Tekanan yang Hampir Membuat Gila

"Karena hanya aku yang berhak menyentuhnya ! Aku yang berhak memberikan pelajaran untuknya !" ujar Argha penuh penekanan.

"Apa maksudmu, Ar ! Mamah tidak mengerti !" tanya nyonya Rosma.

"Anda tidak harus mengerti apa pun, cukup jauhi gadis itu dan jangan coba-coba untuk menyentuhnya kembali !"

Setelah mengatakan apa yang ingin dikatakannya, Argha pun kembali pergi meninggalkan ibu tirinya yang kini tengah mematung. Nyonya Rosma berusaha untuk mencerna semua ucapan Argha, namun semuanya percuma. Otaknya benar-benar terlalu dangkal untuk bisa mengartikan ucapan Argha.

Siapa sebenarnya pelakor ingusan itu ? Kenapa Argha membelanya ? Tapi dari nada bicaranya, terdengar jika Argha membencinya. Ah, bocah yang satu itu, sedari kecil memang sulit untuk dimengerti apa maunya. Huh !

Dengan perasaan kesal, nyonya Rosma pun kembali ke paviliun untuk berkumpul dengan teman-temannya.

Setelah memberikan peringatan untuk ibu tirinya, Argha kembali melajukan mobilnya menuju pub milik sahabatnya.

"Sial...! Sial..! Sial...!" gerutu Argha, kesal. "Berani-beraninya dia mendahuluiku menyentuh gadis itu ! Brengsek !" Argha kembali mengumpat sikap ibu tirinya.

Sepanjang perjalanan, Argha terlihat sangat kesal hingga sesekali dia memukul setirnya.

☘️☘️☘️

Setelah mendapatkan alamat Gintani, Alex pun segera mengeluarkan mobilnya. Dengan kecepatan yang cukup tinggi, dia melajukan mobilnya menuju lokasi yang telah dikirim oleh Alya melalui WhatsApp.

Satu jam berkendaraan, Alex tiba di sebuah kontrakan yang ternyata sudah dipenuhi orang-orang yang berteriak-teriak memanggil Gintani. Alex pun memperhatikan hal itu dari kejauhan. Sebagian orang-orang yang tengah berkumpul adalah perempuan. Dilihat dari penampilan dan usianya, sepertinya mereka telah menikah.

"Kita usir saja dia dari sini !" teriak ibu-ibu yang menggunakan daster merah.

"Tunggu ! Jangan bertindak gegabah ! Sebaiknya kita laporkan saja dulu ke RT !" ujar ibu-ibu yang berhijab memberikan saran.

"Alaaah..., tidak usah dilaporkan dulu bu ustadzah, sebaiknya langsung di usir saja ! Heran, baru tinggal sehari, kok sudah bikin aib di kampung kita. Gimana ibu-ibu, setuju tidak kalau wanita itu kita usir !" teriak wanita yang berdandan sedikit menor berusaha memprovokasi para ibu-ibu.

"Setuju...!" jawab mereka serempak.

"Usir...!

"Usir...!

"Usir...!

Teriak warga di sana.

"Astaghfirullah hal adzim...! Sudah...! Sudah...! Jangan main hakim sendiri ! Sebaiknya kita tunggu dulu kedatangan pak RT !" kembali ibu berhijab itu mencoba menenangkan para ibu-ibu.

Tiba-tiba, seorang pria paruh baya datang bersama dengan seorang wanita paruh baya yang ternyata ibunya Alya.

"Cukup ! Cukup ! Tenangkan diri kalian ! Jangan berburuk sangka dulu kepada gadis itu ! Saya sudah bertanya pada ibu Alya, dan ibu Alya berani menjamin jika dia adalah gadis baik-baik." ucap pria itu yang tak lain adalah pak RT.

"Halaaah..., terang saja ibu Alya membelanya, bukankah gadis itu adalah teman anaknya? Kita sendiri tahu apa pekerjaan si Alya itu. Jadi, sebelas dua belas lah, sama cewek pelakor itu." ujar si ibu berdaster merah tadi.

"Sudah, pak RT, usir saja dia ! Memangnya, bapak mau tanggung jawab jika gadis itu menggoda para warga lelaki di kampung ini ?" ujar wanita yang berdandan menor ikut menimpali.

Sementara itu, dari dalam rumah.

Karena lelah berpikir, akhirnya Gintani pun tertidur dengan lelapnya. Selang beberapa waktu, sayup-sayup Gintani mendengar suara ribut-ribut seorang wanita. Gintani teringat dengan kejadian yang beberapa jam lalu menimpanya. Seketika, Gintani mengerjapkan matanya.

Gintani terbangun karena mendengar keributan di luar. Dia duduk sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya. Semakin lama, suara keributan itu semakin jelas terdengar. Gintani pun bangkit dan segera keluar kamar untuk melihat keributan yang tengah terjadi di depan kontrakannya.

Tanpa menaruh curiga, Gintani pun segera membuka pintu.

Ceklek...!

Pluk....!

"Aww....!

Gintani menjerit saat tiba-tiba sebuah batu mendarat di pelipisnya. Entah perbuatan siapa, tapi hal itu malah memicu aksi warga untuk semakin berbuat nekat. Kerikil, sandal jepit bahkan sepatu heels pun kini melayang ke arah Gintani.

Dengan sigap, Alex berlari menerobos kerumunan itu. Dia pun mulai memasang badan. Alex memeluk Gintani agar Gintani terhindar dari benda-benda yang dilemparkan para warga.

"CUKUP ! HENTIKAN SEMUANYA ! JIKA TIDAK, MAKA SAYA AKAN MEMANGGIL POLISI UNTUK MENGAMANKAN KALIAN !" teriak pak RT, mengancam warganya.

Seketika, warga pun menghentikan aksi brutalnya.

"Bubar semuanya !" pak RT kembali memberikan perintah.

"Baiklah, kami akan membubarkan diri. Tapi pak RT harus berjanji untuk mengusir dia dari kampung kita ! Bagaimana ibu-ibu, setuju !" teriak wanita berdaster itu."

"Iya, setuju !"

"Usir dia...!"

"Iya, usir saja pak !"

"Benar, usir pak ! Kami tidak mau kampung kita harus menanggung dosa dari warga yang tidak tahu malu itu !"

"Sudah-sudah ! Bubar kalian ! Biar saya yang mengurus permasalahan ini ! Ayo cepat bubar !" teriak pak RT membubarkan warganya.

"Huuuu ...!"

Warga pun membubarkan dirinya seraya berteriak menyoraki Gintani. Setelah warga bubar, pak RT beserta bu Alya menyuruh Gintani masuk.

Gintani yang memang tidak mengerti apa-apa, hanya bisa mengikuti perintah pak RT. Dengan dipapah Alex, Gintani kembali memasuki rumah kontrakannya. Mereka pun duduk di atas karpet yang digelar di ruang tamu.

"Mohon maaf atas keributan yang dilakukan para warga, nak Gintan !" ujar pak RT membuka pembicaraan.

"Se... sebenarnya, a... apa yang terjadi, pak ? Ke.. kenapa banyak warga yang berteriak-teriak di depan rumah saya. Ke... kenapa mereka hendak mengusir sa... saya, pak ?" tanya Gintani terbata-bata.

Pak RT menarik napasnya panjang, kemudian menghembuskannya dengan perlahan. "Jadi, nak Gintan tidak tahu tentang berita yang tengah membicarakan nak Gintan ?" tanya pak RT merasa heran.

Gintani hanya menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengerti dengan arah pembicaraan pak RT. Untuk sejenak, Gintani menatap sendu ke arah Alex yang tengah merangkul bahunya.

"Ada apa sebenarnya, pak ? Bisakah bapak memberitahu saya tentang apa yang terjadi ?" tanya Gintani lagi.

Pak RT mengeluarkan ponselnya. Dia kemudian mencari video yang tengah viral hari ini. Setelah mendapatkannya, dia pun menunjukkannya kepada Gintani.

Gintani menerima ponsel itu. Saat dia mulai memutar videonya, seketika wajahnya berubah menjadi pucat. Secara refleks, tangan Gintani pun menutup mulutnya. Dia benar-benar tidak percaya dengan berita yang baru saja menjadi trending topik di media sosial.

Gintani menatap ke arah Alex seraya menggelengkan kepalanya.

"I...ini tidak benar, bang ! Gi... Gintan bu... bukan pelakor ! Gi... Gintan hanya me.. minta om Jaya untuk menjauhi Al..." seketika Gintani menutup mulutnya saat menyadari keberadaan ibunya Alya.

"Aku percaya padamu !" ujar Alex seraya membelai lembut rambut Gintani.

"Mohon maaf, pak ! Ini hanya sekedar salah paham saja ! Sebenarnya, Gintani tidak punya hubungan apa pun dengan laki-laki itu." ujar Alex mencoba membantu Gintani.

"Anda siapa ?" tanya pak RT.

"Eh, perkenalkan, nama saya Alex ! Kebetulan, Gintani adalah salah satu karyawan saya." ujar Alex seraya mengulurkan tangannya.

Pak RT menerima uluran tangan Alex, mereka pun berjabat tangan.

"Apa anda memiliki bukti jika Gintani memang bukanlah pelakor seperti yang dituduhkan wanita itu ?" tanya pak RT.

"Sebenarnya wanita itu hanya salah sasaran, pak ! Saya berani menjamin jika bukan Gintani yang dia maksud, tapi.." Alex menggantung kalimatnya saat dia merasakan tangan Gintani menyentuhnya.

Gintani menggelengkan kepalanya memberikan tanda agar Alex jangan melanjutkan pembicaraannya.

"Tapi ?" tanya pak RT.

"Ta...., tapi..., yang jelas bukan Gintani, pak !" jawab Alex.

"Mohon maaf nak Alex, tapi keterangan yang nak Alex berikan, sama sekali tidak membantu jika tanpa bukti yang kuat. Untuk itu, dengan berat hati, saya minta supaya nak Gintan segera pergi dari kampung ini !" ujar pak RT.

"Ta..., tapi pak !"

"Saya mohon nak Gintan, tolong mengertilah ! Saya hanya tidak ingin ada keributan lagi di lingkungan ini." ujar pak RT.

"Gintan mengerti. Tolong beri Gintan waktu untuk membereskan barang-barang Gintan !" ujarnya.

Pak RT mengangguk dan mempersilakan Gintani meninggalkannya untuk membereskan barang-barangnya.

Dibantu Alex, Gintani pun mulai memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Setelah itu, dia pergi ke dapur untuk membenahi perkakas dapurnya. Tak membutuhkan waktu lama, semua barang Gintani telah siap. Gintani mengeluarkan ponselnya untuk memesan taksi online, namun Alex mencegahnya.

Alex menawari Gintani tumpangan untuk kembali mencari kontrakan baru. Setelah Gintani menyetujuinya, Alex pun segera memasukkan barang-barang Gintani ke mobilnya.

Gintani dan Alex segera berpamitan kepada pak RT. Namun sebelumnya, pak RT mengembalikan uang kontrakan yang pernah diberikan Gintani.

"Kenapa dikembalikan pak ? Gintan ikhlas kok !" ujar Gintani.

"Tidak apa-apa nak Gintan, lagipula nak Gintan baru tinggal sebentar di rumah ini. Sudah kewajiban saya untuk mengembalikan hak nak Gintan." ujar pak RT.

Gintani pun menerima uang tersebut. "Kalau begitu, Gintan permisi dulu, pak, bu !" ujar Gintani seraya mencium punggung tangan kedua orang tua itu.

Alex membuka pintu mobilnya untuk Gintani. Setelah itu dia mulai melajukan mobilnya meninggalkan perkampungan di bantaran sungai tersebut.

"Kita kemana, Tan ?" tanya Alex memecah kesunyian di antara mereka.

Gintani hanya bisa diam seraya menggigit ujung kuku jari kelingkingnya.

"Tan ?" Alex memanggilnya seraya menyentuh bahu Gintani.

"Eh, ke... kenapa bang ?" tanya Gintani, terkejut.

"Sekarang kita mau kemana ?" tanya Alex lagi.

"Aku tidak tahu, bang ! Aku tidak mungkin pergi ke rumah sakit dengan kondisi seperti ini. Sekarang sudah sore, aku sendiri tidak mungkin mencari kontrakan jam segini. Lagipula aku bingung, uangku tidak akan cukup untuk mencari kontrakan baru." ucap Gintani sayu.

"Ya sudah, kita ke pub saja. Kebetulan di sana ada gudang kosong untuk menyimpan barang. Untuk sementara waktu, kamu bisa menggunakan gudang itu sebagai kamarmu !" ujar Alex.

"Tapi bang !"

"Sudahlah ! Ikut saja ! Daripada tidur di jalanan !" ujar Alex.

Merasa tak punya pilihan lain, Gintani pun mengangguk mengikuti ajakan Alex.

Sementara di pub milik Alex.

Argha marah-marah tak karuan saat dia mendapati pub itu terkunci rapat.

"Ish, pergi ke mana si brengsek itu !" ujar Argha kesal seraya menendang ban mobilnya.

Setelah setengah jam menunggu, akhirnya Argha memutuskan untuk kembali ke kantor.

Satu jam kemudian, mobil yang dikendarai Alex tiba di pub miliknya. Alex segera mengeluarkan barang-barang Gintani dari bagasi mobilnya. Dia pun mengeluarkan kunci pub dan membukanya.

Alex membawa Gintani pergi ke sebuah ruangan yang letaknya di belakang rak minuman. jika diperhatikan, ruangan itu tidak mirip sebuah gudang, tapi lebih mirip sebuah kamar dengan ukuran kasur single bed dan sebuah lemari pakaian kecil.

"Bang, apa ini kamarmu ?" tanya Gintani.

Alex hanya mampu menggaruk tengkuknya, mendapati pertanyaan Gintani.

"I..iya, Tan ! Sebenarnya ini bukan gudang, tapi tempat aku istirahat kalau sudah merasa lelah." ujar Alex.

Gintani tersenyum

"Lalu, kenapa abang bilang ini gudang ?" tanya Gintani.

"Kalau aku bilang kamar, apa kamu mau ikut denganku ?" Alex malah balik bertanya.

"He..he..., entahlah !" ujar Gintani tak yakin.

"Ya sudah ! Kamu bantu aku mengeluarkan baju-bajuku ! Biar nanti lemarinya bisa kamu isi dengan bajumu !" perintah Alex.

Gintani pun menurut. Dia dan Alex mulai mengeluarkan barang-barang Alex dari kamar itu, dan membawanya ke ruang 9.

Saat mereka sedang asyik berbenah, tiba-tiba ponsel Gintani berdering. Gintani pun segera mengangkat telponnya.

"Hallo, dengan mbak Gintan ?" tanya seseorang di ujung telpon.

"Iya, saya sendiri ! Maaf, ini dengan siapa, ya ?" tanya Gintani.

"Oh iya, mbak ! Saya Gina, dari bagian administrasi di rumah sakit Harapan. Saya hanya ingin mengingatkan jika biaya cuci darah atas nama tuan Wira sudah keluar. Dua hari lagi, tuan Wira diharuskan menjalani cuci darah agar kondisinya bisa stabil kembali." jawab perawat Gina.

"Ah, ya ! Saya akan usahakan untuk secepatnya membayar biaya tagihan kakek saya. Terima kasih atas informasinya, sus !" ucap Gintani.

"Sama-sama. Kalau begitu saya tutup dulu telponnya ya, mbak ! Selamat sore ! Assalamualaikum !"

"Waalaikumsalam." ucap Gintani lemah seraya menutup telponnya.

Alex melihat perubahan raut wajah Gintani sesaat setelah menerima telponnya.

"Telpon dari siapa, Tan ?" tanya Alex.

"Rumah sakit, bang !" jawab Gintani.

"Kakek kamu kenapa ?" tanya Alex lagi.

"Dua hari lagi kakek hendak cuci darah. Dan tagihan untuk cuci darahnya sudah keluar. Gintan hanya bingung saja, harus kemana lagi mencari uang buat cuci darah kakek." ujar lirih Gintani.

Alex hanya diam menanggapi ucapan Gintani. Bukannya tidak ingin membantu, tapi dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Sementara untuk pengobatan penyakit ibunya pun, masih Argha yang menanggungnya.

"Kamu yang sabar, ya Tan !" ucap Alex seraya menepuk pelan bahu Gintani.

Gintani hanya menatapnya dan tersenyum manis.

Tak lama berselang, telpon Gintani kembali berbunyi.

"Bibi Shella !" gumam Gintani. Dia pun segera mengangkat telpon dari tantenya itu.

"Hallo ! Gintan ! Kamu di mana ? Apa sudah kamu dapatkan uangnya !" teriak bibi Shella.

"U...uang apa, bi !" tanya Gintani mengernyitkan dahinya.

"Kamu lupa, atau kamu pura-pura lupa, hah ! Bukankah kamu yang menjanjikan akan mengembalikan uang tuan Broto !" teriak bibi Shella di ujung telpon.

Seketika kaki Gintani terasa lemas seakan tak bertulang. Dia mulai sedikit limbung dan memegangi kursi yang berada di hadapannya.

"Hallo ! Hallo ! Gintan...! Gintani !" kembali bibi Shella berteriak.

Namun pikiran Gintani telah kacau. Tanpa banyak bicara, dia kemudian menutup telpon dari bibinya.

Alex kembali memperhatikan raut wajah Gintani yang kini mulai memerah. Matanya mulai berair, namun Gintani tidak kunjung menangis.

"Tan, are you oke !" tanya Alex hati-hati.

Gintani melirik ke arah Alex. Tatapan matanya terlihat sendu.

"kenapa bang ? Kenapa tekanan demi tekanan harus datang dalam kehidupanku ! Aku benar-benar stres, bang ! Semua tekanan ini hampir membuatku gila !" ujar Gintani seraya menjambak rambutnya sendiri.

"Sabar, Tan ! Sabar !"

Bersambung....

Jangan lupa like vote n komennya ya 🙏

Terpopuler

Comments

Sarah

Sarah

eis gila, maen usir aja tuh warga

2022-05-03

2

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

kasian gintani y

2021-12-20

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

boomlike sampai sini dulu, plus rate 5 and fav❤️

2021-09-18

1

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Tamparan
3 Kembali ke Rumah Sakit.
4 Di Pecat
5 Aku Inginkan Tubuhmu!
6 Pengangguran
7 Dijodohkan, atau Dijual ?
8 Diusir
9 Kontrakan Baru
10 Pekerjaan Baru
11 Aku Menginginkannya !
12 Maukah Berteman Denganku ?
13 Simpanan Om-om
14 Hanya Aku yang Berhak
15 Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16 Jemput Paksa
17 Should I Sell My Virginity ?
18 Kesepakatan
19 Menginginkanmu Malam Ini
20 Menerima Kesepakatan
21 Berubah Pikiran
22 Ternoda
23 Penjelasan Alex
24 Menghilang
25 Membebaskan Kakek
26 Lembaran Baru
27 Tidak Butuh Kuliah
28 Bismillah Hijrah
29 Menolak Ta'aruf
30 Kisah Pilu
31 Menghapus Jejak
32 Proyek Wisata Alam
33 Jebakan
34 Amatir
35 Rencana yang Gagal
36 Kau !
37 Takdirku Adalah Milikku!
38 Permainan Takdir
39 Silaturahim
40 Rencana Perjodohan
41 Calon Istri Terbaik
42 Permintaan Seorang Ayah
43 Berdamai dengan Masa Lalu
44 Lelaki Pecundang
45 Surat Perjanjian
46 Surganya Wanita
47 Akad Nikah
48 Luka Malam Pertama
49 Istri Cadangan
50 Merpati Putih
51 Kembali ke Kota
52 Kabur
53 Bidadari Surga
54 Resepsi Akbar
55 Wanita Ular
56 Percikan Api Cemburu
57 Lingerie Jahanam
58 Sambutan Ibu Mertua
59 Adu Mulut
60 Meminta Penjelasan
61 Pindah
62 Merasa Bersalah
63 Dinding Pembatas
64 Bukan Dia!
65 Bolehkah aku egois?
66 Permintaan Sederhana
67 Salah Paham
68 Petir
69 Khilaf Terindah
70 Vampir Betina
71 Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72 Balado Ikan Tongkol
73 Arrogant Big Baby
74 Bermain Hujan
75 Hot Rain
76 Kisah Baru
77 Senasib Sepenanggungan
78 Menantu Terhebat
79 Tuduhan Tak Beralasan
80 Pesta Lokal
81 Perfect Wife
82 Terjebak Cinta yang Semu
83 Temukan Dia!
84 Pisah Ranjang
85 Merasa Bersalah
86 Menyesal
87 Let's Play The Game
88 Memulai Permainan
89 Mendadak Viral
90 Ceraikan Aku!
91 Pertengkaran Termanis
92 Coffee Break
93 Memulai Kembali
94 Chantika Ilona Prasetya
95 Double Date
96 Bertemu
97 Ambisi dan Obsesi
98 Temperamental
99 Cinta Segitiga
100 Kebenaran
101 Kecelakaan
102 Permainan Ilona
103 Hancur
104 Kecewa
105 Menghilang
106 Pertemuan Tak Terduga
107 Jangan Ganggu Dia!
108 Sepi
109 Berulah
110 Kemarahan Tuan Jaya
111 Nekat
112 Sakit
113 Aneh
114 Siapa Mereka?
115 Bersekutu
116 Tipu Muslihat
117 Rencana Bulan Madu
118 Tentang Ilona
119 Pulang
120 Rindu
121 Misi
122 Honeymoon
123 Pengkhianatan
124 Disekap
125 Luluh
126 Tetap Menjadi yang Terindah
127 Bertemu Mantan
128 Siapa Dia?
129 Maafkan Bunda, Nak!
130 Menyesal
131 Menjenguk Sarah
132 Karma
133 Yang Kesekian Kali
134 Mengabaikan Hati
135 Pertemuan Tak Terduga
136 Lebih Baik Marah daripada Diam
137 Aku Mohon, Mengertilah!
138 Aku Ikut!
139 Apa Ini?!
140 Kenapa Harus Aku?
141 Phobia
142 Ancaman
143 Serpihan Kenangan
144 Pelakor Beraksi
145 Menyingkir dari Sana!
146 Maafkan Saya!
147 Kamu Bodoh!
148 Berduka
149 Pemakaman Richard
150 Meminta Bantuan
151 Melenyapkan Barang Bukti
152 Membuat Laporan
153 Hilangnya Barang Bukti
154 Tekanan
155 Konten Terakhir
156 Rencana Pesta
157 Pesta
158 Jebakan
159 Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160 Pengkhianat
161 Sidang
162 Mengembalikan
163 Jatuh Talak
164 Berpisah
165 Ceraikan Dia!
166 Hamil
167 Gugatan Cerai
168 Memohon
169 Pergi
170 Kebenaran
171 Apa Ini Alasannya?
172 Pengakuan Bik Susan
173 Kejutan
174 Ini Jawabanku!
175 Kejutan Lagi
176 Ilusi
177 It's My Dream, Not Her!
178 Sandiwara Ilona
179 Terjaring Razia
180 Mengunjungi Makam Richard
181 Kecurigaan Jessica
182 Ternyata Hanya Permainan
183 Skandal Sang CEO
184 Dikejar wartawan
185 Kemarahan Tuan Jaya
186 Penyesalan Tuan Jaya
187 Konferensi Pers
188 Batas Kesabaran Seorang Istri
189 Memulai Hari Baru
190 Rencana 4 Bulanan
191 Sindrom Couvade
192 Tuntutan Ilona
193 Setengah Bagian
194 Mencari Tahu
195 Cerita Masa Lalu
196 Bukit Kenangan
197 Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198 Pertemuan Menyisakan Luka
199 Mengambil Keputusan
200 Separuh Jiwa
201 Menyerah
202 Keputusan Argha
203 Proyek Baru
204 Persiapan Pernikahan
205 Setitik Kebenaran
206 Titik Terang
207 Jelas
208 Akad Nikah
209 Kejutan Akbar
210 Semakin Sempurna
211 Menyesal
212 Kembali Menyesali
213 Terbangun
214 Nikmat yang Sempurna
215 Adina Putri Disastra
216 Pulang
217 Kejutan yang Manis
218 Rahasia Ilona
219 Permintaan Terakhir
220 Bagaimana Jika Dia Kembali?
221 Rumpi on The Gengs
222 Fitnah Tetangga
223 Kembali Diusir
224 Penolong Sejati
225 Pergi
226 Ini yang Terbaik
227 Mengunjungi Makam Ilona
228 Usaha Baru
229 Salah Paham
230 Kecewa
231 Pengakuan
232 Aku Mencintaimu
233 Tidak Berjodoh
234 Berita Duka
235 Bertemu
236 Pertanyaan Putri
237 Putri Merajuk
238 Putri Hilang
239 Drama Malam Ini
240 Tidur Bersama
241 Hampir Saja
242 Menjaga Jarak
243 Keputusan Heru
244 Putri Sakit
245 Menemui Pengacara
246 Bersama Om Alex
247 Cooking with My Dad
248 Mengakui Kebenaran
249 Merayakan Kemenangan
250 Mencari Perhatian
251 Terjebak Permainan Sendiri
252 Berseteru
253 Kegelisahan Gintani
254 Nasihat Alex
255 Mencoba Memulai Kembali
256 Rencana Rujuk
257 Puncak Kecewa
258 Maukah Kau Menikahiku?
259 Takdir Gintani
260 Promo Karya
Episodes

Updated 260 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Tamparan
3
Kembali ke Rumah Sakit.
4
Di Pecat
5
Aku Inginkan Tubuhmu!
6
Pengangguran
7
Dijodohkan, atau Dijual ?
8
Diusir
9
Kontrakan Baru
10
Pekerjaan Baru
11
Aku Menginginkannya !
12
Maukah Berteman Denganku ?
13
Simpanan Om-om
14
Hanya Aku yang Berhak
15
Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16
Jemput Paksa
17
Should I Sell My Virginity ?
18
Kesepakatan
19
Menginginkanmu Malam Ini
20
Menerima Kesepakatan
21
Berubah Pikiran
22
Ternoda
23
Penjelasan Alex
24
Menghilang
25
Membebaskan Kakek
26
Lembaran Baru
27
Tidak Butuh Kuliah
28
Bismillah Hijrah
29
Menolak Ta'aruf
30
Kisah Pilu
31
Menghapus Jejak
32
Proyek Wisata Alam
33
Jebakan
34
Amatir
35
Rencana yang Gagal
36
Kau !
37
Takdirku Adalah Milikku!
38
Permainan Takdir
39
Silaturahim
40
Rencana Perjodohan
41
Calon Istri Terbaik
42
Permintaan Seorang Ayah
43
Berdamai dengan Masa Lalu
44
Lelaki Pecundang
45
Surat Perjanjian
46
Surganya Wanita
47
Akad Nikah
48
Luka Malam Pertama
49
Istri Cadangan
50
Merpati Putih
51
Kembali ke Kota
52
Kabur
53
Bidadari Surga
54
Resepsi Akbar
55
Wanita Ular
56
Percikan Api Cemburu
57
Lingerie Jahanam
58
Sambutan Ibu Mertua
59
Adu Mulut
60
Meminta Penjelasan
61
Pindah
62
Merasa Bersalah
63
Dinding Pembatas
64
Bukan Dia!
65
Bolehkah aku egois?
66
Permintaan Sederhana
67
Salah Paham
68
Petir
69
Khilaf Terindah
70
Vampir Betina
71
Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72
Balado Ikan Tongkol
73
Arrogant Big Baby
74
Bermain Hujan
75
Hot Rain
76
Kisah Baru
77
Senasib Sepenanggungan
78
Menantu Terhebat
79
Tuduhan Tak Beralasan
80
Pesta Lokal
81
Perfect Wife
82
Terjebak Cinta yang Semu
83
Temukan Dia!
84
Pisah Ranjang
85
Merasa Bersalah
86
Menyesal
87
Let's Play The Game
88
Memulai Permainan
89
Mendadak Viral
90
Ceraikan Aku!
91
Pertengkaran Termanis
92
Coffee Break
93
Memulai Kembali
94
Chantika Ilona Prasetya
95
Double Date
96
Bertemu
97
Ambisi dan Obsesi
98
Temperamental
99
Cinta Segitiga
100
Kebenaran
101
Kecelakaan
102
Permainan Ilona
103
Hancur
104
Kecewa
105
Menghilang
106
Pertemuan Tak Terduga
107
Jangan Ganggu Dia!
108
Sepi
109
Berulah
110
Kemarahan Tuan Jaya
111
Nekat
112
Sakit
113
Aneh
114
Siapa Mereka?
115
Bersekutu
116
Tipu Muslihat
117
Rencana Bulan Madu
118
Tentang Ilona
119
Pulang
120
Rindu
121
Misi
122
Honeymoon
123
Pengkhianatan
124
Disekap
125
Luluh
126
Tetap Menjadi yang Terindah
127
Bertemu Mantan
128
Siapa Dia?
129
Maafkan Bunda, Nak!
130
Menyesal
131
Menjenguk Sarah
132
Karma
133
Yang Kesekian Kali
134
Mengabaikan Hati
135
Pertemuan Tak Terduga
136
Lebih Baik Marah daripada Diam
137
Aku Mohon, Mengertilah!
138
Aku Ikut!
139
Apa Ini?!
140
Kenapa Harus Aku?
141
Phobia
142
Ancaman
143
Serpihan Kenangan
144
Pelakor Beraksi
145
Menyingkir dari Sana!
146
Maafkan Saya!
147
Kamu Bodoh!
148
Berduka
149
Pemakaman Richard
150
Meminta Bantuan
151
Melenyapkan Barang Bukti
152
Membuat Laporan
153
Hilangnya Barang Bukti
154
Tekanan
155
Konten Terakhir
156
Rencana Pesta
157
Pesta
158
Jebakan
159
Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160
Pengkhianat
161
Sidang
162
Mengembalikan
163
Jatuh Talak
164
Berpisah
165
Ceraikan Dia!
166
Hamil
167
Gugatan Cerai
168
Memohon
169
Pergi
170
Kebenaran
171
Apa Ini Alasannya?
172
Pengakuan Bik Susan
173
Kejutan
174
Ini Jawabanku!
175
Kejutan Lagi
176
Ilusi
177
It's My Dream, Not Her!
178
Sandiwara Ilona
179
Terjaring Razia
180
Mengunjungi Makam Richard
181
Kecurigaan Jessica
182
Ternyata Hanya Permainan
183
Skandal Sang CEO
184
Dikejar wartawan
185
Kemarahan Tuan Jaya
186
Penyesalan Tuan Jaya
187
Konferensi Pers
188
Batas Kesabaran Seorang Istri
189
Memulai Hari Baru
190
Rencana 4 Bulanan
191
Sindrom Couvade
192
Tuntutan Ilona
193
Setengah Bagian
194
Mencari Tahu
195
Cerita Masa Lalu
196
Bukit Kenangan
197
Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198
Pertemuan Menyisakan Luka
199
Mengambil Keputusan
200
Separuh Jiwa
201
Menyerah
202
Keputusan Argha
203
Proyek Baru
204
Persiapan Pernikahan
205
Setitik Kebenaran
206
Titik Terang
207
Jelas
208
Akad Nikah
209
Kejutan Akbar
210
Semakin Sempurna
211
Menyesal
212
Kembali Menyesali
213
Terbangun
214
Nikmat yang Sempurna
215
Adina Putri Disastra
216
Pulang
217
Kejutan yang Manis
218
Rahasia Ilona
219
Permintaan Terakhir
220
Bagaimana Jika Dia Kembali?
221
Rumpi on The Gengs
222
Fitnah Tetangga
223
Kembali Diusir
224
Penolong Sejati
225
Pergi
226
Ini yang Terbaik
227
Mengunjungi Makam Ilona
228
Usaha Baru
229
Salah Paham
230
Kecewa
231
Pengakuan
232
Aku Mencintaimu
233
Tidak Berjodoh
234
Berita Duka
235
Bertemu
236
Pertanyaan Putri
237
Putri Merajuk
238
Putri Hilang
239
Drama Malam Ini
240
Tidur Bersama
241
Hampir Saja
242
Menjaga Jarak
243
Keputusan Heru
244
Putri Sakit
245
Menemui Pengacara
246
Bersama Om Alex
247
Cooking with My Dad
248
Mengakui Kebenaran
249
Merayakan Kemenangan
250
Mencari Perhatian
251
Terjebak Permainan Sendiri
252
Berseteru
253
Kegelisahan Gintani
254
Nasihat Alex
255
Mencoba Memulai Kembali
256
Rencana Rujuk
257
Puncak Kecewa
258
Maukah Kau Menikahiku?
259
Takdir Gintani
260
Promo Karya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!