Hanya Aku yang Berhak

"Stop...!!"

Ciiitttt....!

Seketika Bram menginjak rem mobil saat mendengar bos nya berteriak.

"Apaan sih bos ! Kebiasaan banget nyuruh berhenti mendadak ! Lo mau kita kecelakaan ?" gerutu Bram yang merasa kesal atas perbuatan bosnya.

"Lo nggak liat itu mobil bokap gue nangkring di parkiran taman ?" tanya Argha sewot.

Bram pun melirik area parkir. Benar sekali, tampak sebuah mobil Alphard berwarna hitam sedang terparkir manis di parkiran taman kota. Bram pun mengedarkan pandangannya mencari sosok pemilik mobil tersebut.

Gadis itu ! batin Bram. "Sudahlah bos, mungkin itu bukan milik tuan Jaya ! Balik kantor yuk ! Bukankah kita masih banyak kerjaan yang harus segera diselesaikan ?" ujar Bram.

Bram sangat terkejut melihat Gintani sedang duduk di sudut taman bersama tuan Jaya. Karena itu dia mencoba mengalihkan pandangan Argha dengan mengajaknya kembali ke kantor. Tapi terlambat, sepertinya Argha sudah menyadari keberadaan Gintani dan ayahnya.

Cih ! Apanya yang baik ! Ternyata dia simpanan om-om !" dengus Argha kesal.

"Jangan suudzon dulu, bos !" tegur Bram.

"Suudzon apanya, lo lihat sendiri kan kelakuannya sama bokap gue ! Pakai ketawa-ketawa lagi ! Apalagi namanya jika dia bukan cem-ceman bokap gue. Fix ! Semua ini bikin tekad gue semakin bulat untuk menghancurkannya. Lihat saja nanti, jangan panggil gue Argha jika gue tidak pernah bisa membuat dia datang menghampiri gue !" ujar Argha semakin geram.

"Jalan !" perintahnya lagi.

Bram pun kembali melajukan kendaraannya meskipun dengan perasaan yang semakin dongkol akibat sikap arogan sahabatnya.

Sementara itu di sudut taman kota. Tuan Jaya menyentuh balik tangan Gintani.

"Terima kasih, nak ! Sebenarnya, om bukannya tidak menyadari dengan semua perbuatan om yang salah. Hanya saja, om terlalu egois dan merasa nyaman dengan kehangatan yang Alya berikan. Usianya memang masih sangat muda, tapi sikap dewasanya membuat om merasa dihargai sebagai seorang lelaki. Tapi kamu benar, nak ! Om tidak seharusnya mencari kenyamanan di luar. Terlebih lagi dengan mengorbankan kehidupan gadis baik seperti Alya. Hhhh...."

Tuan Jaya menghela napasnya. Dia kemudian menatap nanar, lurus ke arah jalanan ibukota.

"Om akan berusaha, nak ! Om akan menghindari Alya, dan seperti katamu, om akan berusaha menciptakan kenyamanan sendiri di rumah om." lanjut tuan Jaya.

Gintani tersenyum. "Gintan senang mendengarnya om. Gintan yakin, istri om pasti mau memaafkan kesalahan om." ujar Gintani.

"Kalau boleh jujur, om tidak peduli dia mau memaafkan om atau tidak. Satu-satunya yang om pedulikan adalah pintu maaf kedua anak om. Kau tahu Gintan, om benar-benar merasa bersalah terhadap kedua anak om. Terlebih lagi kepada putra om. Selama ini om sudah terlalu gila dalam bekerja, sehingga tanpa sadar, om semakin jauh dengan mereka. Dulu, om pikir, kehadiran Rosma di tengah-tengah om dan putra om, bisa menghangatkan dan membuat dia tidak kehilangan kasih sayang ibunya yang sudah meninggal. Tapi ternyata om salah. Rosma tidak pernah bisa memberikan kasih sayang yang tulus kepada putra om. Jangankan untuk Argha yang hanya sekedar anak tirinya, untuk Dhifa pun yang sudah jelas-jelas putri kandung kami, dia malah membiarkan orang lain mengasuh dan menyusuinya. Ternyata, om telah salah memilih istri, dia..."

Prok....!

Prok...!

Prok...!

Belum selesai tuan Jaya berbicara, tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan seseorang dari arah belakang. Secepat kilat mereka menoleh ke belakang, tampak seorang ibu paruh baya yang masih terlihat kecantikannya bersama dengan gadis muda mendekati mereka.

Raut muka sang ibu penuh dengan amarah dan kekesalan, berbanding terbalik dengan raut muka sang gadis yang tersenyum melihat Gintani, sekalipun terlihat guratan rasa heran di wajahnya.

"Gintan !" sapa Nadhifa tersenyum sekaligus heran melihat temannya sedang duduk bersama ayahnya.

"Nadhifa !" begitu pun dengan Gintani yang tak kalah terkejutnya.

'Heh, jadi kamu kenal sama pelakor ingusan ini, Fa !" teriak wanita itu yang tak lain adalah ibunya, nyonya Rosma.

"Cukup Rosma ! Jangan asal nuduh !" teriak tuan Jaya.

"Bagus..., jadi kamu berani membentak aku, yang istri kamu, hanya karena pelakor ingusan itu !" nyonya Rosma tak kalah keras berteriak hingga mengundang perhatian orang-orang yang sedang berada di taman.

"Heh ! Pakai pelet apa kamu, sampai suamiku membelamu mati-matian ! Dasar pe**k, cewek murahan ! Berani kau goda suamiku, hah !"

Nyonya Rosma mencaci Gintani seraya menarik tangannya dan mendorongnya hingga Gintani terjerembab ke belakang. Gintani pun jatuh terduduk. Tidak sampai di sana,

PLAKK....!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus nan putih milik Gintani.

"Dasar ja**ay ! Wanita ja***g ! Tidak bisakah kau merayu pemuda yang sepadan denganmu, hah ! Apa stok pemuda di dunia ini sudah habis, sampai kau harus mengganggu suamiku, hah !"

PLAKK....!

Kembali nyonya Rosma menampar Gintani seraya berteriak seperti orang yang kesurupan.

"Sudah berapa kali kau tidur dengannya, hah ? Dasar pelacur ingusan ! Ketagihan, kau tidur dengannya, iya !"

Nyonya Rosma terus menghina dan mengucapkan kata-kata buruk kepada Gintani, membuat Gintani hanya menganga tak percaya dengan ucapan seorang wanita terhormat istri dari konglomerat pemilik perusahaan properti terbesar di Indonesia.

"Mamah, stop !" Nadhifa berjongkok dan memeluk Gintani agar terhindar dari amukan ibunya.

"Fa ! Apa yang kamu lakukan ? Kamu bela pelakor ingusan itu ?" tanya nyonya Rosma tak percaya dengan perbuatan anaknya.

"Papah, tolong bawa mamah pergi dari sini !" teriak Nadhifa.

Tuan Jaya pun segera menarik tangan istrinya dan menyeretnya keluar taman.

"Lepaskan...! Akan kubunuh pelakor ingusan itu ! Lepaskan..! Dasar pelakor gila ! Lo**e brengsek !"

Nyonya Rosma terus meronta dan berteriak-teriak memaki Gintani dengan segala sumpah serapahnya, membuat tuan Jaya semakin geram. Tiba di parkiran, tuan Jaya segera memerintahkan sopirnya untuk membuka pintu belakang mobilnya. Pintu terbuka, kembali tuan Jaya mendorong paksa nyonya Rosma untuk memasuki mobilnya.

"Jalan, pak !" perintah tuan Jaya.

Sementara itu di sudut taman. Gintani masih tampak shock dengan kejadian yang menimpanya. Pandangannya terlihat sangat kosong. Dia hanya menatap nanar ke depan seraya menggigit ujung kuku jari kelingkingnya.

"Tan..., are you okay ?" tanya Nadhifa seraya menyibakkan rambut Gintani yang menghalangi wajahnya.

Pertanyaan Nadhifa membuat Gintani sadar. Dia kemudian menatap Nadhifa seraya menggelengkan kepalanya.

"A...aku bukan pelakor ! Aku bukan pelakor !" ujarnya lirih seraya terus menggigit ujung kukunya.

"Aku tahu ! Tenanglah, Tan !" ujar Nadhifa seraya memeluk Gintani.

Bukannya membalas pelukan Nadhifa, Gintani malah mendorong Nadhifa hingga terjerembab ke belakang. Sejurus kemudian, dia berdiri dan segera berlari keluar taman.

Teriakan dan sorak sorai mencemooh yang keluar dari mulut-mulut usil penghuni taman yang menyaksikan keributan tadi, menggema mengiringi langkah Gintani hingga Gintani menghilang dari pandangan mereka.

Tiba di jalan raya, Gintani segera memberhentikan taksi yang lewat dan menaikinya. Gintani pun memutuskan untuk kembali pulang. Kejadian yang di luar dugaan ini membuat Gintani hanya bisa diam sepanjang jalan. Pikirannya benar-benar kosong untuk saat ini. Dadanya mulai terasa sesak, seolah terhantam beban yang teramat berat. Gintani ingin menangis, namun air matanya tak mampu keluar. Kembali Gintani hanya bisa menggigiti ujung kuku kelingkingnya.

☘️☘️☘️

Kecanggihan teknologi memang tak pernah bisa diukur waktu. Dalam hitungan menit, kejadian dengan caption Pelakor Ingusan dilabrak Istri Pengusaha Properti, menjadi trending topik di dunia maya.

Bola mata Alex membulat sempurna saat dia membuka akun media sosialnya. Berita viral yang menjadi perbincangan hangat ternyata menampilkan sebuah video dengan sang pemeran utama adalah karyawannya. Sindiran dan cibiran pedas para netizen memenuhi berandanya. Tanpa membuang waktu, Alex pun segera menghubungi Gintani untuk mencari kebenarannya.

Berulang kali Alex menekan nomor Gintani, tapi tak satu pun yang diangkat oleh Gintani. Hingga Alex pun memutuskan untuk menelpon Alya.

"Hallo, bang Al ! Tumben nelpon, ada apa ?" tanya Alya di ujung telpon.

"Apa kau telah melihat berita viral hari ini ?"

"Belum bang ! Memangnya, ada berita apaan ? Heboh banget !" jawab Alya lagi.

"Kau buka saja akun media sosialmu, aku yakin kau pasti sangat terkejut di buatnya. Al, tolong kirimkan alamat rumah Gintani. Sekarang ya, Al !"

"Ish bang Al, emang berita apaan sih, bikin penasaran aja. Ya sudah, nanti Al shareloc deh alamat Gintani." ujar Alya lagi.

Alex pun segera memutuskan sambungannya. Berharap jika Alya bisa segera memberikan alamat rumah Gintani.

Sementara itu di waktu yang sama, namun di tempat yang berbeda. Alya mulai membuka akun media sosialnya. Benar apa yang dikatakan Alex. Alya membelalakkan matanya, mulutnya pun hingga menganga melihat berita yang tengah viral di media sosial.

"Ya Tuhan, Gintan !" pekik Alya pelan.

Seketika Alya pun menghubungi sahabatnya itu.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan !

Hanya suara operator yang terdengar di ponselnya Alya. Ish, kamu kemana Tan ? Kenapa ponselnya nggak aktif ? batin Alya.

☘️☘️☘️

APA Architecture, lantai 15

Drrt.... drrt....

Bunyi ponsel milik Bram terus bergetar di atas meja kerjanya. Awalnya, Bram mengabaikannya karena mengetahui jika orang yang menelponnya adalah Kevin, sahabat gesreknya. Tapi akhirnya, Bram mengangkat juga panggilan itu, karena sang sahabat masih terus gigih menghubunginya.

"Hallo !" ucap Bram ketus.

"Bro ! Lo udah lihat medsos belum ?" ujar suara di ujung telpon.

Bram pun mengernyitkan dahinya, "Ish, kurang kerjaan banget sih, jam segini buka medsos ! Woy, gue itu karyawan, bukan pengangguran kayak lo !" gerutu Bram kesal, karena waktu kerjanya menjadi terganggu.

"Ish, tapi ini penting bro ! Ini ada hubungannya dengan bokap nyokapnya Argha sama tuh cewek !" teriak Kevin.

Sejenak Bram mengernyitkan dahinya., cewek...? batinnya.

"Cewek yang mana, Kev ? Jessica ?" tanya Bram.

"Ih, kok Jessi sih ! Itu, cewek yang pernah nampar si Argha ! Udah deh, lo buka aja dulu medsos-nya !" ucap si penelpon lagi.

"Ya udah, gue buka sekarang ! Lo tutup dulu telponnya, gih !" pinta Bram.

Tut...tut...tut...

"Eit dah, dasar bocah nggak ada akhlak ! Main, tutup aja !" gerutu Bram yang merasa kesal karena telponnya diputus tanpa basa-basi.

Teringat ucapan Kevin, Bram pun segera membuka akun media sosialnya. Benar saja, berita viral yang memenuhi beranda akunnya, membuat bola mata Bram seolah hampir keluar.

"What ! Jadi tante Rosma sudah memergoki mereka berdua ?" pekik Bram.

Video yang berdurasi sekitar 7 menit itu berhasil membuat Bram kesal. Bram mengepalkan tangannya melihat cacian dan perkataan yang tak sopan yang terlontar dari seorang istri konglomerat itu. Setelah menonton video tersebut, Bram segera menuju ruangan bosnya.

BRAKK...!

"Ar, kau harus lihat ini !" teriak Bram seraya membuka pintu dengan kasar.

Argha yang sedang menandatangani beberapa dokumen penting, sangat terkejut mendengar suara pintu yang dibuka kencang oleh asistennya.

"Heh, bisakah kau bersikap lebih sopan sedikit ? Setidaknya, ketuklah pintu terlebih dahulu jika kau ingin masuk ke ruangan orang !" dengus Argha, kesal.

"Ups ! Sorry Ar, gue nggak sengaja ! Saking fokusnya ingin menunjukkan sesuatu sama lo, gue jadi lupa buat ketuk pintu dulu. Apa perlu, gue ulangi ?" goda Bram.

"Sialan, lo ! Ada perlu apa ?" tanya Argha sembari kembali fokus memeriksa dokumennya.

"Lo lihat ini !"

Bram duduk di kursi depan meja kerja bosnya. Dia pun menyerahkan ponselnya kepada bosnya.

"Video apaan, nih ?" tanya Argha seraya mengernyitkan dahinya.

"Buka aja deh ! Lo tonton sampai habis tuh video !" perintah Bram.

Tangan Argha mulai menyentuh tombol play. Sejurus kemudian, wajahnya terlihat memerah menahan amarahnya. Selain arogan, Argha memang memiliki sifat yang temperamental.

"Shitt !"

"BRAKK...!"

"Ponsel gue !"

Argha mengumpat keras begitu melihat video tersebut. Seketika dia pun melempar benda pipih itu ke lantai hingga hancur berantakan.

Bram pun hanya bisa berteriak saat melihat ponsel kesayangannya di lemparkan sang bos.

"Lo apaan sih, Ar ! Kenapa ponsel gue harus jadi korban ?" ucap Bram seraya memungut batrei ponselnya yang sudah keluar dari tempatnya.

"Berani-beraninya dia menyentuh milikku !" gumam Argha, geram. Gemeletuk giginya terdengar sangat jelas karena menahan emosi.

Argha bangkit dari kursinya. Dia meraih jasnya yang tersampir pada sandaran kursi. Setengah berlari, dia pun keluar dari ruangannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Tiba di tempat parkiran, Argha segera menaiki mobilnya. Dengan kecepatan yang cukup tinggi, dia pun melajukan mobilnya menuju rumahnya.

Tiiinnn....!"

Argha menekan klakson mobilnya, hingga mengeluarkan bunyi yang cukup lama.

Seorang pria paruh baya berlari tergopoh-gopoh ke depan. Dia pun mulai membukakan pintu gerbang untuk tuannya.

Argha kembali menjalankan mobilnya memasuki halaman rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya, dia pun turun dan kembali berlari memasuki rumah.

"Mah....! Mamah....!" teriak Argha dengan suaranya yang menggelegar, menggema di ruang tamu.

Bik Siti, sang asisten rumah tangganya, datang menghampiri Argha dengan wajah ketakutannya.

"A...ada apa tuan muda ? Ke... kenapa tu.. tuan berteriak-teriak ?" tanya bik Siti terbata-bata.

"Mamah mana, bik ?" tanya Argha, dingin.

"A...anu, itu... nyonya..., emm nyonya sedang berada di paviliun belakang, bersama te... teman-temannya." kembali bik Siti menjawab pertanyaan Argha dengan tergagap

Argha segera berlari kecil menuju paviliun belakang. Ya ! Tempat itu memang sengaja di buat oleh nyonya Rosma sebagai tempat berkumpulnya dia dengan teman-teman sosialitanya. Karena tuan Jaya tidak pernah mengizinkan tamu istrinya memasuki mansion hanya untuk acara-acara yang tidak penting.

Tiba di sana, Argha membuka pintu dengan kasar, membuat orang-orang yang sedang bercengkrama, menoleh seketika ke arahnya.

"Argha ! Tak bisakah kau bersikap lebih sopan sedikit ? Setidaknya, ketuk pintu dulu jika ingin masuk !" gerutu nyonya Rosma yang merasa kesal dengan sikap arogannya sang putra.

Tanpa basa-basi, Argha menghampiri ibunya. "Aku ingin bicara dengan anda, dan sebaiknya anda mengikutiku !" bisik Argha di telinga ibunya.

"Jika tidak ?" nyonya Rosma malah menantang putranya.

"Jika tidak, jangan salahkan Argha yang akan mengacaukan pesta mamah saat ini juga !" kembali Argha berbisik.

"Huh !" nyonya Rosma mendengus kesal. Seketika dia pun berdiri. "Maaf ya, teman-teman ! Saya permisi dulu, kebetulan putra saya yang manja ini ingin berbicara dengan saya. Maklumlah, meskipun sudah besar, tapi dia masih kolokan kalau sama mamahnya, he..he..he.." ujar nyonya Rosma bersandiwara.

Sandiwara sempurna yang membuat Argha semakin mengepalkan tangannya.

Tiba di mansion utama, Argha segera mengajak ibunya ke ruang kerja ayahnya.

"Duduk !" ujarnya mulai mengimintidasi sang mamah.

Nyonya Rosma sedikit bergidik mendengar suara dingin sang anak.

"Kenapa anda lakukan itu ?" tanya Argha masih dengan suara dinginnya.

"Melakukan apa, Ar ? Mamah nggak ngerti !" jawab nyonya Rosma mengernyitkan dahinya.

"Kenapa anda mengganggu gadis itu ?" Argha kembali bertanya penuh penekanan.

"Cukup, Ar ! Jangan berteka-teki sama mamah ! Mamah lagi nggak punya waktu meladeni pertanyaan nggak jelas kamu itu !" nyonya Rosma mulai tersulut emosi.

"Gadis itu ! Gadis yang bersama papah di taman ! Kenapa mamah berani sekali menampar gadis itu ?" teriak Argha penuh emosi.

"Apa ! Jadi kau ingin membela pelakor ingusan itu ? Kau ingin membela orang yang sudah jelas-jelas merayu papahmu supaya berpaling dari mamah ? Apa kau sudah tidak waras, Argha Putra Adisastra ?" tanya nyonya Rosma penuh kemarahan. Emosinya semakin memuncak mendengar ucapan Argha yang seolah ingin membela gadis itu.

"Tidak mah ! Aku tidak akan pernah membela gadis itu ! Tapi, aku juga tidak akan pernah mengizinkan mamah untuk menyentuh gadis itu !" jawab Argha sedikit berteriak.

"Tapi kenapa, hah ? Beri satu alasan yang tepat, kenapa mamah tidak bisa menyentuh gadis itu ?"

"Karena hanya aku yang berhak menyentuhnya !"

Bersambung...

Jangan lupa like vote n komennya ya....

Terpopuler

Comments

Dwi Alviana

Dwi Alviana

sok sok an jadi. pahlawan sih rasain tuh 🙊

2021-10-07

2

Chachan

Chachan

iooohhh... Argha...

2021-09-27

4

Lizaz

Lizaz

Haduh, emang menguras air mata ini sih
Semoga gintani cepat temukan kebahagian

2021-09-17

1

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Tamparan
3 Kembali ke Rumah Sakit.
4 Di Pecat
5 Aku Inginkan Tubuhmu!
6 Pengangguran
7 Dijodohkan, atau Dijual ?
8 Diusir
9 Kontrakan Baru
10 Pekerjaan Baru
11 Aku Menginginkannya !
12 Maukah Berteman Denganku ?
13 Simpanan Om-om
14 Hanya Aku yang Berhak
15 Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16 Jemput Paksa
17 Should I Sell My Virginity ?
18 Kesepakatan
19 Menginginkanmu Malam Ini
20 Menerima Kesepakatan
21 Berubah Pikiran
22 Ternoda
23 Penjelasan Alex
24 Menghilang
25 Membebaskan Kakek
26 Lembaran Baru
27 Tidak Butuh Kuliah
28 Bismillah Hijrah
29 Menolak Ta'aruf
30 Kisah Pilu
31 Menghapus Jejak
32 Proyek Wisata Alam
33 Jebakan
34 Amatir
35 Rencana yang Gagal
36 Kau !
37 Takdirku Adalah Milikku!
38 Permainan Takdir
39 Silaturahim
40 Rencana Perjodohan
41 Calon Istri Terbaik
42 Permintaan Seorang Ayah
43 Berdamai dengan Masa Lalu
44 Lelaki Pecundang
45 Surat Perjanjian
46 Surganya Wanita
47 Akad Nikah
48 Luka Malam Pertama
49 Istri Cadangan
50 Merpati Putih
51 Kembali ke Kota
52 Kabur
53 Bidadari Surga
54 Resepsi Akbar
55 Wanita Ular
56 Percikan Api Cemburu
57 Lingerie Jahanam
58 Sambutan Ibu Mertua
59 Adu Mulut
60 Meminta Penjelasan
61 Pindah
62 Merasa Bersalah
63 Dinding Pembatas
64 Bukan Dia!
65 Bolehkah aku egois?
66 Permintaan Sederhana
67 Salah Paham
68 Petir
69 Khilaf Terindah
70 Vampir Betina
71 Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72 Balado Ikan Tongkol
73 Arrogant Big Baby
74 Bermain Hujan
75 Hot Rain
76 Kisah Baru
77 Senasib Sepenanggungan
78 Menantu Terhebat
79 Tuduhan Tak Beralasan
80 Pesta Lokal
81 Perfect Wife
82 Terjebak Cinta yang Semu
83 Temukan Dia!
84 Pisah Ranjang
85 Merasa Bersalah
86 Menyesal
87 Let's Play The Game
88 Memulai Permainan
89 Mendadak Viral
90 Ceraikan Aku!
91 Pertengkaran Termanis
92 Coffee Break
93 Memulai Kembali
94 Chantika Ilona Prasetya
95 Double Date
96 Bertemu
97 Ambisi dan Obsesi
98 Temperamental
99 Cinta Segitiga
100 Kebenaran
101 Kecelakaan
102 Permainan Ilona
103 Hancur
104 Kecewa
105 Menghilang
106 Pertemuan Tak Terduga
107 Jangan Ganggu Dia!
108 Sepi
109 Berulah
110 Kemarahan Tuan Jaya
111 Nekat
112 Sakit
113 Aneh
114 Siapa Mereka?
115 Bersekutu
116 Tipu Muslihat
117 Rencana Bulan Madu
118 Tentang Ilona
119 Pulang
120 Rindu
121 Misi
122 Honeymoon
123 Pengkhianatan
124 Disekap
125 Luluh
126 Tetap Menjadi yang Terindah
127 Bertemu Mantan
128 Siapa Dia?
129 Maafkan Bunda, Nak!
130 Menyesal
131 Menjenguk Sarah
132 Karma
133 Yang Kesekian Kali
134 Mengabaikan Hati
135 Pertemuan Tak Terduga
136 Lebih Baik Marah daripada Diam
137 Aku Mohon, Mengertilah!
138 Aku Ikut!
139 Apa Ini?!
140 Kenapa Harus Aku?
141 Phobia
142 Ancaman
143 Serpihan Kenangan
144 Pelakor Beraksi
145 Menyingkir dari Sana!
146 Maafkan Saya!
147 Kamu Bodoh!
148 Berduka
149 Pemakaman Richard
150 Meminta Bantuan
151 Melenyapkan Barang Bukti
152 Membuat Laporan
153 Hilangnya Barang Bukti
154 Tekanan
155 Konten Terakhir
156 Rencana Pesta
157 Pesta
158 Jebakan
159 Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160 Pengkhianat
161 Sidang
162 Mengembalikan
163 Jatuh Talak
164 Berpisah
165 Ceraikan Dia!
166 Hamil
167 Gugatan Cerai
168 Memohon
169 Pergi
170 Kebenaran
171 Apa Ini Alasannya?
172 Pengakuan Bik Susan
173 Kejutan
174 Ini Jawabanku!
175 Kejutan Lagi
176 Ilusi
177 It's My Dream, Not Her!
178 Sandiwara Ilona
179 Terjaring Razia
180 Mengunjungi Makam Richard
181 Kecurigaan Jessica
182 Ternyata Hanya Permainan
183 Skandal Sang CEO
184 Dikejar wartawan
185 Kemarahan Tuan Jaya
186 Penyesalan Tuan Jaya
187 Konferensi Pers
188 Batas Kesabaran Seorang Istri
189 Memulai Hari Baru
190 Rencana 4 Bulanan
191 Sindrom Couvade
192 Tuntutan Ilona
193 Setengah Bagian
194 Mencari Tahu
195 Cerita Masa Lalu
196 Bukit Kenangan
197 Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198 Pertemuan Menyisakan Luka
199 Mengambil Keputusan
200 Separuh Jiwa
201 Menyerah
202 Keputusan Argha
203 Proyek Baru
204 Persiapan Pernikahan
205 Setitik Kebenaran
206 Titik Terang
207 Jelas
208 Akad Nikah
209 Kejutan Akbar
210 Semakin Sempurna
211 Menyesal
212 Kembali Menyesali
213 Terbangun
214 Nikmat yang Sempurna
215 Adina Putri Disastra
216 Pulang
217 Kejutan yang Manis
218 Rahasia Ilona
219 Permintaan Terakhir
220 Bagaimana Jika Dia Kembali?
221 Rumpi on The Gengs
222 Fitnah Tetangga
223 Kembali Diusir
224 Penolong Sejati
225 Pergi
226 Ini yang Terbaik
227 Mengunjungi Makam Ilona
228 Usaha Baru
229 Salah Paham
230 Kecewa
231 Pengakuan
232 Aku Mencintaimu
233 Tidak Berjodoh
234 Berita Duka
235 Bertemu
236 Pertanyaan Putri
237 Putri Merajuk
238 Putri Hilang
239 Drama Malam Ini
240 Tidur Bersama
241 Hampir Saja
242 Menjaga Jarak
243 Keputusan Heru
244 Putri Sakit
245 Menemui Pengacara
246 Bersama Om Alex
247 Cooking with My Dad
248 Mengakui Kebenaran
249 Merayakan Kemenangan
250 Mencari Perhatian
251 Terjebak Permainan Sendiri
252 Berseteru
253 Kegelisahan Gintani
254 Nasihat Alex
255 Mencoba Memulai Kembali
256 Rencana Rujuk
257 Puncak Kecewa
258 Maukah Kau Menikahiku?
259 Takdir Gintani
260 Promo Karya
Episodes

Updated 260 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Tamparan
3
Kembali ke Rumah Sakit.
4
Di Pecat
5
Aku Inginkan Tubuhmu!
6
Pengangguran
7
Dijodohkan, atau Dijual ?
8
Diusir
9
Kontrakan Baru
10
Pekerjaan Baru
11
Aku Menginginkannya !
12
Maukah Berteman Denganku ?
13
Simpanan Om-om
14
Hanya Aku yang Berhak
15
Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16
Jemput Paksa
17
Should I Sell My Virginity ?
18
Kesepakatan
19
Menginginkanmu Malam Ini
20
Menerima Kesepakatan
21
Berubah Pikiran
22
Ternoda
23
Penjelasan Alex
24
Menghilang
25
Membebaskan Kakek
26
Lembaran Baru
27
Tidak Butuh Kuliah
28
Bismillah Hijrah
29
Menolak Ta'aruf
30
Kisah Pilu
31
Menghapus Jejak
32
Proyek Wisata Alam
33
Jebakan
34
Amatir
35
Rencana yang Gagal
36
Kau !
37
Takdirku Adalah Milikku!
38
Permainan Takdir
39
Silaturahim
40
Rencana Perjodohan
41
Calon Istri Terbaik
42
Permintaan Seorang Ayah
43
Berdamai dengan Masa Lalu
44
Lelaki Pecundang
45
Surat Perjanjian
46
Surganya Wanita
47
Akad Nikah
48
Luka Malam Pertama
49
Istri Cadangan
50
Merpati Putih
51
Kembali ke Kota
52
Kabur
53
Bidadari Surga
54
Resepsi Akbar
55
Wanita Ular
56
Percikan Api Cemburu
57
Lingerie Jahanam
58
Sambutan Ibu Mertua
59
Adu Mulut
60
Meminta Penjelasan
61
Pindah
62
Merasa Bersalah
63
Dinding Pembatas
64
Bukan Dia!
65
Bolehkah aku egois?
66
Permintaan Sederhana
67
Salah Paham
68
Petir
69
Khilaf Terindah
70
Vampir Betina
71
Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72
Balado Ikan Tongkol
73
Arrogant Big Baby
74
Bermain Hujan
75
Hot Rain
76
Kisah Baru
77
Senasib Sepenanggungan
78
Menantu Terhebat
79
Tuduhan Tak Beralasan
80
Pesta Lokal
81
Perfect Wife
82
Terjebak Cinta yang Semu
83
Temukan Dia!
84
Pisah Ranjang
85
Merasa Bersalah
86
Menyesal
87
Let's Play The Game
88
Memulai Permainan
89
Mendadak Viral
90
Ceraikan Aku!
91
Pertengkaran Termanis
92
Coffee Break
93
Memulai Kembali
94
Chantika Ilona Prasetya
95
Double Date
96
Bertemu
97
Ambisi dan Obsesi
98
Temperamental
99
Cinta Segitiga
100
Kebenaran
101
Kecelakaan
102
Permainan Ilona
103
Hancur
104
Kecewa
105
Menghilang
106
Pertemuan Tak Terduga
107
Jangan Ganggu Dia!
108
Sepi
109
Berulah
110
Kemarahan Tuan Jaya
111
Nekat
112
Sakit
113
Aneh
114
Siapa Mereka?
115
Bersekutu
116
Tipu Muslihat
117
Rencana Bulan Madu
118
Tentang Ilona
119
Pulang
120
Rindu
121
Misi
122
Honeymoon
123
Pengkhianatan
124
Disekap
125
Luluh
126
Tetap Menjadi yang Terindah
127
Bertemu Mantan
128
Siapa Dia?
129
Maafkan Bunda, Nak!
130
Menyesal
131
Menjenguk Sarah
132
Karma
133
Yang Kesekian Kali
134
Mengabaikan Hati
135
Pertemuan Tak Terduga
136
Lebih Baik Marah daripada Diam
137
Aku Mohon, Mengertilah!
138
Aku Ikut!
139
Apa Ini?!
140
Kenapa Harus Aku?
141
Phobia
142
Ancaman
143
Serpihan Kenangan
144
Pelakor Beraksi
145
Menyingkir dari Sana!
146
Maafkan Saya!
147
Kamu Bodoh!
148
Berduka
149
Pemakaman Richard
150
Meminta Bantuan
151
Melenyapkan Barang Bukti
152
Membuat Laporan
153
Hilangnya Barang Bukti
154
Tekanan
155
Konten Terakhir
156
Rencana Pesta
157
Pesta
158
Jebakan
159
Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160
Pengkhianat
161
Sidang
162
Mengembalikan
163
Jatuh Talak
164
Berpisah
165
Ceraikan Dia!
166
Hamil
167
Gugatan Cerai
168
Memohon
169
Pergi
170
Kebenaran
171
Apa Ini Alasannya?
172
Pengakuan Bik Susan
173
Kejutan
174
Ini Jawabanku!
175
Kejutan Lagi
176
Ilusi
177
It's My Dream, Not Her!
178
Sandiwara Ilona
179
Terjaring Razia
180
Mengunjungi Makam Richard
181
Kecurigaan Jessica
182
Ternyata Hanya Permainan
183
Skandal Sang CEO
184
Dikejar wartawan
185
Kemarahan Tuan Jaya
186
Penyesalan Tuan Jaya
187
Konferensi Pers
188
Batas Kesabaran Seorang Istri
189
Memulai Hari Baru
190
Rencana 4 Bulanan
191
Sindrom Couvade
192
Tuntutan Ilona
193
Setengah Bagian
194
Mencari Tahu
195
Cerita Masa Lalu
196
Bukit Kenangan
197
Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198
Pertemuan Menyisakan Luka
199
Mengambil Keputusan
200
Separuh Jiwa
201
Menyerah
202
Keputusan Argha
203
Proyek Baru
204
Persiapan Pernikahan
205
Setitik Kebenaran
206
Titik Terang
207
Jelas
208
Akad Nikah
209
Kejutan Akbar
210
Semakin Sempurna
211
Menyesal
212
Kembali Menyesali
213
Terbangun
214
Nikmat yang Sempurna
215
Adina Putri Disastra
216
Pulang
217
Kejutan yang Manis
218
Rahasia Ilona
219
Permintaan Terakhir
220
Bagaimana Jika Dia Kembali?
221
Rumpi on The Gengs
222
Fitnah Tetangga
223
Kembali Diusir
224
Penolong Sejati
225
Pergi
226
Ini yang Terbaik
227
Mengunjungi Makam Ilona
228
Usaha Baru
229
Salah Paham
230
Kecewa
231
Pengakuan
232
Aku Mencintaimu
233
Tidak Berjodoh
234
Berita Duka
235
Bertemu
236
Pertanyaan Putri
237
Putri Merajuk
238
Putri Hilang
239
Drama Malam Ini
240
Tidur Bersama
241
Hampir Saja
242
Menjaga Jarak
243
Keputusan Heru
244
Putri Sakit
245
Menemui Pengacara
246
Bersama Om Alex
247
Cooking with My Dad
248
Mengakui Kebenaran
249
Merayakan Kemenangan
250
Mencari Perhatian
251
Terjebak Permainan Sendiri
252
Berseteru
253
Kegelisahan Gintani
254
Nasihat Alex
255
Mencoba Memulai Kembali
256
Rencana Rujuk
257
Puncak Kecewa
258
Maukah Kau Menikahiku?
259
Takdir Gintani
260
Promo Karya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!