"Stop...!!"
Ciiitttt....!
Seketika Bram menginjak rem mobil saat mendengar bos nya berteriak.
"Apaan sih bos ! Kebiasaan banget nyuruh berhenti mendadak ! Lo mau kita kecelakaan ?" gerutu Bram yang merasa kesal atas perbuatan bosnya.
"Lo nggak liat itu mobil bokap gue nangkring di parkiran taman ?" tanya Argha sewot.
Bram pun melirik area parkir. Benar sekali, tampak sebuah mobil Alphard berwarna hitam sedang terparkir manis di parkiran taman kota. Bram pun mengedarkan pandangannya mencari sosok pemilik mobil tersebut.
Gadis itu ! batin Bram. "Sudahlah bos, mungkin itu bukan milik tuan Jaya ! Balik kantor yuk ! Bukankah kita masih banyak kerjaan yang harus segera diselesaikan ?" ujar Bram.
Bram sangat terkejut melihat Gintani sedang duduk di sudut taman bersama tuan Jaya. Karena itu dia mencoba mengalihkan pandangan Argha dengan mengajaknya kembali ke kantor. Tapi terlambat, sepertinya Argha sudah menyadari keberadaan Gintani dan ayahnya.
Cih ! Apanya yang baik ! Ternyata dia simpanan om-om !" dengus Argha kesal.
"Jangan suudzon dulu, bos !" tegur Bram.
"Suudzon apanya, lo lihat sendiri kan kelakuannya sama bokap gue ! Pakai ketawa-ketawa lagi ! Apalagi namanya jika dia bukan cem-ceman bokap gue. Fix ! Semua ini bikin tekad gue semakin bulat untuk menghancurkannya. Lihat saja nanti, jangan panggil gue Argha jika gue tidak pernah bisa membuat dia datang menghampiri gue !" ujar Argha semakin geram.
"Jalan !" perintahnya lagi.
Bram pun kembali melajukan kendaraannya meskipun dengan perasaan yang semakin dongkol akibat sikap arogan sahabatnya.
Sementara itu di sudut taman kota. Tuan Jaya menyentuh balik tangan Gintani.
"Terima kasih, nak ! Sebenarnya, om bukannya tidak menyadari dengan semua perbuatan om yang salah. Hanya saja, om terlalu egois dan merasa nyaman dengan kehangatan yang Alya berikan. Usianya memang masih sangat muda, tapi sikap dewasanya membuat om merasa dihargai sebagai seorang lelaki. Tapi kamu benar, nak ! Om tidak seharusnya mencari kenyamanan di luar. Terlebih lagi dengan mengorbankan kehidupan gadis baik seperti Alya. Hhhh...."
Tuan Jaya menghela napasnya. Dia kemudian menatap nanar, lurus ke arah jalanan ibukota.
"Om akan berusaha, nak ! Om akan menghindari Alya, dan seperti katamu, om akan berusaha menciptakan kenyamanan sendiri di rumah om." lanjut tuan Jaya.
Gintani tersenyum. "Gintan senang mendengarnya om. Gintan yakin, istri om pasti mau memaafkan kesalahan om." ujar Gintani.
"Kalau boleh jujur, om tidak peduli dia mau memaafkan om atau tidak. Satu-satunya yang om pedulikan adalah pintu maaf kedua anak om. Kau tahu Gintan, om benar-benar merasa bersalah terhadap kedua anak om. Terlebih lagi kepada putra om. Selama ini om sudah terlalu gila dalam bekerja, sehingga tanpa sadar, om semakin jauh dengan mereka. Dulu, om pikir, kehadiran Rosma di tengah-tengah om dan putra om, bisa menghangatkan dan membuat dia tidak kehilangan kasih sayang ibunya yang sudah meninggal. Tapi ternyata om salah. Rosma tidak pernah bisa memberikan kasih sayang yang tulus kepada putra om. Jangankan untuk Argha yang hanya sekedar anak tirinya, untuk Dhifa pun yang sudah jelas-jelas putri kandung kami, dia malah membiarkan orang lain mengasuh dan menyusuinya. Ternyata, om telah salah memilih istri, dia..."
Prok....!
Prok...!
Prok...!
Belum selesai tuan Jaya berbicara, tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan seseorang dari arah belakang. Secepat kilat mereka menoleh ke belakang, tampak seorang ibu paruh baya yang masih terlihat kecantikannya bersama dengan gadis muda mendekati mereka.
Raut muka sang ibu penuh dengan amarah dan kekesalan, berbanding terbalik dengan raut muka sang gadis yang tersenyum melihat Gintani, sekalipun terlihat guratan rasa heran di wajahnya.
"Gintan !" sapa Nadhifa tersenyum sekaligus heran melihat temannya sedang duduk bersama ayahnya.
"Nadhifa !" begitu pun dengan Gintani yang tak kalah terkejutnya.
'Heh, jadi kamu kenal sama pelakor ingusan ini, Fa !" teriak wanita itu yang tak lain adalah ibunya, nyonya Rosma.
"Cukup Rosma ! Jangan asal nuduh !" teriak tuan Jaya.
"Bagus..., jadi kamu berani membentak aku, yang istri kamu, hanya karena pelakor ingusan itu !" nyonya Rosma tak kalah keras berteriak hingga mengundang perhatian orang-orang yang sedang berada di taman.
"Heh ! Pakai pelet apa kamu, sampai suamiku membelamu mati-matian ! Dasar pe**k, cewek murahan ! Berani kau goda suamiku, hah !"
Nyonya Rosma mencaci Gintani seraya menarik tangannya dan mendorongnya hingga Gintani terjerembab ke belakang. Gintani pun jatuh terduduk. Tidak sampai di sana,
PLAKK....!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus nan putih milik Gintani.
"Dasar ja**ay ! Wanita ja***g ! Tidak bisakah kau merayu pemuda yang sepadan denganmu, hah ! Apa stok pemuda di dunia ini sudah habis, sampai kau harus mengganggu suamiku, hah !"
PLAKK....!
Kembali nyonya Rosma menampar Gintani seraya berteriak seperti orang yang kesurupan.
"Sudah berapa kali kau tidur dengannya, hah ? Dasar pelacur ingusan ! Ketagihan, kau tidur dengannya, iya !"
Nyonya Rosma terus menghina dan mengucapkan kata-kata buruk kepada Gintani, membuat Gintani hanya menganga tak percaya dengan ucapan seorang wanita terhormat istri dari konglomerat pemilik perusahaan properti terbesar di Indonesia.
"Mamah, stop !" Nadhifa berjongkok dan memeluk Gintani agar terhindar dari amukan ibunya.
"Fa ! Apa yang kamu lakukan ? Kamu bela pelakor ingusan itu ?" tanya nyonya Rosma tak percaya dengan perbuatan anaknya.
"Papah, tolong bawa mamah pergi dari sini !" teriak Nadhifa.
Tuan Jaya pun segera menarik tangan istrinya dan menyeretnya keluar taman.
"Lepaskan...! Akan kubunuh pelakor ingusan itu ! Lepaskan..! Dasar pelakor gila ! Lo**e brengsek !"
Nyonya Rosma terus meronta dan berteriak-teriak memaki Gintani dengan segala sumpah serapahnya, membuat tuan Jaya semakin geram. Tiba di parkiran, tuan Jaya segera memerintahkan sopirnya untuk membuka pintu belakang mobilnya. Pintu terbuka, kembali tuan Jaya mendorong paksa nyonya Rosma untuk memasuki mobilnya.
"Jalan, pak !" perintah tuan Jaya.
Sementara itu di sudut taman. Gintani masih tampak shock dengan kejadian yang menimpanya. Pandangannya terlihat sangat kosong. Dia hanya menatap nanar ke depan seraya menggigit ujung kuku jari kelingkingnya.
"Tan..., are you okay ?" tanya Nadhifa seraya menyibakkan rambut Gintani yang menghalangi wajahnya.
Pertanyaan Nadhifa membuat Gintani sadar. Dia kemudian menatap Nadhifa seraya menggelengkan kepalanya.
"A...aku bukan pelakor ! Aku bukan pelakor !" ujarnya lirih seraya terus menggigit ujung kukunya.
"Aku tahu ! Tenanglah, Tan !" ujar Nadhifa seraya memeluk Gintani.
Bukannya membalas pelukan Nadhifa, Gintani malah mendorong Nadhifa hingga terjerembab ke belakang. Sejurus kemudian, dia berdiri dan segera berlari keluar taman.
Teriakan dan sorak sorai mencemooh yang keluar dari mulut-mulut usil penghuni taman yang menyaksikan keributan tadi, menggema mengiringi langkah Gintani hingga Gintani menghilang dari pandangan mereka.
Tiba di jalan raya, Gintani segera memberhentikan taksi yang lewat dan menaikinya. Gintani pun memutuskan untuk kembali pulang. Kejadian yang di luar dugaan ini membuat Gintani hanya bisa diam sepanjang jalan. Pikirannya benar-benar kosong untuk saat ini. Dadanya mulai terasa sesak, seolah terhantam beban yang teramat berat. Gintani ingin menangis, namun air matanya tak mampu keluar. Kembali Gintani hanya bisa menggigiti ujung kuku kelingkingnya.
☘️☘️☘️
Kecanggihan teknologi memang tak pernah bisa diukur waktu. Dalam hitungan menit, kejadian dengan caption Pelakor Ingusan dilabrak Istri Pengusaha Properti, menjadi trending topik di dunia maya.
Bola mata Alex membulat sempurna saat dia membuka akun media sosialnya. Berita viral yang menjadi perbincangan hangat ternyata menampilkan sebuah video dengan sang pemeran utama adalah karyawannya. Sindiran dan cibiran pedas para netizen memenuhi berandanya. Tanpa membuang waktu, Alex pun segera menghubungi Gintani untuk mencari kebenarannya.
Berulang kali Alex menekan nomor Gintani, tapi tak satu pun yang diangkat oleh Gintani. Hingga Alex pun memutuskan untuk menelpon Alya.
"Hallo, bang Al ! Tumben nelpon, ada apa ?" tanya Alya di ujung telpon.
"Apa kau telah melihat berita viral hari ini ?"
"Belum bang ! Memangnya, ada berita apaan ? Heboh banget !" jawab Alya lagi.
"Kau buka saja akun media sosialmu, aku yakin kau pasti sangat terkejut di buatnya. Al, tolong kirimkan alamat rumah Gintani. Sekarang ya, Al !"
"Ish bang Al, emang berita apaan sih, bikin penasaran aja. Ya sudah, nanti Al shareloc deh alamat Gintani." ujar Alya lagi.
Alex pun segera memutuskan sambungannya. Berharap jika Alya bisa segera memberikan alamat rumah Gintani.
Sementara itu di waktu yang sama, namun di tempat yang berbeda. Alya mulai membuka akun media sosialnya. Benar apa yang dikatakan Alex. Alya membelalakkan matanya, mulutnya pun hingga menganga melihat berita yang tengah viral di media sosial.
"Ya Tuhan, Gintan !" pekik Alya pelan.
Seketika Alya pun menghubungi sahabatnya itu.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan !
Hanya suara operator yang terdengar di ponselnya Alya. Ish, kamu kemana Tan ? Kenapa ponselnya nggak aktif ? batin Alya.
☘️☘️☘️
APA Architecture, lantai 15
Drrt.... drrt....
Bunyi ponsel milik Bram terus bergetar di atas meja kerjanya. Awalnya, Bram mengabaikannya karena mengetahui jika orang yang menelponnya adalah Kevin, sahabat gesreknya. Tapi akhirnya, Bram mengangkat juga panggilan itu, karena sang sahabat masih terus gigih menghubunginya.
"Hallo !" ucap Bram ketus.
"Bro ! Lo udah lihat medsos belum ?" ujar suara di ujung telpon.
Bram pun mengernyitkan dahinya, "Ish, kurang kerjaan banget sih, jam segini buka medsos ! Woy, gue itu karyawan, bukan pengangguran kayak lo !" gerutu Bram kesal, karena waktu kerjanya menjadi terganggu.
"Ish, tapi ini penting bro ! Ini ada hubungannya dengan bokap nyokapnya Argha sama tuh cewek !" teriak Kevin.
Sejenak Bram mengernyitkan dahinya., cewek...? batinnya.
"Cewek yang mana, Kev ? Jessica ?" tanya Bram.
"Ih, kok Jessi sih ! Itu, cewek yang pernah nampar si Argha ! Udah deh, lo buka aja dulu medsos-nya !" ucap si penelpon lagi.
"Ya udah, gue buka sekarang ! Lo tutup dulu telponnya, gih !" pinta Bram.
Tut...tut...tut...
"Eit dah, dasar bocah nggak ada akhlak ! Main, tutup aja !" gerutu Bram yang merasa kesal karena telponnya diputus tanpa basa-basi.
Teringat ucapan Kevin, Bram pun segera membuka akun media sosialnya. Benar saja, berita viral yang memenuhi beranda akunnya, membuat bola mata Bram seolah hampir keluar.
"What ! Jadi tante Rosma sudah memergoki mereka berdua ?" pekik Bram.
Video yang berdurasi sekitar 7 menit itu berhasil membuat Bram kesal. Bram mengepalkan tangannya melihat cacian dan perkataan yang tak sopan yang terlontar dari seorang istri konglomerat itu. Setelah menonton video tersebut, Bram segera menuju ruangan bosnya.
BRAKK...!
"Ar, kau harus lihat ini !" teriak Bram seraya membuka pintu dengan kasar.
Argha yang sedang menandatangani beberapa dokumen penting, sangat terkejut mendengar suara pintu yang dibuka kencang oleh asistennya.
"Heh, bisakah kau bersikap lebih sopan sedikit ? Setidaknya, ketuklah pintu terlebih dahulu jika kau ingin masuk ke ruangan orang !" dengus Argha, kesal.
"Ups ! Sorry Ar, gue nggak sengaja ! Saking fokusnya ingin menunjukkan sesuatu sama lo, gue jadi lupa buat ketuk pintu dulu. Apa perlu, gue ulangi ?" goda Bram.
"Sialan, lo ! Ada perlu apa ?" tanya Argha sembari kembali fokus memeriksa dokumennya.
"Lo lihat ini !"
Bram duduk di kursi depan meja kerja bosnya. Dia pun menyerahkan ponselnya kepada bosnya.
"Video apaan, nih ?" tanya Argha seraya mengernyitkan dahinya.
"Buka aja deh ! Lo tonton sampai habis tuh video !" perintah Bram.
Tangan Argha mulai menyentuh tombol play. Sejurus kemudian, wajahnya terlihat memerah menahan amarahnya. Selain arogan, Argha memang memiliki sifat yang temperamental.
"Shitt !"
"BRAKK...!"
"Ponsel gue !"
Argha mengumpat keras begitu melihat video tersebut. Seketika dia pun melempar benda pipih itu ke lantai hingga hancur berantakan.
Bram pun hanya bisa berteriak saat melihat ponsel kesayangannya di lemparkan sang bos.
"Lo apaan sih, Ar ! Kenapa ponsel gue harus jadi korban ?" ucap Bram seraya memungut batrei ponselnya yang sudah keluar dari tempatnya.
"Berani-beraninya dia menyentuh milikku !" gumam Argha, geram. Gemeletuk giginya terdengar sangat jelas karena menahan emosi.
Argha bangkit dari kursinya. Dia meraih jasnya yang tersampir pada sandaran kursi. Setengah berlari, dia pun keluar dari ruangannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Tiba di tempat parkiran, Argha segera menaiki mobilnya. Dengan kecepatan yang cukup tinggi, dia pun melajukan mobilnya menuju rumahnya.
Tiiinnn....!"
Argha menekan klakson mobilnya, hingga mengeluarkan bunyi yang cukup lama.
Seorang pria paruh baya berlari tergopoh-gopoh ke depan. Dia pun mulai membukakan pintu gerbang untuk tuannya.
Argha kembali menjalankan mobilnya memasuki halaman rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya, dia pun turun dan kembali berlari memasuki rumah.
"Mah....! Mamah....!" teriak Argha dengan suaranya yang menggelegar, menggema di ruang tamu.
Bik Siti, sang asisten rumah tangganya, datang menghampiri Argha dengan wajah ketakutannya.
"A...ada apa tuan muda ? Ke... kenapa tu.. tuan berteriak-teriak ?" tanya bik Siti terbata-bata.
"Mamah mana, bik ?" tanya Argha, dingin.
"A...anu, itu... nyonya..., emm nyonya sedang berada di paviliun belakang, bersama te... teman-temannya." kembali bik Siti menjawab pertanyaan Argha dengan tergagap
Argha segera berlari kecil menuju paviliun belakang. Ya ! Tempat itu memang sengaja di buat oleh nyonya Rosma sebagai tempat berkumpulnya dia dengan teman-teman sosialitanya. Karena tuan Jaya tidak pernah mengizinkan tamu istrinya memasuki mansion hanya untuk acara-acara yang tidak penting.
Tiba di sana, Argha membuka pintu dengan kasar, membuat orang-orang yang sedang bercengkrama, menoleh seketika ke arahnya.
"Argha ! Tak bisakah kau bersikap lebih sopan sedikit ? Setidaknya, ketuk pintu dulu jika ingin masuk !" gerutu nyonya Rosma yang merasa kesal dengan sikap arogannya sang putra.
Tanpa basa-basi, Argha menghampiri ibunya. "Aku ingin bicara dengan anda, dan sebaiknya anda mengikutiku !" bisik Argha di telinga ibunya.
"Jika tidak ?" nyonya Rosma malah menantang putranya.
"Jika tidak, jangan salahkan Argha yang akan mengacaukan pesta mamah saat ini juga !" kembali Argha berbisik.
"Huh !" nyonya Rosma mendengus kesal. Seketika dia pun berdiri. "Maaf ya, teman-teman ! Saya permisi dulu, kebetulan putra saya yang manja ini ingin berbicara dengan saya. Maklumlah, meskipun sudah besar, tapi dia masih kolokan kalau sama mamahnya, he..he..he.." ujar nyonya Rosma bersandiwara.
Sandiwara sempurna yang membuat Argha semakin mengepalkan tangannya.
Tiba di mansion utama, Argha segera mengajak ibunya ke ruang kerja ayahnya.
"Duduk !" ujarnya mulai mengimintidasi sang mamah.
Nyonya Rosma sedikit bergidik mendengar suara dingin sang anak.
"Kenapa anda lakukan itu ?" tanya Argha masih dengan suara dinginnya.
"Melakukan apa, Ar ? Mamah nggak ngerti !" jawab nyonya Rosma mengernyitkan dahinya.
"Kenapa anda mengganggu gadis itu ?" Argha kembali bertanya penuh penekanan.
"Cukup, Ar ! Jangan berteka-teki sama mamah ! Mamah lagi nggak punya waktu meladeni pertanyaan nggak jelas kamu itu !" nyonya Rosma mulai tersulut emosi.
"Gadis itu ! Gadis yang bersama papah di taman ! Kenapa mamah berani sekali menampar gadis itu ?" teriak Argha penuh emosi.
"Apa ! Jadi kau ingin membela pelakor ingusan itu ? Kau ingin membela orang yang sudah jelas-jelas merayu papahmu supaya berpaling dari mamah ? Apa kau sudah tidak waras, Argha Putra Adisastra ?" tanya nyonya Rosma penuh kemarahan. Emosinya semakin memuncak mendengar ucapan Argha yang seolah ingin membela gadis itu.
"Tidak mah ! Aku tidak akan pernah membela gadis itu ! Tapi, aku juga tidak akan pernah mengizinkan mamah untuk menyentuh gadis itu !" jawab Argha sedikit berteriak.
"Tapi kenapa, hah ? Beri satu alasan yang tepat, kenapa mamah tidak bisa menyentuh gadis itu ?"
"Karena hanya aku yang berhak menyentuhnya !"
Bersambung...
Jangan lupa like vote n komennya ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Dwi Alviana
sok sok an jadi. pahlawan sih rasain tuh 🙊
2021-10-07
2
Chachan
iooohhh... Argha...
2021-09-27
4
Lizaz
Haduh, emang menguras air mata ini sih
Semoga gintani cepat temukan kebahagian
2021-09-17
1