Ardi mengikuti Fajar dan Atiqah masuk ke dalam Mall. Rasa penasaran juga kesal karena ditolak lagi, membuat Ardi tidak mundur begitu saja. Bagi Ardi, Atiqah sangat berbeda dengan gadis lainnya yang selama ini terus mengejarnya. Atiqah yang cuek dan jutek mampu membuat Ardi cukup kerepotan dalam melakukan pendekatan.
Fajar dan Atiqah memasuki toko satu ke toko berikutnya, sampai satu paperbag berwarna merah dalam genggaman Fajar.
"Mau makan dimana?" tanya Fajar di depan foodcourt. Atiqah tidak fokus karena merasa terganggu oleh kehadiran Ardi yang berdiri tak jauh dari mereka. "Hei...kok diem aja? mau makan dimana?" tanya Fajar lagi memiringkan kepalanya ke arah Atiqah.
"Hah?? apa mas?" Atiqah balik menatap Fajar.
"Kamu liatin apa sih?" Fajar mencari sesuatu yang membuat Atiqah hilang fokus dan tidak mendengarnya. Dan pandangannya bertemu dengan Ardi. "Ooh...laki laki yang tadi ngikutin kita. Jadi, dia masih ada disini. Udah...samperin dulu sana. Mungkin ada yang mau dia sampein" Fajar mendorong Atiqah ke arah Ardi.
"Apaan sih mas, aku gak ada urusan apapun sama dia. Lagian gak ada yang harus diomongin. Mending makan aja, ayo mas?!" Atiqah menarik tangan Fajar masuk ke dalam foodcourt lalu duduk disalah satu kursi didepan gerai makanan jepang. Ardi kembali mengikuti dan duduk cukup dekat dengan meja Atiqah dan Fajar.
"Mau makan apa?" Fajar menunggu jawaban Atiqah yang masih melihat deretan gerai makanan.
"Mmm...ramen aja deh mas, sama gyoza juga boleh. Hehehe" meringis karena meminta tambahan side dish.
"Oke deh! minumnya teh ocha?" Atiqah mengangguk, lalu Fajar sudah berdiri dan berjalan menghampiri gerai makanan khas negri sakura itu. Ia memesan menu yang sama untuk menghemat waktu.
"Atiqah..." Ardi menarik kursi disebelah Atiqah saat Fajar masih memesan makanan. Atiqah menoleh, memundurkan letak kursinya.
"Ngapain sih ngikutin aku sampe kesini? gak ada kerjaan banget" Atiqah kesal. Ardi benar benar keras kepala, pikirnya.
"Kenapa kamu gak mau aku anterin pulang, tapi justru pergi sama laki laki itu? katanya bukan pacar, katanya tetangga tapi kok mesra gitu?" cecar Ardi. Dia mengeluarkan semua apa yang ada didalam pikirannya.
"Suka suka aku dong! mau pulang atau jalan sama siapapun, bukan urusanmu. Jangan karna tadi pagi kamu udah nyelametin aku dari hukuman Bu Asih, terus kamu ngerasa berhak ngatur aku? atau aku harus balas budi atas kebaikanmu tadi pagi juga siang tadi? Bilang aja sekarang, apa yang bisa aku lakuin buat membayar semua?" terang Atiqah panjang lebar tanpa memberi waktu Ardi menyela ucapannya.
"Jadi pacarku!" jawab Ardi singkat dan mampu membuat Atiqah membulatkan matanya sempurna.
"Ehemm..." Fajar berdehem. Dua tangannya membawa nampan cukup besar berisi dua porsi ramen dan satu porsi gyoza, juga dua teh ocha. Atiqah kikuk di hadapan Fajar. Ardi tetap duduk disamping Atiqah tanpa rasa sungkan atau tidak enak. Ardi ingin mendengar jawaban Atiqah tapi hanya berdua, tanpa ada Fajar ataupun orang lain.
"Aku tunggu kamu selesai makan" ucap Ardi pada Atiqah lalu menatap Fajar yang duduk tepat didepan Atiqah. "Aku ada hal penting yang harus diomongin berdua aja. Jadi...aku yang anter Atiqah" ucap Ardi to the point pada Fajar. Atiqah terbatuk saat mendengarnya. Baru saja satu suap ramen masuk ke dalam mulutnya.
"uhuk...uhuk..." dengan cepat Ardi dan Fajar meraih gelas dan memberikannya pada Atiqah.
"Pelan pelan makannya" ucap Fajar sambil tersenyum. Gelasnya berisi teh ocha dipilih Atiqah. Ardi tersenyum kecut.
"Maaf ya sebelumnya. Karena orangtua Atiqah taunya dia pergi sama aku, jadi aku yang anterin sampai rumah. Aku kasih waktu ngomong berdua tapi gak lama. Bentar lagi udah mau maghrib" Fajar kembali menjepit mie dengan sumpit ditangannya. Ardi diam dan mengerti, dia lapar juga lalu mencomot satu gyoza tanpa meminta ijin. Atiqah terus menatap Fajar. Jujur dia malu dengan sikap temannya, Ardi.
"Gimana? apa jawabanmu?" tanya Ardi. Mereka sudah berada di satu taman didepan Mall. Fajar duduk cukup jauh dan masih bisa memantau.
"Mana ada balas budi begitu. Aku gak mau! Hal lain kan masih banyak. Jangan yang itu, aku gak bisa!" jawab Atiqah menolak tegas ajakan Ardi untuk menjadi pacarnya.
"Tapi aku maunya itu. Aku maunya kamu jadi pacarku. Harusnya kamu bersyukur karna aku yang meminta. Banyak diluaran sana yang ngejar ngejar pengen jadi pacarku. Tapi kamu malah nolak aku. Coba...apa kurangnya aku? aku ganteng, ketua osis, pintar juga anak orang kaya. Kamu gak pengen jadi pacar anak orang kaya? aku bisa kasih kamu apapun" ucapan Ardi yang panjang lebar itu ditanggapi dengan senyuman miring yang mengejek dari bibir Atiqah.
"Kamu terlalu pede Ardi! yang kaya orangtuamu, bukan kamu. Bisa apa kamu tanpa mereka? gak bisa kan?! dan maaf...aku beda dengan cewek cewek yang suka ngejar kamu itu. Aku gak tertarik! mending pacarin aja mereka. Udah malem, orangtuaku pasti udah nungguin aku dirumah. Kamu juga. Jangan suka kelayapan gak bener. Kasian papa mama kamu yang kaya itu" Atiqah bangkit dari duduknya dikursi taman. Ardi tidak terima dan menarik lengan Atiqah keras.
"Kamu berani nolak aku?" mata Ardi memerah karena marah, baru kali ini ia ditolak mentah mentah oleh seorang Atiqah gadis biasa. Sedangkan Atiqah meringis kesakitan lengannya terus diremas kuat oleh Ardi.
"Sakiiittt...Lepasin aku!" melepaskan tangan Ardi sekuat tenaga tapi sia sia.
"Lepas!" suara Fajar terdengar. Ardi tetap bergeming, menatap marah Atiqah. "Lepas!" Fajar menyentak tangan Ardi. Amarahnya semakin memuncak, Ardi tidak terima dan langsung melayangkan tinjuan ke pipi kiri Fajar. Atiqah menjerit.
"Brengsek!!!" Fajar menyeka sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. Ia tidak membalas, hanya menarik kerah baju Ardi. "Aku gak akan membalas. Sia sia tanganku harus kotor cuma buat bales pukulanmu. Aku gak tau apa yang kalian omongin tadi, dan aku gak mau tau tapi jangan sekali kali memaksa juga bersikap kasar dengan wanita!" melepaskan cengkeraman tangannya di kerah baju sekolah yang masih Ardi pakai. "Ayok, kita pulang! paklek sama bulek pasti udah nungguin dirumah. Mas bisa kena omelan bawa anak gadis pulang telat" menarik tangan Atiqah berjalan ke arah parkiran motor yang tidak jauh dari lokasi taman Mall.
Ardi terduduk di kursi taman. Menyesali perbuatannya tadi. Seharusnya ia tidak memaksa Atiqah. Rasa penasarannya yang begitu membuncah, membuatnya hilang kendali. Ia ingin mendapatkan Atiqah. Menjadikan Atiqah kekasihnya.
"Maaf ya sampe malem gini. Lain kali kamu juga hati hati sama laki laki tadi. Dia bisa nekat" Atiqah mengangguk, melepaskan helmnya.
"Aku juga minta maaf. Gara gara aku, mas Fajar kena pukulan. Aku obatin dulu ya mas. Jangan pulang dulu, tunggu di teras" Fajar menghentikan Atiqah yang akan masuk ke dalam rumah mengambil kotak obat.
"Gak usah, mas bisa obatin sendiri nanti dirumah. Kamu masuk gih, udah malem. Mandi terus belajar. Sampein ke paklek sama bulek, terimakasih udah bolehin bawa anak gadisnya" tersenyum sambil mengacak rambut Atiqah.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Momy
aish ardi ternyata sombong yah..sini nak momy sentil kamu..momy kan ga ngajarin kamu sombong ardi🤣
2021-09-17
0
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Sabar Atiqah...sabar 😊😊😊
2021-08-13
1
Ajenk Hajra
kalau suka pepetin dengan cara baik Ardi. jgan pakai kekerasan... dasar anak orang kaya nggak ada akhlak😀😀😀
2021-07-26
0