Ini adalah malam kedua Gintani bekerja. Kali ini, Gintani menggunakan rok selutut bermotif bunga dengan model mengembang, dipadukan dengan t-shirt polos berwarna pink berlengan pendek. Gintani juga sedikit memoles bibirnya dengan liptint berwarna pink soft, membuat bibir mungilnya semakin terlihat lembut. Rambutnya yang sedikit panjang, dia biarkan terurai dengan aksen pita di sebelah kanan. Penampilan Gintani terlihat berbeda sekali dengan malam sebelumnya.
"Selamat malam, bang !" sapa Gintani pada bos nya yang sedang asyik melayani tamunya.
"Eh, malam juga Tan !" jawab Alex yang sedikit ternganga melihat penampilan Gintani malam ini.
Aku tidak boleh membiarkan Gintani masuk ruangan untuk menemani pelanggan. Aku takut ada laki-laki hidung belang yang akan memanfaatkannya. Sebaiknya aku tugaskan dia di meja bar saja. Agar aku bisa mengawasinya setiap waktu. Gumam Alex dalam hati.
Gintani segera melipat jaketnya dan menyimpannya di loker bawah. Setelah itu, tangannya mulai kembali lincah membuat minuman yang dipesan para pelanggannya.
"Nggak barengan sama Alya, Tan ?" tanya Alex yang melihat kedatangan Gintani seorang diri.
"Kebetulan tadi Gintan berangkat dari rumah sakit bang, jadi nggak sempat samperin Alya." jawab Gintani.
"Rumah sakit ? Memangnya siapa yang sakit ?" tanya Alex, heran.
"Kakek Gintan." jawab Gintani seraya menyerahkan pesanan pelanggan di meja bar.
"Oh, sakit apa ?" Alex kembali bertanya seraya mengambil wine yang diminta pelanggannya.
"Gagal ginjal, bang." ujar Gintani lirih.
Alex terkejut, sejenak dia menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menatap Gintani yang terlihat sendu. Alex mendekati Gintani dan menepuk pundak Gintani.
"Sabar ya, Tan !" ucapnya.
Gintani tersenyum, "Iya, bang ! Makasih !" jawab Gintani.
Tiba-tiba netra Gintani menangkap bayangan seorang lelaki yang kemarin berjalan beriringan bersama Alya. Lelaki itu tersenyum ke arah Alex, sepintas kemudian Alex pun membalas senyuman lelaki paruh baya tersebut. Akhirnya lelaki itu hilang di ruang nomor 15.
Beberapa menit kemudian, Alya tiba.
"Sorry bang, telat lagi ! Alya ketiduran tadi, hehehe...!" ucapnya cengengesan.
Gintani hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.
"Ya sudah, cepetan ke ruang 15, om mu sudah menunggu, kasian dia !" perintah Alex.
"Oke !" jawab Alya seraya mengedipkan sebelah matanya ke arah bos nya.
Alex hanya tersenyum mesem melihat tingkah Alya. Tanpa Alex sadari, Gintani telah berdiri di sampingnya.
"Memangnya, laki-laki itu siapanya Alya, bang ?" bisik Gintani di telinga bosnya.
"Astaga ! Tan, ngagetin aja !" ujar Alex terhenyak seraya menatap tajam ke arah Gintani. Desiran halus di sekitar telinganya seketika membuat sekujur tubuhnya panas dingin.
"Eh, maaf bang !" ucap Gintani seraya melipat-lipat lap yang dia pegang karena merasa salah tingkah dengan tatapan bosnya.
"Maksud kamu, om jaya ?" tanya Alex.
"Jadi, namanya om Jaya." gumam Gintani. "Sebenarnya dia memiliki hubungan seperti apa dengan Alya, bang ?"
"Om Jaya itu, dia..."
Belum sempat Alex menjelaskan, tiba-tiba dia mendengar suara keributan di depan pintu masuk pub.
"Maaf bang, ada seorang ibu-ibu yang sedang marah-marah di depan. Sekarang lagi di tahan sama sekuriti depan." ujar Anto salah satu karyawan pub.
"Ya Tuhan ! Gintan, sekarang juga kamu pergi ke ruang 15, kamu ajak Alya keluar, bawa dia ke ruangan 9 ! Ini kuncinya !" perintah Alex seraya memberikan sebuah kunci kepada Gintani.
Alex segera pergi ke depan untuk melihat keributan itu, sedangkan Gintani pergi ke ruang 15 untuk melaksanakan perintah Alex.
Tok...tok...tok...
Ceklek !
Gintani mengetuk pintu dan membukanya. "Permisi om !" sejenak Gintani tertegun melihat Alya sedang duduk di pangkuan lelaki paruh baya itu.
"Eh, Tan ! Kenapa ?" tanya Alya langsung berpindah tempat begitu melihat sahabatnya berdiri di ambang pintu.
"Ma..., maaf mengganggu ! Saya diperintahkan bang Alex untuk membawa Alya keluar, maaf ya om !" ujar Gintani sopan.
"Memangnya apa yang terjadi ?" tanya Alya heran.
"Aku tidak tahu, tapi tadi pak sekuriti bilang kalau di luar ada seorang wanita yang sedang mencari suaminya di pub ini. Lalu, tiba-tiba saja bang Alex nyuruh aku buat ngajak kamu pergi dari sini dan menyuruhmu bersembunyi di ruang 9, nih kuncinya !" ujar Gintani seraya menyerahkan kunci kepada Alya.
Raut wajah Alya seketika terlihat pucat. Dia segera menyambar kunci dari tangan Gintani dan berlari menuju ruangan 9.
Gintani kembali menutup ruangan itu, sepintas dia melihat jika laki-laki itu masih terlihat tenang berbanding terbalik dengan kepanikan yang di tunjukkan Alya.
Gintani kembali ke meja bar nya. Sejurus kemudian dia melihat Alex dan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, sedang beradu mulut di ambang pintu.
Wanita itu tiba-tiba menerobos masuk seraya berteriak-teriak tak jelas.
"Di mana kamu sembunyikan mereka ?" teriak wanita itu seraya berkacak pinggang di hadapan meja bar.
Alex menghampiri wanita itu. "Alex bersumpah, Alex tidak menyembunyikan siapa pun tante ! Tante hanya salah paham saja !" ujar Alex seraya menatap cemas ke arah Gintani.
Gintani bisa membaca kecemasan itu di mata Alex. Akhirnya, dengan berpura-pura membuat milkshake, dia pun memberikan kode aman kepada bos nya.
Alex terlihat menghela napasnya, "Jika tante tidak percaya, tante bisa periksa seluruh ruangan ini. Om Jaya memang sering kemari. Tapi om Jaya hanya sekedar melepas penatnya di sini tanpa ditemani siapa pun." ujar Alex mencoba meyakinkan wanita paruh baya yang ternyata nyonya Rosma, istri dari tuan Jaya.
"Halah, aku tidak percaya ! Kamu hanya menutupi kebusukan suamiku dan cewek bau kencur itu kan ! Ayo cepat katakan ! Di mana cewek gatel itu ! Dasar nggak tahu malu, doyan kok sama pria berumur !" ujar nyonya Rosma, sengit.
"Papah ! Di mana kamu ? Ayo cepat keluar ?" teriak nyonya Rosma seraya membuka pintu ruangan satu persatu.
Tak lama berselang, laki-laki itu pun keluar. "Ada apa ini ?" tanyanya santai.
Gintani merinding melihat sikap laki-laki yang terkesan cuek itu.
Ini si om kenapa ya ? Bukannya takut kepergok istrinya karena jam segini masih keluyuran, eh dia malah kelihatan santai gitu, ish...ish...ish.., guman Gintani dalam hati.
"Mana bocah ingusan itu ?" teriak nyonya Rosma.
"Kamu ini apa-apaan sih, mah ? Datang-datang bikin ribut saja ! Malu, dilihat orang !" ujar tuan Jaya.
"Oh, jadi kamu punya rasa malu juga, hah !" nyonya Rosma kembali berteriak.
"Sudah, pulang !" ujar tuan Jaya seraya menarik lengan istrinya.
"Tunggu ! Aku tidak akan pulang sebelum aku bertemu dengan bocah pelakor itu. Di mana kamu sembunyikan dia, hah ?" tanya nyonya Rosma kembali meradang, tak terima jika suaminya menarik tangannya begitu saja.
"Aku sudah bilang, aku hanya sendirian di ruangan itu ! Ayo, pulang ! Jangan bikin keributan di sini !" ujar tuan Jaya, geram.
Tuan Jaya pun menarik paksa istrinya keluar. Tiba di luar, dia segera mendorong masuk istrinya ke dalam mobil.
"Jaga dia !" perintah tuan Jaya kepada sopirnya.
"Baik tuan !" jawab sang sopir.
Setelah memberi perintah, tuan Jaya kembali ke dalam. Dia menemui Alex di meja bar.
"Al, om minta maaf atas keributan ini. Om janji ini tidak akan terulang lagi !" ujarnya
"Tidak apa-apa, om." jawab Alex.
"Ya sudah, om pergi dulu ! Sampaikan maaf om buat Alya !" ujar tuan Jaya seraya melangkahkan kakinya.
"Tunggu !"
Tiba-tiba Gintani berteriak dan berhasil membuat tuan Jaya menghentikan langkahnya.
"Ma... maaf, tuan ! Apa boleh saya meminta nomor ponsel tuan ?" tanya Gintani hati-hati.
Tuan Jaya dan Alex hanya bisa mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Gintani. Sejurus kemudian tuan Jaya tersenyum.
"Mintalah pada Alex !" ujarnya seraya pergi meninggalkan mereka.
Sepeninggal tuan Jaya.
"To, jagain bar !" perintah Alex kepada karyawannya.
"Siap, bos !" jawab Anto.
Alex segera mengajak Gintani untuk menemui Alya di ruang 9.
Ceklek...!
Alex membuka pintunya. Tampak Alya tengah duduk di sofa pojok yang tak terlihat dari arah pintu.
"Al, kamu nggak apa-apa ?" tanya Alex menghampiri Alya.
"Bang Al..! Hiks.... hiks...!" Alya menghambur memeluk Alex seraya menangis.
"Sudahlah ! Tante Rosma sudah pergi, kok. Lo nggak usah khawatir lagi !" ujar Alex seraya mengusap-usap punggung Alya untuk menenangkannya.
"Mau sampai kapan ?" pertanyaan dingin tiba-tiba keluar dari mulut Gintani.
"Tan ?" ujar Alya menatap sahabatnya.
"Maksud kamu ?" tanya Alex tak mengerti.
"Mau sampai kapan kalian berpura-pura terus saling menguatkan, padahal jauh di lubuk hati kalian, kalian memiliki ketakutan yang luar biasa. Cih ! Benar-benar manusia munafik !" ujar Gintani, kesal.
"Tan...?" Alya sedikit berteriak.
"Kenapa ? Apa aku salah ? Sekarang aku tanya, tenang kamu hidup seperti ini ? Tenang, kamu bekerja seperti ini ? Al, meskipun kau tidak berbuat apa-apa, tetap saja kelakuan mu itu salah ! Ingat Al, pria itu telah beristri ! Apa kau mau di cap sebagai pelakor ? Dan abang, mau sampai kapan abang menyembunyikan semua ini ? Mungkin saat ini, Alya masih selamat karena Tuhan masih berbaik hati menutupi aibnya. Tapi jika Tuhan sudah murka, mau bersembunyi ke lubang tikus pun, kamu pasti akan ketahuan ! Paham kamu !"
BRAKK...!!
Saking emosinya dengan kelakuan sahabat dan atasannya, Gintani pun pergi seraya membanting pintu ruangan itu. Gintani kembali ke meja bar dan membantu Anto melayani para pelanggan. Wajah kesal Gintani masih terpampang jelas di raut mukanya.
Alex dan Alya hanya bisa saling pandang melihat kemarahan yang ditunjukkan Gintani.
"Kamu tahu Al, mungkin apa yang diucapkan Gintani ada benarnya. Mau sampai kapan kamu terus main kucing-kucingan dengan tante Rosma. Mungkin sebaiknya, kamu mengakhiri hubunganmu dengan om Jaya." ujar Alex.
"Ta..., tapi bagaimana caranya, bang ?" tanya Alya.
Alex menghela napasnya, "Kita pikirkan itu nanti ! Sekarang, kembalilah bekerja !" jawab Alex.
Alya pun keluar dan kembali membantu Gintani.
☘️☘️☘️
BRAKK....
Tuan Jaya menutup pintu ruang kerjanya dengan sangat keras, membuat Nadhifa dan Argha segera keluar dari kamarnya masing-masing.
"Pah...! Buka pintunya ! Pah...! Jangan jadi pengecut ! Buka pintunya !"
Dug...dug...dug...!!
Nyonya Rosma terus berteriak seraya menggedor pintu ruang kerja suaminya. Nadhifa yang melihat mamahnya seperti orang yang kerasukan setan, segera menuruni tangga untuk menghampirinya. Sedangkan Argha hanya mendengus kesal melihat adegan drama ibu tirinya.
"Ada apa sih mah ? Ini sudah malam, jangan mengganggu orang yang sedang tertidur !" ujar Nadhifa.
"Itu ! Kelakuan papah kamu tuh, Fa ! Dasar orang tua tidak tahu malu, sudah berumur tapi kelakuannya kayak anak remaja ! Ngelayap tiap malam di pub sama bocah ingusan ! Dasar tua bangka, huh !" dengus nyonya Rosma.
Argha pun berlalu pergi setelah mendengar permasalahan yang sama beberapa terakhir ini.
"Aargghh...! Semakin hari semakin seperti di neraka saja ! Sebaiknya aku pindah saja ke apartemen." ujarnya kesal.
"Sudah mah ! Sebaiknya mamah bersihkan dulu diri mamah ! Besok kita bicarakan ini baik-baik sama papah. Mau mamah gedor-gedor pintu sampai tangan mamah merah juga, percuma ! Papah pasti nggak bakalan bukain pintunya ! Yuk, Dhifa antar ke kamar !" ajak Nadhifa seraya memapah nyonya Rosma.
Nyonya Rosma menurut, dia pun pergi ke kamarnya meskipun perasaannya masih terasa dongkol dengan sikap suaminya.
Sementara itu di ruang kerja.
Tuan Jaya memejamkan matanya. Bayangan almarhum istrinya kembali melintas dalam benaknya.
"Maafkan papah, bu ! Hanya ini yang bisa papah lakukan untuk mengobati kesepian papah. Bertahun-tahun menikah dengan Rosma, tapi papah tidak bisa mendapatkan kenyamanan. Rosma terlalu mementingkan diri dan statusnya. Dia tidak pernah bisa menghangatkan hati papah, bu ! Sebenarnya, papah ingin berpisah darinya. Tapi Nadhifa, ada Nadhifa yang membuat papah berat untuk meninggalkan Rosma. Maafkan papah, bu..." gumam tuan Jaya.
Ting ..
Pesan notifikasi WhatsApp masuk di ponselnya tuan Jaya.
Assalamualaikum, tuan ! Perkenalkan, nama saya Gintani. Saya karyawannya bang Alex sekaligus sahabatnya Alya. Mohon maaf mengganggu waktunya, apa besok saya bisa bertemu dengan tuan ?
Note : saya dapat nomor tuan, dari bang Alex 🙏
Tuan Jaya tersenyum, dia teringat akan gadis yang tadi meminta nomor ponselnya.
- Baiklah, di mana ?
Ting...!
Tuan Jaya kembali membuka layar ponselnya.
Taman kota, jam 12 siang.
- Baik
Ting .
Kembali ponsel tuan Jaya berbunyi.
Terima kasih atas waktunya, tuan.
Tuan Jaya menyandarkan punggungnya. Dia pun kembali memejamkan matanya, berharap bisa bertemu dengan almarhum istrinya meski hanya lewat mimpi.
☘️☘️☘️
"Assalamualaikum, dengan tuan Jaya !" sapa Gintani begitu dia melihat pria paruh baya itu tengah duduk di bangku taman seperti yang mereka janjikan semalam.
"Ya ! Anda, Gintani ?" tanya tuan Jaya.
Gintani mengangguk.
"Ah, ya ! Duduklah !" perintah tuan Jaya.
Gintani duduk di samping tuan Jaya.
"Jadi, ada hal penting apa yang ingin kau sampaikan padaku ?" tanya tuan Jaya, to the point.
"Sebelumnya, Gintan mau minta maaf ! Gintan tidak bermaksud menggurui tuan, bahkan ikut campur urusan tuan. Tapi, Alya sahabat Gintan. Dan Gintan tidak mau dia mengalami masalah karena perbuatannya sendiri. Maaf tuan, apa yang tuan dan Alya lakukan, itu adalah sebuah kesalahan. Tuan telah berkeluarga, tidak seharusnya tuan mengkhianati keluarga tuan dengan rasa nyaman yang tuan ciptakan bukan pada tempatnya. Nyaman menurut tuan, belum tentu nyaman menurut Allah. Jika tuan merasa, istri tuan tidak bisa memberikan kenyamanan, maka ciptakanlah kenyamanan itu dalam diri tuan. Bimbinglah istri tuan untuk bisa menciptakan kenyamanan satu sama lain. Bukan malah menghindari dan mencari kenyamanan di tempat lain. Gintan mohon, akhiri semua ini tuan ! Mungkin semalam, Tuhan masih menutup aib tuan. Tapi untuk ke depannya, kita tidak akan pernah tahu dengan takdir yang akan terjadi di masa depan. Namun satu yang pasti, sepandai-pandainya kita menutupi bangkai, maka baunya masih akan tetap tercium." ujar Gintani panjang lebar, berharap tuan Jaya akan memahami maksud dan tujuannya.
"Hhhh....!" tuan Jaya menghela napasnya. "Terima kasih atas perhatiannya !" ujar tuan Jaya menatap Gintani.
Gintani tersenyum, tanpa sadar dia pun memegang tangan lelaki paruh baya itu.
"Gintan yakin, tuan pasti bisa melepaskan Alya dan kembali pada istri tuan !"
Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah menatapnya tajam.
"Cih ! Apanya yang baik ! Ternyata dia simpanan om-om !"
Bersambung....
Makasih atas dukungannya di karya recehan othor yang kedua ini. Semoga masih suka ceritanya.
Jangan lupa like vote n komennya ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
🍁ᴬᴿᵂ☕ Rest
ah, cari misalah nih gintan
2022-07-25
1
Senajudifa
kutukan cinta dan mr.playboy mampir
2022-07-03
1
Adam
hadeuh... thor
2022-05-02
2