Elia tersenyum bahagia sembari memegangi perutnya. Dia tidak tahu bagaimana cara untuk menggambarkan bagaimana bahagianya dia saat ini. Sebentar lagi, bayi perempuan akan hadir di dalam hidupnya. Meski harus melewati beberapa fase menyedihkan sebelumnya, tapi sekarang sudah baik-baik saja. Tidak ada yang perlu ditakutkan selama dia yakin akan dirinya dan pilihan yang telah ia pilih. Sejenak Elia melihat ke arah Jhon yang tampak sibuk mengemudi. Tidak tahu mengapa, rasanya ingin sekali bibir Elia mengucapkan terimakasih kepada pria yang kini menjadi suaminya itu.
" Ada yang ingin kau sampaikan? "
Jhon yang menyadari jika Elia terus menatapnya. Memutuskan untuk bertanya.
" Aku, "
" Apa? "
Elia sempat memalingkan pandangan laku kembali menatap Jhon. " Terimakasih, Jhon. "
" Untuk apa? "
" Semuanya. "
" Aku tidak bisa mengartikan arti dari akta semuanya yang kau maksud. "
" Terimakasih karena telah memungut ku dan memperlakukan ku dengan baik. "
Jhon mendadak menepikan mobilnya laku menatap tajam Elia. Memungut? benar-benar terdengar menyakitkan ditelinga Jhon. Bukankah arti kata itu seperti dia menyampahkan dirinya sendiri? hal apa yang membuat wanita di dekatnya ini begitu mudahnya menyamankan dirinya dengan sampah?
Elia menatap Jhon bingung. Tentu saja dia bingung. ditambah lagi tatapan Jhon yang seolah-olah tengah emosi.
" Jangan mengatakan itu lagi! " Titah Jhon. Meski terdengar dingin, Jhon terlihat seolah menahan sakit atas perkataan Elia.
" Maaf, Jhon. " Meski Elia bingung, dia hanya bisa meminta maaf sembari mengoreksi bagian mana yang salah dari kata-katanya.
Setelah cukup lama berada diperjalanan, Jhon dan Elia kembali ke pusat belanja yang tentu saja bukan di tempat pertama tadi. Elia dengan bantuan sang mertua melalui Video Call, akhirnya bisa membeli banyak perlengkapan bayi dan untuknya setelah melahirkan. Jhon yang biasanya acuh itu juga nampak koperatif membantu Elia memilih beberapa perlengkapan bayi dan untuk dirinya. Setelah selesai, Jhon dan Elia kembali ke mobil untuk meletakkan belanjaan mereka dan kembali untuk makan siang di salah satu restauran di pusat belanja itu.
" Apa yang ingin kau makan? " Tanya Jhon yang berhasil membuat Elia terkesima. Sungguh, jiwa tidak tahu diri itu Entah kapan selalu datang menggantikan sosok Elia yang biasanya. Apalagi wajah dingin Jhon yang terlihat perhatian itu begitu maskulin saat menatapnya.
" Elia? "
" Em? " Elia tersadar lalu dengan cepat meraih buku menu yang terletak dimeja. Entah sejak kapan pelayan meletakkan itu disana. Mata Elia terlalu Sibuk menatap Jhon dan lupa dengan yang lainya.
Kegiatan makan siang itu berjalan dengan lancar. Elia yang biasanya hanya makan sesuap dua suap, kini benar-benar seperti kerasukan jin. Dia begitu banyak makan hingga kesulitan saat akan bangkit dari duduknya tadi.
" Apa masih tida nyaman? mau diubah posisi duduknya? " Tanya Jhon yang merasa begah melihat Elia terus menekan bawah dadanya.
" Sudah lumayan baik. Maaf ya, aku benar-benar banyak makan tadi. "
" Bukan masalah. Duduklah dengan nyaman. " Titah Jhon lalu mengemudikan mobilnya.
Di tengah perjalanan menuju pulang, Jhon tak sengaja melihat Elia yang tertidur dengan nyenyak nya. Jhon tersenyum lalu mengusap pipi Elia. Entah apa uang akan dipikirkan orang lain saat Jhon memilih menikahi wanita yang sedang hamil anak pria lain. Tapi jujur, Jhon tidak bisa membohongi hatinya saat pertama kali melihat Elia. Dia begitu mengagumi wajah cantik Elia beserta kepribadiannya. Sosok yang terlihat lemah dan mudah di tindas. Tapi pada dasarnya, Elia adalah sosok yang kuat dan tangguh. Meski Elia sendiri tidak menyadari itu.
Karena rasa tertariknya itu, Jhon mencoba untuk tidak mengindahkan perasaan gilanya karena jatuh cinta dengan istri saudara nya sendiri. Tapi mau bagaiman lagi? Jhon juga manusia biasa yang bisa saja gila saat mengambil keputusan karena cinta. Selagi ada kesempatan, Jhon mencoba mendapatkan Elia dengan berbagai janji yang tentu saja di yakini akan bisa menepatinya. Dan masalah cinta, Jhon tidak bisa memaksa Elia untuk mencintainya. Itulah alasannya dia tidak bisa menjanjikan cinta saat menawari pernikahan kepada Elia.
Kau begitu cantik dan baik. Kenapa aku begitu terlambat bertemu dengan mu? Elia, entah kau cinta atau tidak denganku, aku akan tetap membuatmu berada di sampingku.
Tiga puluh menit kemudian.
" Elia,.. "
Elia membuka mata perlahan saat ada tangan yang menyentuh kepalanya pelan.
" Jhon? sudah sampai? " Pria itu mengangguk.
" Maaf aku tidak sengaja tertidur. "
Jhon tersenyum tak menjawab apapun. Tapi Elia, wanita itu justru terpaku karena melihat senyum Jhon yang seolah tertinggal di ingatannya. Aneh memang, dia belum lama kenal dengan pria yang kini menjadi suaminya. Tapi rasanya, hatinya begitu mudah terpesona. Kalau di ingat-ingat kembali, dia dan Hendrick butuh dua tahun untuk memantapkan diri menerima Hendrick sebagai kekasihnya. Perlahan barulah dia mulai menerima Hendrick dan menyukainya. Tapi entahlah, dengan Jhon seolah hatinya tidak tahu malu dan terus saja menampakkan suami barunya itu dengan harapan penuh cinta.
" Elia masuklah lebih dulu. Aku akan menunggu pelayan untuk membawa barang-barang belanjaan kita ke kamar. " Elia mengangguk dan berjalan pelan menuju ke dalam rumah.
Setelah dua pelayan datang dan membawa barang-barang itu masuk, Jhon yang sudah berada di dekat Elia dan Ibunya mengentikan langkah untuk mengangkat telepon yang berasal dari Ken.
" Ken? apa?! bagaimana bisa?! baiklah. Aku siap-siap sekarang. "
" Ada apa, Jhon? "
Jhon nampak enggan memberi tahu Ibunya. Tapi melihat tatapan yang terlihat begitu penuh harap, Jhon akhirnya memberi tau apa yang sedang terjadi.
" Desain produk yang akan di luncurkan akhir bulan ini bocor, Bu. Tidak tahu siapa dalangnya. Tapi aku harus segera ke sana untuk menyelesaikan masalah ini dan menunggu sampai produk baru itu diluncurkan sesuai jadwal. "
Ibu nampak menghela nafas sebal. Lagi-lagi putranya akan pergi meninggalkannya tapi untung saja dia sudah punya menantu. Jadi tidak akan terlalu kesepian seperti biasanya.
" Berapa kau akan pergi? "
" Belum tahu, Bu. Aku juga harus menyelesaikan beberapa masalah yang lainya. Apalagi, ada isu dokumen keuangan ganda yang belum sempat aku periksa. "
" Jangan terlalu lama. Ingat, ada istrimu sekarang yang menunggumu. "
Baik Jhon dan Elia kompak saling menatap dan terdiam setelahnya. Jhon memutuskan untuk pamit dan menuju kamarnya. Elia juga pamit untuk menyusul Jhon dan membantunya membereskan keperluannya.
" Jhon, boleh aku membantu? "
Jhon menatap Elia sesaat. " Tidak apa-apa. Kau jangan terlalu lelah. Aku akan menyelesaikan ini. "
Elia berjalan mendekati Jhon dan mulai membantunya. Dia tidak mau mendengarkan Jhon yang melarangnya terus. Dia hanya ingin sedikit saja membantu pria yang selalu memperlakukannya dengan baik. Meski ini bukan apa-apa, tapi setidaknya Elia merasa sedikit berguna sebagai istrinya.
" Elia duduklah. Nanti- "
" Jhon! tolong biarkan aku melakukan tugasku sebagai istrimu. "
Jhon terdiam mendengar ucapan Elia. Dia meraih lengan Elia membuat Elia menghadap ke arahnya. Jhon menatap lekat wajah Elia. Semakin tak tahan, Jhon meraih tengkuk Elia dan mencium bibirnya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
widya saleh
jatuh cinta berjuta rasanya wk wk wk john john
2024-07-07
0
Nurhalimah Ritonga
nurhalimah ritonga
2024-05-07
4
Audrey Chanel
Jhon memang cinta sejati buat Elia
2024-03-13
5