetarnya.
"Three."
Perempuan itu makin kuat-kuat memejamkan matanya. Jantungnya hampir meledak. Nyawanya sedang di ujung tanduk.
Hingga secercah cahaya masuk menimpanya kala pintu lemari tempat persembunyiannya terbuka dari luar.
Srett
“Peek a boo, Little Lady!” seru lelaki itu riang.
Dan begitu matanya bertatapan dengan malaikat mautnya, dia sadar itu bahwa akhir hidupnya sudah tiba.
****
Di sebuah kamar dimana seorang laki-laki tengah tertidur pulas. Wajahnya terlelap damai tanpa mengetahui apa yang terjadi. Dan sedetik kemudian, mata lelaki itu terbuka.
Alfin bangun perlahan. Dia memegangi kepalanya yang berdenyut. Telinganya juga berdengung. Sial, ini pasti efek semalam. Niko, teman kampusnya itu dengan gilanya mencekoki minumannya dengan alkohol dan parahnya Alfin tidak menyadarinya sama sekali. Seharusnya dia sudah tahu bahwa Niko brengsek itu tidak akan memberikan teh padanya dengan mudahnya.
Alfin melirik jam tangannya, tepat sekali dia bangun pukul satu lebih dua puluh menit pagi. Dia harus mengejar penerbangan ke Barcelona pukul setengah tiga pagi nanti.
Tapi Alfin tiba-tiba menutup mulutnya. Perutnya serasa bergejolak. Lelaki itu tanpa kata langsung menuju kamar mandi dan menumpahkan semua cairan yang tertahan di kerongkongannya.
Dan tanpa Alfin sadari, seseorang terbangun di ranjang yang sama. Orang itu bangun akibat mendengar suara muntahan Alfin yang terdengar keras. Kaki jenjang orang itu menggapai lantai. Rambutnya acak-acakkan dan bau minuman langsung menguar dari tubuhnya. Perempuan itu mendesah pelan. Dia kehilangan kendali akibat semalam.
Di sisi lain, Alfin yang sudah selesai memuntahkan semua cairan ke wastafel langsung berjalan lunglai keluar kamar mandi. Dalam hatinya, dia menggerutu dan mengutuk Niko amat keras. Awas saja, kalau dia bertemu dengan Niko, akan dia pastikan lelaki brengsek itu menerima ganjarannya.
Alfin terus saja mengutuki Niko dalam hati hingga tak sadar bahwa dia sudah berada di dekat ranjang lagi. Dan Alfin tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Alfin langsung mendongak dan matanya terbelalak kala menyadari seseorang berada di kamarnya.
“Aaaa!” teriak Alfin.
Perempuan itu menutup telinganya karena pengang dengan teriakan Alfin.
“Berhentilah berteriak.” Ujar perempuan itu datar.
“Aaa---“ Alfin yang berteriak seketika berhenti. Dia lalu menatap penuh kecemasan, “Se-sedang apa kau dikamarku?” tanyanya kalut.
“Kamarmu? Ini kamarku.” Balas perempuan itu tenang.
Alfin menganga, dia langsung keluar pintu dan mengecek nomor kamar dan seketika dia mengutuki dirinya.
“Masuklah, kita bicarakan apa yang terjadi.” Titah perempuan itu acuh.
Alfin mau tak mau kembali ke dalam, dia berdiri canggung sedangkan perempuan itu dengan tenangnya duduk di sisi ranjang.
“Maaf atas yang terjadi semalam. Saya—“ Ucapan Alfin terpotong.
“Tidak ada yang terjadi diantara kita.” Sela perempuan itu datar.
“Tidak mungkin. Kita terbangun di ranjang yang sama dalam keadaan cukup telanjang. Tidak mungkin, tidak ada yang terjadi!” seru Alfin kalut.
Perempuan itu malah menyilangkan lengannya, “Jadi kau ingin ada yang terjadi?” tanyanya.
Alfin seketika menggeleng, “Tentu saja tidak. Tapi kalau memang kenyataannya ada, saya akan---“
“Bertanggung jawab?”
Alfin mengangguk.
Perempuan itu hanya bereaksi datar, dia dengan acuh mengatakan, “Saya akui semalam saya mabuk dan saya cukup terkejut mendapati ada seseorang tidur di ranjang saya. Tapi saya masih cukup sadar untuk menyadari apa saja yang terjadi semalam. Dan kita hanya tidur.” Jelas perempuan itu.
“Bagaimana kau yakin soal itu? Saya saja tidak sadar.” Tukas Alfin tidak percaya.
“Intinya begitu. Saya tidak ingin memperumit situasi karena memang tidak ada yang harus dipermasalahkan. Anggap saja kita kebetulan tidur di ranjang yang sama. Hanya itu.” tandas perempuan itu. perempuan itu kemudian bangkit berdiri dan menuju lemari untuk mengambil barang-barangnya.
“Tunggu.” Cegah Alfin. Perempuan itu berhenti tapi tidak repot-repot harus berbalik.
“Saya harus tetap bertanggung jawab.” Ucap Alfin.
Mendengar pernyataan pemuda itu, perempuan itu berbalik, “Tapi saya tidak ingin.” Balasnya singkat.
“Tapi bagaimana kalau ada yang terjadi di antara kita? Saya sebagai laki-laki merasa sangat brengsek bila tidak bertanggung jawab.”
“Tapi memang tidak ada yang terjadi. Kau terlalu takut dan cemas.”
“Tapi—“ Alfin hendak menyangkal hanya saja ucapannya kembali dipotong.
“Saya seorang abdi negara. Bila saya kedapatan melakukan hal di luar moral seperti itu, maka saya akan menanggalkan seragam saya.” Pungkas perempuan itu.
Setelahnya, dia mengambil tasnya juga koper di dalam lemari. Kemudian tanpa repot-repot menatap Alfin, dia keluar kamar.
Dan sepeninggal perempuan itu, Alfin terduduk lemas di lantai. Fikirannya semrawut.
***
Perempuan misterius itu berjalan sambil menyeret kopernya menuju kamar lain yang selantai di atas kamar hotelnya. Setelah sampai di depan kamar yang dituju, dia langsung mengetuk pintu.
Tok Tok
Tak ada tanggapan apapun hingga semenit kemudian, pintu terbuka menampilkan seorang laki-laki yang tengah menahan kantuk.
"Sia--Letnan!" serunya kaget kala menyadari ada rekan kerjanya berdiri dihadapannya.
"Pesankan aku kamar baru." ucapnya.
"Apa?" tanyanya belum sepenuhnya sadar dari kantuk.
"Pesankan aku kamar hotel yang baru." ulang perempuan itu.
"Tapi kenapa?" tanya lelaki itu sambil menguap.
"Kamarnya--" Perempuan itu terdiam. "Lupakan saja. Lagipula kita akan memulai operasi sebentar lagi." lanjutnya berubah fikiran.
Lelaki itu hanya mengangguk-anggukkan kepala saja.
"Lanjutkan tidurmu." ucap perempuan itu.
Lawan bicaranya itu mengangguk.
"Selamat malam." ucapnya membungkukkan badannya sedikit. Setelah itu kembali masuk ke dalam kamar.
Setelah pintu ditutup, perempuan itu terdiam sebentar lalu mulai menyeret kopernya kembali meninggalkan kamar rekannya.
...-----...
Bum bum🎺
KyGe bawa karya baruuu loh🙈
Ini adalah spin-off dari MHMP untuk si mak comblang Alfin yang suka sama noona-noona (a.k.a wanita yang lebih tua). Dengan konsep jauh lebih segar dan unik daripada sebelumnya. Aku sudah membaca semua komentar kalian di karya sebelumnya dan berterima kasih atas semua keluh kesah dan penghargaannya untuk karyaku. Kedepannya aku akan memperbaikinya dan menerapkannya di karya setelahnya.
Semoga suka dengan cerita Alfin ya. Jangan lupa komentnya, vote, like dan dukungannya ya! Saranghae💙🙈
Note :
Karya ini diterbitkan atas ide sendiri. Bila ada kesamaan alur, karakter dan tempat serta kekeliruan dalam penyebutan nama, organisasi, tempat dan plot, itu adalah kesalahan tanpa unsur kesengajaan.
Kisah ini hanyalah fiktif belaka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
👸 Naf 👸
💙🤍💙🤍💙
2022-09-23
0
chan damri
hmm aku nyari" ttp dapp in trnyata haha
2021-12-24
0
Wolfman
dapat say halo kali
2021-11-13
0