"Tadi siapa? kakak kamu? tapi kok mesra banget" tanya Ardi. Mereka masih menunggu Lala menghabiskan satu mangkok baksonya.
"Tadi siapa?" Atiqah tidak tahu maksud Ardi.
"Yang tadi pagi nganterin" jawab Ardi mengingatkan.
"Oh...Mas Fajar"
"Kakak kamu? apa pacar?" Ardi penasaran.
"Tetangga. Lala udah dong! itu mangkok juga mau dimakan?" Atiqah ingin cepat masuk ke kelas, bel akan berbunyi 5 menit lagi.
"Sabar...gak boleh nyisain makanan. Kata mama mubazir" masih terus menyeruput kuah bakso pedas miliknya.
"Temen kamu unik banget" Ardi tertawa. "Entar pulang sekolah aku anterin ya?" Atiqah menggeleng cepat.
"Aku pulang bareng Lala. Btw (by the way - ngomong ngomong) makasih buat traktirannya. Ayok La?!" menarik tangan Lala, berjalan cepat menuju kelasnya di lantai 3.
*****
Jam istirahat kedua berbunyi. Atiqah dan Lala sengaja tetap di dalam kelas. Setelah istirahat kedua nanti, ada kuis mata pelajaran bahasa inggris. Jadi mereka berdua memanfaatkan waktu istirahat untuk belajar.
Brakk...
Satu dari tiga siswi yang kebetulan kakak kelas Atiqah, menggebrak meja.
"Bangun!!" bentaknya.
Teman sekelasnya yang masih di dalam menatap ke arah Atiqah dan Lala. Lala ketakutan, dia terus meremas pinggang sahabatnya.
"Ada masalah apa?" tanya Atiqah dengan nada biasa. Tidak ada ketakutan ataupun gemetaran seperti Lala yang sekarang ikut berdiri di sampingnya, masih meremas pinggang Atiqah.
"Heh...belagak bego kamu? pura pura gak ngerti?!" kakak kelas bernama Echa itu menarik kerah bajunya. Ketiga temannya masih berdiri dibelakang Echa. Yang dua lagi bertubuh kurus sedangkan satunya bertubuh gempal.
"Lepasin gak?!" hanya ucapan Atiqah, dia tidak membalas dengan menepiskan tangan Echa di kerahnya.
"Kalau gak mau, mau apa kamu? berani sama aku?! HAH??" berteriak tepat didepan wajah Atiqah.
"Atiqah...Atiq. Udah deh, minta maaf aja. Biar kelar masalahnya" bisik Lala dengan suara yang bergetar. Atiqah tetap diam menatap tajam kedua mata Echa.
"Masalahnya apa? aku gak punya salah apa apa. Jadi...mending lepasin tangan kamu di kerahku, atau rekaman itu kesebar?" Atiqah menunjuk ke arah teman sekelasnya Rizki yang sedang merekam mereka. Echa dan gengnya menoleh ke arah tunjuk Atiqah.
"Sial! Brengsek!!" Echa melepas cengkraman di kerah baju Atiqah. "Awas kamu!! liat aja nanti!" Echa pergi meninggalkan kelas bersama dengan teman temannya itu, sedangkan Rizki sudah berlari ke arah lain. Rizki takut kena damprat Echa dan gengnya yang terkenal suka membully.
Lala menjatuhkan tubuhnya kasar ke kursi, menghela nafasnya berat. Baru kali ini Lala harus melihat dengan jarak dekat, bagaimana Echa dan gengnya siap untuk menghajar Atiqah.
"Minum dulu La! masih gemeteran? tadi kan udah makan bakso satu mangkok, masih aja gemeteran" ledek Atiqah, memberikan botol air minum miliknya.
"Ya ampun Atiq...bisa bisanya kamu santai gitu. Aku gemeteran bukan karena laper tapi takut liat mereka tadi. Kamu juga gak ada takut takutnya sama sekali. Heran aku" Lala meminum air di dalam botol hingga setengah.
"Jangan dihabisin dong. Aku juga belum minum" menyahut botol minum miliknya. "Ngapain takut sama mereka. Inget Lala, kita sama di sekolah ini. Sama sama makan nasi juga. Jadi gak usah takut. Ngerti?!" Lala refleks mengangguk, padahal dia masih ketakutan.
"Kamu tau apa sebabnya?" tanya Lala.
"Apa lagi kalo bukan Ardi si playboy cap kadal. Semua mata ngeliat kita tadi ke kantin bareng dia. Udah jelas mereka marah gara gara itu. Udah ah...lanjut belajar aja, lima menit lagi Mr. Edy masuk" kembali membaca bukunya. Lala masih tetap tidak bisa berkonsentrasi membaca.
*****
Tepat jam 2 siang bel pulang berbunyi, Atiqah merapihkan buku bukunya lalu turun ke lantai dasar untuk pulang bersama Lala.
"Atiqah, kita kerja kelompok dirumah siapa?" tanya Lala berjalan disamping Atiqah dengan dua tangannya mendekap buku di dada.
"Mungkin dirumah Winda. Nanti kita omongin lagi deh, via chat" Atiqah terus melangkahkan kakinya hampir sampai di gerbang sekolah. Suara klakson motor gede yang khas ditelinga terdengar mengejutkan Atiqah dan juga Lala.
"Astaga..." ucap Atiqah dan Lala bersamaan.
"Ngagetin ya? maaf maaf...Atiqah, ayok pulang bareng aku?!" Ardi membuka kaca helm fullface yang dipakainya. Hanya mata dan alis hitamnya yang terlihat. Dari kejauhan, Echa dan gengnya sedang diam menatap ke arah Atiqah, Lala dan Ardi.
Belum Atiqah menjawab, Fajar sudah memanggil Atiqah dari depan gerbang. Dia baru saja sampai.
"Atiqah..." Atiqah menoleh.
"Aku pulang sendiri. Makasih tawarannya" Atiqah menarik tangan Lala menghampiri Fajar.
"Kenapa mas Fajar kesini? ada kepentingan?" tanya Atiqah setelah berhadapan dengan Fajar.
"Nih helmnya. Aku sengaja kesini" memberikan helm yang tadi pagi sempat Atiqah pakai.
"Lho kok tumben banget mas? ini temenku gimana? kasian Lala naik angkot sendirian" menatap ke arah Lala.
"Aku gak papa kok. Aku naik angkot sama...Rizkiiii" Lala mencari teman untuk pulang bersama. Ia memanggil Rizki yang sudah ada di seberang jalan. "Atiq, aku sama Rizki. Udah ya...bye" melambaikan tangannya, berlari menyeberang jalan. Sedangkan Ardi masih diam menatap Atiqah dan Fajar dari atas motornya tanpa menutup kaca helm.
Atiqah langsung menerima helm yang diberikan Fajar. "Mas belum jawab tadi...kok tumben jemput aku?" ucap Atiqah yang sudah duduk di jok motor. Ardi mengikuti Atiqah dan Fajar pergi.
"Mas mau minta bantuan kamu. Nanti mas traktir makan. Mau kan?" Atiqah mengangguk cepat. Kapan lagi dia bisa keluar bersama Fajar lagi. Sudah bertahun tahun mereka tidak pernah pergi hanya berduaan.
"Mau mas, aku mau. Memangnya butuh bantuan apa?" tanya Atiqah tepat ditelinga kanan Fajar.
"Ke Mall" jawab Fajar singkat. Atiqah mengerti dan diam.
Sesaat motor yang mereka tunggangi berhenti di lampu merah dekat dengan Mall. Ardi menggeber gas motor gedenya. "Astaghfirullah...Ardi??" Atiqah terkejut dengan bunyi keras dari knalpot milik Ardi. Matanya mendelik dan berdecak.
"Kamu kenal?" tanya Fajar yang mulai melajukan motornya lagi karena lampu lalu lintas telah berubah warna hijau.
"Itu temenku mas. Reseh banget. Ngapain coba dia ngikutin kita sampe kesini? heran sama tu anak. Sok yes banget" Atiqah menggerutu dan terkadang menoleh ke belakang melihat Ardi yang ikut masuk ke parkiran Mall.
"Dia suka kali sama kamu" mematikan mesin motor lalu melepaskan helmnya sendiri. "Sinih mas bantuin" Fajar membantu melepaskan helm yang dipakai Atiqah.
"Makasih mas" pipi Atiqah merona. Tatapan keduanya beradu.
"Ngeliatin apa? Udah ayok?! bantuin cari kado yang bagus buat pacar mas" Atiqah membulatkan matanya dan juga menghentikan langkahnya.
Kado buat pacarnya? sial banget sih hari ini. Arghh.....Atiqah berteriak dalam hatinya.
Bersambung....
*****
Maaf ya rada telat updatenya. Udah berapa hari badan lagi meriang. Sehat sehat buat kalian semua. Jaga kondisi biar tetep fit 💪
Jangan lupa like, komen sama giftnya. Kalau yang masih punya sisa vote juga boleh kalian sumbangin ke Atiqah 😁😁😁
Terimakasih banyak 🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍾⃝🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳 🍂𝔧ⓊⓛιⒺ🍂
sakit nya smpe ke jantung🤣
2021-09-30
0
ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜
rasain atiq,,ke pedean ujung2nya sakit kan..😂😂
2021-09-22
0
Momy
jangan byk berharap sama fazar atiqah..
2021-09-17
0