Pukul 12.25, Alex tiba di sebuah kafe yang telah ditentukan olehnya semalam bersama Argha. Alex mulai memasuki private room yang telah direservasi oleh Argha. Tanpa mengucapkan salam, Alex pun segera menggeser pintu ruangan nomor 9 itu.
Pluk….!
Sebuah gulungan tissue menyambut kedatangan Alex. Alex segera mengelakkan wajahnya untuk menghindari benda yang telah dilemparkan sahabatnya itu.
“Telambat 25 menit , huh !” dengus Argha, kesal seraya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Alex hanya tersenyum kecut menanggapi dengusan Argha. “Jam istirahat, Ar ! Wajar kalau gue telat !” ujar Alex mencoba membela diri.
Argha semakin memonyongkan bibirnya mendengar pembelaan sahabatnya. Meskipun terlihat seperti sedang bersitegang, namun Argha dan Alex sudah memahami karakter masing-masing. Karena itu mereka tidak pernah merasa sakit hati jika salah satu dari mereka berkata pedas ataupun dingin.
“Kesepakatan apa yang hendak kamu tawarkan ?” tanya Argha tanpa basa basi.
“Semangat sekali, bos, he...he..he...! Apa kau tidak ingin menyuruhku duduk dan menawariku kopi ?” gurau Alex yang merasa lucu melihat keseriusan di wajah sahabatnya.
“Sialan lo ! Pesanlah sendiri ! Biasanya lo juga langsung pesan kan kalau kita ngumpul !” Argha semakin menggerutu menanggapi candaan kawannya.
“Santai aja, bro ! Bukankah kita masih punya banyak waktu hari ini ?” tanya Alex seolah sengaja mengulur waktu.
Tok….tok…tok…
“Permisi !”
Tiba-tiba terdengar sapaan seseorang diiringi ketukan pintu yang cukup keras menggema di ruangan itu.
“Masuk !” teriak Argha.
Sreeek…!
Seorang waitres menggeser pintu ruangan, dia pun segera menyuguhkan pesanan yang sudah di pesan Argha sebelumnya.
“Silakan dinikmati, mas !” ucapnya.
“Terima kasih !” jawab Alex
“Hmm…!” hanya itu yang keluar dari mulut Argha sebagai jawaban atas perkataan sang waitress.
Alek meraih cangkir kopi miliknya. Sejurus kemudian, dia mulai menyesap coffe late dalam cangkir itu secara perlahan. Sedangkan Argha, jika bukan karena hal penting yang sangat ingin diketahuinya, sedari tadi dia pasti akan menghardik Alex yang bersikap seolah ingin menguji kesabarannya.
Alex kembali meletakkan cangkirnya. Sejenak dia mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Tatapannya mulai terlihat kosong. Bayangan kesedihan yang tergambar di raut wajah Gintani, kembali menari-nari dalam benaknya.
Argha melirik jam tangannya.12.55, itu artinya, sudah hampir setengah jam dia membuang waktunya hanya untuk melihat kediaman sahabatnya.
“Kabar apa yang kau bawa ?” pada akhirnya Argha memulai pembicaraannya.
“Dia ingin menjual virginitasnya !” jawab Alex, datar.
“What !” pekik Argha.
“2 M !” ucap Alex, tegas.
“Shitt !” umpat Argha seraya menyenderkan punggungnya di sandaran sofa.
“Apa kau sanggup ? Jika memang kau taksanggup, aku akan menawarkan dia pada pria lain.” tanya Alex penuh penekanan.
“Kirim malam ini juga !” perintah Argha.
Alex menghela napasnya sejenak. Alex merasa emosi saat Argha menyanggupinya tanpa bertanya alasannya. Dia pun mulai kecewa atas sikap Argha. Ternyata, luka atas harga dirinya telah menutupi mata hati Argha.
“Apa kau tidak ingin mengetahui kenapa dia melakukan hal itu ?” tanya Alex.
“Itu bukan urusanku ?” jawab Argha dingin. “Kapan harus aku transfer uangnya ?” lanjutnya dengan senyum seringai puas tergambar jelas di wajahnya.
“Secepatnya akan kuberitahu ! Permisi !”
Merasa tidak ada lagi yang harus dibicarakan, Alex pun segera pamit dari hadapan sahabatnya. Dengan langkah gontai, dia pergi meninggalkan Argha. Alex kembali ke tempat parkir dan mulai melajukan mobilnya menuju pub miliknya.
Perasaan Alex semakin tak menentu. Ada perasaan bersalah terselip di hatinya. Mengingat jika dirinya telah menjadi jembatan bagi Gintani dan Argha untuk melakukan sesuatu yang dilarang agama. Namun Alex tak punya pilihan lain. Setidaknya dengan keegoisan ini, akan ada 2 nyawa yang terselamatkan.
☘️☘️☘️
“Tante Ros !” teriak seorang gadis berambut pirang yang baru saja keluar dari pintu kedatangan.
Setengah berlari seraya menarik kopernya,gadis itu mendekat ke arah nyonya Rosma yang sudah merentangkan kedua tangannya.
“Ah Jessi…! Tante kangen sekali sama kamu !” ujar nyonya Rosma seraya memeluk gadis itu.
Gadis itu bernama Jessica Amanda. Seorang gadis blasteran keturunan Itali-Jawa. Gadis yang memiliki tinggi dan berat badan yang ideal dengan lekukan tubuh bak Biola. Ditambah lagi dengan wajahnya yang opal dan bola mata kebiruan juga bibir yang tampak berisi berwarna pink, membuat para pria yang memandangnya akan merasa takjub terhadap dirinya.
Jessica Amanda pernah menjalin hubungan dengan Argha semenjak mereka memasuki bangku kuliah. Namun sayangnya, hubungan mereka kandas saat tiga tahun yang lalu, Jessica memutuskan untuk pergi go internasional ke Paris.
Jessica seorang model, tiga tahun yang lalu, dia mendapatkan kesempatan sebagai brand ambassador sebuah pakaian bermerk terkenal di Negara yang di juluki sebagai kiblatnya Fashion itu. Namun karirnya mulai meredup saat dia terlibat skandal dengan seorang anggota politik di Negara itu. Hingga akhirnya Jessica memutuskan untuk kembali ke negaranya dan menerima tawaran nyonya Rosma yang menyuruhnya kembali mengejar cinta mantan pacarnya.
“Argha mana, tan ?” tanya Jessica seraya melepaskan pelukannya.
“Maaf ya, Jes ! Argha tidak bisa menjemputmu karena dia masih sibuk dikantor. Biasalah, CEO…! Argha itu seperti papahnya. Dia sangat gila kerja. Kamu lihat sendiri kan, di usianya yang masih 24 tahun, dia sudah menjadi seorang pemimpin besar perusahaan.” ujar nyonya Rosma sedikit membanggakan anak tirinya.
Senyum Jessica semakin merekah mendengar kata “Pemimpin perusahaan”. Bukan tanpa alasan Jessica bersikap seperti itu. Masalahnya, dulu saat Jessica memutuskan untuk meninggalkan Argha, status Argha saat itu hanyalah sebagai staf di perusahaan property milik ayahnya. Hmm…, ternyata dia sudah menjadi orang sukses sekarang…, gumam Jessica.
“Ayo kita ke mansion sekarang, Jes !” ajak nyonya Rosma.
Jessica mengangguk. Mereka pun menaiki mobil jemputannya dan mulai meninggalkan bandara.
☘️☘️☘️
Lepas ashar, Alex tiba di pub miliknya. Setelah membersihkan dirinya dan melakukan solat ashar, dia kemudian pergi ke kamar Gintani.
Tok…tok…tok…
“Tan, boleh abang masuk ?” tanya Alex seraya megetuk pintunya.
Ceklek….!
Pintu terbuka. Tampak Gintani berdiri di ambang pintu dengan wajah yang sama kusutnya seperti tadi pagi.
“Kamu tidak mandi ya, Tan ! Kok wajahnya masih sama kayak tadi pagi !” gurau Alex seraya menyelonong memasuki kamar Gintani.
Gintani diam. Dia sama sekali tidak ingin membalas candaan atasannya itu. Gintani mengikuti langkah Alex dan mendaratkan bokongnya di atas ranjang. Gintani mengalihkan pandangannya ke arah Alex yang sedang berdiri menatap lurus jendela kamar.
Sejenak mereka diam tanpa ada yang berniat untuk memulai pembicaraan. 10 menit berlalu, dan Gintani sudah merasa tidak tahan dengan rasa penasaran yang sedari tadi bersemayam di hatinya.
“Bagaimana kesepakatannya, bang ?”tanya Gintani lirih.
Tanpa mengalihkan pandangan, Alex terlihat menghela napasnya.
“2 M ! Aku mencoba mencari tawaran yang tertinggi untuk hal berharga yang kamu miliki. Dan dia menyanggupinya. Dia akan membayar kesucianmu sebesar 2 M. tapi….” Alex menggantunkan kalimatnya.
“Tapi apa bang ?” tanya Gintani penasaran.
Alex diam. Rasanya dia tidak kuasa untuk mengatakan semuanya kepada Gintani. Sepanjang perjalanan dia memohon agar Tuhan memberikan keajaiban hingga semua yang diinginkan Gintani tidak akan terwujud. Dia berharap mengkin ada jalan lain untuk menyelesaikan semua kesulitan Gintani tanpa harus menjual harga dirinya. Namun sampai detik ini, Alex tak menemukan solusinya.
“Ta…tapi apa bang ?” Gintani semakin penasaran melihat diamnya Alex.
“Tapi dia menginginkanmu malam ini, Tan !”
Bersambung...
Jangan lupa like vote n komennya ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Sani
malam ini...? omaygat
2022-07-11
1
Chachan
gila, 2m....
2022-01-06
3
Neti Jalia
nyicil boom like kk
2021-09-17
2