Simpanan Om-om

Ini adalah malam kedua Gintani bekerja. Kali ini, Gintani menggunakan rok selutut bermotif bunga dengan model mengembang, dipadukan dengan t-shirt polos berwarna pink berlengan pendek. Gintani juga sedikit memoles bibirnya dengan liptint berwarna pink soft, membuat bibir mungilnya semakin terlihat lembut. Rambutnya yang sedikit panjang, dia biarkan terurai dengan aksen pita di sebelah kanan. Penampilan Gintani terlihat berbeda sekali dengan malam sebelumnya.

"Selamat malam, bang !" sapa Gintani pada bos nya yang sedang asyik melayani tamunya.

"Eh, malam juga Tan !" jawab Alex yang sedikit ternganga melihat penampilan Gintani malam ini.

Aku tidak boleh membiarkan Gintani masuk ruangan untuk menemani pelanggan. Aku takut ada laki-laki hidung belang yang akan memanfaatkannya. Sebaiknya aku tugaskan dia di meja bar saja. Agar aku bisa mengawasinya setiap waktu. Gumam Alex dalam hati.

Gintani segera melipat jaketnya dan menyimpannya di loker bawah. Setelah itu, tangannya mulai kembali lincah membuat minuman yang dipesan para pelanggannya.

"Nggak barengan sama Alya, Tan ?" tanya Alex yang melihat kedatangan Gintani seorang diri.

"Kebetulan tadi Gintan berangkat dari rumah sakit bang, jadi nggak sempat samperin Alya." jawab Gintani.

"Rumah sakit ? Memangnya siapa yang sakit ?" tanya Alex, heran.

"Kakek Gintan." jawab Gintani seraya menyerahkan pesanan pelanggan di meja bar.

"Oh, sakit apa ?" Alex kembali bertanya seraya mengambil wine yang diminta pelanggannya.

"Gagal ginjal, bang." ujar Gintani lirih.

Alex terkejut, sejenak dia menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menatap Gintani yang terlihat sendu. Alex mendekati Gintani dan menepuk pundak Gintani.

"Sabar ya, Tan !" ucapnya.

Gintani tersenyum, "Iya, bang ! Makasih !" jawab Gintani.

Tiba-tiba netra Gintani menangkap bayangan seorang lelaki yang kemarin berjalan beriringan bersama Alya. Lelaki itu tersenyum ke arah Alex, sepintas kemudian Alex pun membalas senyuman lelaki paruh baya tersebut. Akhirnya lelaki itu hilang di ruang nomor 15.

Beberapa menit kemudian, Alya tiba.

"Sorry bang, telat lagi ! Alya ketiduran tadi, hehehe...!" ucapnya cengengesan.

Gintani hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.

"Ya sudah, cepetan ke ruang 15, om mu sudah menunggu, kasian dia !" perintah Alex.

"Oke !" jawab Alya seraya mengedipkan sebelah matanya ke arah bos nya.

Alex hanya tersenyum mesem melihat tingkah Alya. Tanpa Alex sadari, Gintani telah berdiri di sampingnya.

"Memangnya, laki-laki itu siapanya Alya, bang ?" bisik Gintani di telinga bosnya.

"Astaga ! Tan, ngagetin aja !" ujar Alex terhenyak seraya menatap tajam ke arah Gintani. Desiran halus di sekitar telinganya seketika membuat sekujur tubuhnya panas dingin.

"Eh, maaf bang !" ucap Gintani seraya melipat-lipat lap yang dia pegang karena merasa salah tingkah dengan tatapan bosnya.

"Maksud kamu, om jaya ?" tanya Alex.

"Jadi, namanya om Jaya." gumam Gintani. "Sebenarnya dia memiliki hubungan seperti apa dengan Alya, bang ?"

"Om Jaya itu, dia..."

Belum sempat Alex menjelaskan, tiba-tiba dia mendengar suara keributan di depan pintu masuk pub.

"Maaf bang, ada seorang ibu-ibu yang sedang marah-marah di depan. Sekarang lagi di tahan sama sekuriti depan." ujar Anto salah satu karyawan pub.

"Ya Tuhan ! Gintan, sekarang juga kamu pergi ke ruang 15, kamu ajak Alya keluar, bawa dia ke ruangan 9 ! Ini kuncinya !" perintah Alex seraya memberikan sebuah kunci kepada Gintani.

Alex segera pergi ke depan untuk melihat keributan itu, sedangkan Gintani pergi ke ruang 15 untuk melaksanakan perintah Alex.

Tok...tok...tok...

Ceklek !

Gintani mengetuk pintu dan membukanya. "Permisi om !" sejenak Gintani tertegun melihat Alya sedang duduk di pangkuan lelaki paruh baya itu.

"Eh, Tan ! Kenapa ?" tanya Alya langsung berpindah tempat begitu melihat sahabatnya berdiri di ambang pintu.

"Ma..., maaf mengganggu ! Saya diperintahkan bang Alex untuk membawa Alya keluar, maaf ya om !" ujar Gintani sopan.

"Memangnya apa yang terjadi ?" tanya Alya heran.

"Aku tidak tahu, tapi tadi pak sekuriti bilang kalau di luar ada seorang wanita yang sedang mencari suaminya di pub ini. Lalu, tiba-tiba saja bang Alex nyuruh aku buat ngajak kamu pergi dari sini dan menyuruhmu bersembunyi di ruang 9, nih kuncinya !" ujar Gintani seraya menyerahkan kunci kepada Alya.

Raut wajah Alya seketika terlihat pucat. Dia segera menyambar kunci dari tangan Gintani dan berlari menuju ruangan 9.

Gintani kembali menutup ruangan itu, sepintas dia melihat jika laki-laki itu masih terlihat tenang berbanding terbalik dengan kepanikan yang di tunjukkan Alya.

Gintani kembali ke meja bar nya. Sejurus kemudian dia melihat Alex dan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, sedang beradu mulut di ambang pintu.

Wanita itu tiba-tiba menerobos masuk seraya berteriak-teriak tak jelas.

"Di mana kamu sembunyikan mereka ?" teriak wanita itu seraya berkacak pinggang di hadapan meja bar.

Alex menghampiri wanita itu. "Alex bersumpah, Alex tidak menyembunyikan siapa pun tante ! Tante hanya salah paham saja !" ujar Alex seraya menatap cemas ke arah Gintani.

Gintani bisa membaca kecemasan itu di mata Alex. Akhirnya, dengan berpura-pura membuat milkshake, dia pun memberikan kode aman kepada bos nya.

Alex terlihat menghela napasnya, "Jika tante tidak percaya, tante bisa periksa seluruh ruangan ini. Om Jaya memang sering kemari. Tapi om Jaya hanya sekedar melepas penatnya di sini tanpa ditemani siapa pun." ujar Alex mencoba meyakinkan wanita paruh baya yang ternyata nyonya Rosma, istri dari tuan Jaya.

"Halah, aku tidak percaya ! Kamu hanya menutupi kebusukan suamiku dan cewek bau kencur itu kan ! Ayo cepat katakan ! Di mana cewek gatel itu ! Dasar nggak tahu malu, doyan kok sama pria berumur !" ujar nyonya Rosma, sengit.

"Papah ! Di mana kamu ? Ayo cepat keluar ?" teriak nyonya Rosma seraya membuka pintu ruangan satu persatu.

Tak lama berselang, laki-laki itu pun keluar. "Ada apa ini ?" tanyanya santai.

Gintani merinding melihat sikap laki-laki yang terkesan cuek itu.

Ini si om kenapa ya ? Bukannya takut kepergok istrinya karena jam segini masih keluyuran, eh dia malah kelihatan santai gitu, ish...ish...ish.., guman Gintani dalam hati.

"Mana bocah ingusan itu ?" teriak nyonya Rosma.

"Kamu ini apa-apaan sih, mah ? Datang-datang bikin ribut saja ! Malu, dilihat orang !" ujar tuan Jaya.

"Oh, jadi kamu punya rasa malu juga, hah !" nyonya Rosma kembali berteriak.

"Sudah, pulang !" ujar tuan Jaya seraya menarik lengan istrinya.

"Tunggu ! Aku tidak akan pulang sebelum aku bertemu dengan bocah pelakor itu. Di mana kamu sembunyikan dia, hah ?" tanya nyonya Rosma kembali meradang, tak terima jika suaminya menarik tangannya begitu saja.

"Aku sudah bilang, aku hanya sendirian di ruangan itu ! Ayo, pulang ! Jangan bikin keributan di sini !" ujar tuan Jaya, geram.

Tuan Jaya pun menarik paksa istrinya keluar. Tiba di luar, dia segera mendorong masuk istrinya ke dalam mobil.

"Jaga dia !" perintah tuan Jaya kepada sopirnya.

"Baik tuan !" jawab sang sopir.

Setelah memberi perintah, tuan Jaya kembali ke dalam. Dia menemui Alex di meja bar.

"Al, om minta maaf atas keributan ini. Om janji ini tidak akan terulang lagi !" ujarnya

"Tidak apa-apa, om." jawab Alex.

"Ya sudah, om pergi dulu ! Sampaikan maaf om buat Alya !" ujar tuan Jaya seraya melangkahkan kakinya.

"Tunggu !"

Tiba-tiba Gintani berteriak dan berhasil membuat tuan Jaya menghentikan langkahnya.

"Ma... maaf, tuan ! Apa boleh saya meminta nomor ponsel tuan ?" tanya Gintani hati-hati.

Tuan Jaya dan Alex hanya bisa mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Gintani. Sejurus kemudian tuan Jaya tersenyum.

"Mintalah pada Alex !" ujarnya seraya pergi meninggalkan mereka.

Sepeninggal tuan Jaya.

"To, jagain bar !" perintah Alex kepada karyawannya.

"Siap, bos !" jawab Anto.

Alex segera mengajak Gintani untuk menemui Alya di ruang 9.

Ceklek...!

Alex membuka pintunya. Tampak Alya tengah duduk di sofa pojok yang tak terlihat dari arah pintu.

"Al, kamu nggak apa-apa ?" tanya Alex menghampiri Alya.

"Bang Al..! Hiks.... hiks...!" Alya menghambur memeluk Alex seraya menangis.

"Sudahlah ! Tante Rosma sudah pergi, kok. Lo nggak usah khawatir lagi !" ujar Alex seraya mengusap-usap punggung Alya untuk menenangkannya.

"Mau sampai kapan ?" pertanyaan dingin tiba-tiba keluar dari mulut Gintani.

"Tan ?" ujar Alya menatap sahabatnya.

"Maksud kamu ?" tanya Alex tak mengerti.

"Mau sampai kapan kalian berpura-pura terus saling menguatkan, padahal jauh di lubuk hati kalian, kalian memiliki ketakutan yang luar biasa. Cih ! Benar-benar manusia munafik !" ujar Gintani, kesal.

"Tan...?" Alya sedikit berteriak.

"Kenapa ? Apa aku salah ? Sekarang aku tanya, tenang kamu hidup seperti ini ? Tenang, kamu bekerja seperti ini ? Al, meskipun kau tidak berbuat apa-apa, tetap saja kelakuan mu itu salah ! Ingat Al, pria itu telah beristri ! Apa kau mau di cap sebagai pelakor ? Dan abang, mau sampai kapan abang menyembunyikan semua ini ? Mungkin saat ini, Alya masih selamat karena Tuhan masih berbaik hati menutupi aibnya. Tapi jika Tuhan sudah murka, mau bersembunyi ke lubang tikus pun, kamu pasti akan ketahuan ! Paham kamu !"

BRAKK...!!

Saking emosinya dengan kelakuan sahabat dan atasannya, Gintani pun pergi seraya membanting pintu ruangan itu. Gintani kembali ke meja bar dan membantu Anto melayani para pelanggan. Wajah kesal Gintani masih terpampang jelas di raut mukanya.

Alex dan Alya hanya bisa saling pandang melihat kemarahan yang ditunjukkan Gintani.

"Kamu tahu Al, mungkin apa yang diucapkan Gintani ada benarnya. Mau sampai kapan kamu terus main kucing-kucingan dengan tante Rosma. Mungkin sebaiknya, kamu mengakhiri hubunganmu dengan om Jaya." ujar Alex.

"Ta..., tapi bagaimana caranya, bang ?" tanya Alya.

Alex menghela napasnya, "Kita pikirkan itu nanti ! Sekarang, kembalilah bekerja !" jawab Alex.

Alya pun keluar dan kembali membantu Gintani.

☘️☘️☘️

BRAKK....

Tuan Jaya menutup pintu ruang kerjanya dengan sangat keras, membuat Nadhifa dan Argha segera keluar dari kamarnya masing-masing.

"Pah...! Buka pintunya ! Pah...! Jangan jadi pengecut ! Buka pintunya !"

Dug...dug...dug...!!

Nyonya Rosma terus berteriak seraya menggedor pintu ruang kerja suaminya. Nadhifa yang melihat mamahnya seperti orang yang kerasukan setan, segera menuruni tangga untuk menghampirinya. Sedangkan Argha hanya mendengus kesal melihat adegan drama ibu tirinya.

"Ada apa sih mah ? Ini sudah malam, jangan mengganggu orang yang sedang tertidur !" ujar Nadhifa.

"Itu ! Kelakuan papah kamu tuh, Fa ! Dasar orang tua tidak tahu malu, sudah berumur tapi kelakuannya kayak anak remaja ! Ngelayap tiap malam di pub sama bocah ingusan ! Dasar tua bangka, huh !" dengus nyonya Rosma.

Argha pun berlalu pergi setelah mendengar permasalahan yang sama beberapa terakhir ini.

"Aargghh...! Semakin hari semakin seperti di neraka saja ! Sebaiknya aku pindah saja ke apartemen." ujarnya kesal.

"Sudah mah ! Sebaiknya mamah bersihkan dulu diri mamah ! Besok kita bicarakan ini baik-baik sama papah. Mau mamah gedor-gedor pintu sampai tangan mamah merah juga, percuma ! Papah pasti nggak bakalan bukain pintunya ! Yuk, Dhifa antar ke kamar !" ajak Nadhifa seraya memapah nyonya Rosma.

Nyonya Rosma menurut, dia pun pergi ke kamarnya meskipun perasaannya masih terasa dongkol dengan sikap suaminya.

Sementara itu di ruang kerja.

Tuan Jaya memejamkan matanya. Bayangan almarhum istrinya kembali melintas dalam benaknya.

"Maafkan papah, bu ! Hanya ini yang bisa papah lakukan untuk mengobati kesepian papah. Bertahun-tahun menikah dengan Rosma, tapi papah tidak bisa mendapatkan kenyamanan. Rosma terlalu mementingkan diri dan statusnya. Dia tidak pernah bisa menghangatkan hati papah, bu ! Sebenarnya, papah ingin berpisah darinya. Tapi Nadhifa, ada Nadhifa yang membuat papah berat untuk meninggalkan Rosma. Maafkan papah, bu..." gumam tuan Jaya.

Ting ..

Pesan notifikasi WhatsApp masuk di ponselnya tuan Jaya.

Assalamualaikum, tuan ! Perkenalkan, nama saya Gintani. Saya karyawannya bang Alex sekaligus sahabatnya Alya. Mohon maaf mengganggu waktunya, apa besok saya bisa bertemu dengan tuan ?

Note : saya dapat nomor tuan, dari bang Alex 🙏

Tuan Jaya tersenyum, dia teringat akan gadis yang tadi meminta nomor ponselnya.

- Baiklah, di mana ?

Ting...!

Tuan Jaya kembali membuka layar ponselnya.

Taman kota, jam 12 siang.

- Baik

Ting .

Kembali ponsel tuan Jaya berbunyi.

Terima kasih atas waktunya, tuan.

Tuan Jaya menyandarkan punggungnya. Dia pun kembali memejamkan matanya, berharap bisa bertemu dengan almarhum istrinya meski hanya lewat mimpi.

☘️☘️☘️

"Assalamualaikum, dengan tuan Jaya !" sapa Gintani begitu dia melihat pria paruh baya itu tengah duduk di bangku taman seperti yang mereka janjikan semalam.

"Ya ! Anda, Gintani ?" tanya tuan Jaya.

Gintani mengangguk.

"Ah, ya ! Duduklah !" perintah tuan Jaya.

Gintani duduk di samping tuan Jaya.

"Jadi, ada hal penting apa yang ingin kau sampaikan padaku ?" tanya tuan Jaya, to the point.

"Sebelumnya, Gintan mau minta maaf ! Gintan tidak bermaksud menggurui tuan, bahkan ikut campur urusan tuan. Tapi, Alya sahabat Gintan. Dan Gintan tidak mau dia mengalami masalah karena perbuatannya sendiri. Maaf tuan, apa yang tuan dan Alya lakukan, itu adalah sebuah kesalahan. Tuan telah berkeluarga, tidak seharusnya tuan mengkhianati keluarga tuan dengan rasa nyaman yang tuan ciptakan bukan pada tempatnya. Nyaman menurut tuan, belum tentu nyaman menurut Allah. Jika tuan merasa, istri tuan tidak bisa memberikan kenyamanan, maka ciptakanlah kenyamanan itu dalam diri tuan. Bimbinglah istri tuan untuk bisa menciptakan kenyamanan satu sama lain. Bukan malah menghindari dan mencari kenyamanan di tempat lain. Gintan mohon, akhiri semua ini tuan ! Mungkin semalam, Tuhan masih menutup aib tuan. Tapi untuk ke depannya, kita tidak akan pernah tahu dengan takdir yang akan terjadi di masa depan. Namun satu yang pasti, sepandai-pandainya kita menutupi bangkai, maka baunya masih akan tetap tercium." ujar Gintani panjang lebar, berharap tuan Jaya akan memahami maksud dan tujuannya.

"Hhhh....!" tuan Jaya menghela napasnya. "Terima kasih atas perhatiannya !" ujar tuan Jaya menatap Gintani.

Gintani tersenyum, tanpa sadar dia pun memegang tangan lelaki paruh baya itu.

"Gintan yakin, tuan pasti bisa melepaskan Alya dan kembali pada istri tuan !"

Tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah menatapnya tajam.

"Cih ! Apanya yang baik ! Ternyata dia simpanan om-om !"

Bersambung....

Makasih atas dukungannya di karya recehan othor yang kedua ini. Semoga masih suka ceritanya.

Jangan lupa like vote n komennya ya 🙏

Terpopuler

Comments

🍁ᴬᴿᵂ☕ Rest

🍁ᴬᴿᵂ☕ Rest

ah, cari misalah nih gintan

2022-07-25

1

Senajudifa

Senajudifa

kutukan cinta dan mr.playboy mampir

2022-07-03

1

Adam

Adam

hadeuh... thor

2022-05-02

2

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Tamparan
3 Kembali ke Rumah Sakit.
4 Di Pecat
5 Aku Inginkan Tubuhmu!
6 Pengangguran
7 Dijodohkan, atau Dijual ?
8 Diusir
9 Kontrakan Baru
10 Pekerjaan Baru
11 Aku Menginginkannya !
12 Maukah Berteman Denganku ?
13 Simpanan Om-om
14 Hanya Aku yang Berhak
15 Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16 Jemput Paksa
17 Should I Sell My Virginity ?
18 Kesepakatan
19 Menginginkanmu Malam Ini
20 Menerima Kesepakatan
21 Berubah Pikiran
22 Ternoda
23 Penjelasan Alex
24 Menghilang
25 Membebaskan Kakek
26 Lembaran Baru
27 Tidak Butuh Kuliah
28 Bismillah Hijrah
29 Menolak Ta'aruf
30 Kisah Pilu
31 Menghapus Jejak
32 Proyek Wisata Alam
33 Jebakan
34 Amatir
35 Rencana yang Gagal
36 Kau !
37 Takdirku Adalah Milikku!
38 Permainan Takdir
39 Silaturahim
40 Rencana Perjodohan
41 Calon Istri Terbaik
42 Permintaan Seorang Ayah
43 Berdamai dengan Masa Lalu
44 Lelaki Pecundang
45 Surat Perjanjian
46 Surganya Wanita
47 Akad Nikah
48 Luka Malam Pertama
49 Istri Cadangan
50 Merpati Putih
51 Kembali ke Kota
52 Kabur
53 Bidadari Surga
54 Resepsi Akbar
55 Wanita Ular
56 Percikan Api Cemburu
57 Lingerie Jahanam
58 Sambutan Ibu Mertua
59 Adu Mulut
60 Meminta Penjelasan
61 Pindah
62 Merasa Bersalah
63 Dinding Pembatas
64 Bukan Dia!
65 Bolehkah aku egois?
66 Permintaan Sederhana
67 Salah Paham
68 Petir
69 Khilaf Terindah
70 Vampir Betina
71 Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72 Balado Ikan Tongkol
73 Arrogant Big Baby
74 Bermain Hujan
75 Hot Rain
76 Kisah Baru
77 Senasib Sepenanggungan
78 Menantu Terhebat
79 Tuduhan Tak Beralasan
80 Pesta Lokal
81 Perfect Wife
82 Terjebak Cinta yang Semu
83 Temukan Dia!
84 Pisah Ranjang
85 Merasa Bersalah
86 Menyesal
87 Let's Play The Game
88 Memulai Permainan
89 Mendadak Viral
90 Ceraikan Aku!
91 Pertengkaran Termanis
92 Coffee Break
93 Memulai Kembali
94 Chantika Ilona Prasetya
95 Double Date
96 Bertemu
97 Ambisi dan Obsesi
98 Temperamental
99 Cinta Segitiga
100 Kebenaran
101 Kecelakaan
102 Permainan Ilona
103 Hancur
104 Kecewa
105 Menghilang
106 Pertemuan Tak Terduga
107 Jangan Ganggu Dia!
108 Sepi
109 Berulah
110 Kemarahan Tuan Jaya
111 Nekat
112 Sakit
113 Aneh
114 Siapa Mereka?
115 Bersekutu
116 Tipu Muslihat
117 Rencana Bulan Madu
118 Tentang Ilona
119 Pulang
120 Rindu
121 Misi
122 Honeymoon
123 Pengkhianatan
124 Disekap
125 Luluh
126 Tetap Menjadi yang Terindah
127 Bertemu Mantan
128 Siapa Dia?
129 Maafkan Bunda, Nak!
130 Menyesal
131 Menjenguk Sarah
132 Karma
133 Yang Kesekian Kali
134 Mengabaikan Hati
135 Pertemuan Tak Terduga
136 Lebih Baik Marah daripada Diam
137 Aku Mohon, Mengertilah!
138 Aku Ikut!
139 Apa Ini?!
140 Kenapa Harus Aku?
141 Phobia
142 Ancaman
143 Serpihan Kenangan
144 Pelakor Beraksi
145 Menyingkir dari Sana!
146 Maafkan Saya!
147 Kamu Bodoh!
148 Berduka
149 Pemakaman Richard
150 Meminta Bantuan
151 Melenyapkan Barang Bukti
152 Membuat Laporan
153 Hilangnya Barang Bukti
154 Tekanan
155 Konten Terakhir
156 Rencana Pesta
157 Pesta
158 Jebakan
159 Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160 Pengkhianat
161 Sidang
162 Mengembalikan
163 Jatuh Talak
164 Berpisah
165 Ceraikan Dia!
166 Hamil
167 Gugatan Cerai
168 Memohon
169 Pergi
170 Kebenaran
171 Apa Ini Alasannya?
172 Pengakuan Bik Susan
173 Kejutan
174 Ini Jawabanku!
175 Kejutan Lagi
176 Ilusi
177 It's My Dream, Not Her!
178 Sandiwara Ilona
179 Terjaring Razia
180 Mengunjungi Makam Richard
181 Kecurigaan Jessica
182 Ternyata Hanya Permainan
183 Skandal Sang CEO
184 Dikejar wartawan
185 Kemarahan Tuan Jaya
186 Penyesalan Tuan Jaya
187 Konferensi Pers
188 Batas Kesabaran Seorang Istri
189 Memulai Hari Baru
190 Rencana 4 Bulanan
191 Sindrom Couvade
192 Tuntutan Ilona
193 Setengah Bagian
194 Mencari Tahu
195 Cerita Masa Lalu
196 Bukit Kenangan
197 Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198 Pertemuan Menyisakan Luka
199 Mengambil Keputusan
200 Separuh Jiwa
201 Menyerah
202 Keputusan Argha
203 Proyek Baru
204 Persiapan Pernikahan
205 Setitik Kebenaran
206 Titik Terang
207 Jelas
208 Akad Nikah
209 Kejutan Akbar
210 Semakin Sempurna
211 Menyesal
212 Kembali Menyesali
213 Terbangun
214 Nikmat yang Sempurna
215 Adina Putri Disastra
216 Pulang
217 Kejutan yang Manis
218 Rahasia Ilona
219 Permintaan Terakhir
220 Bagaimana Jika Dia Kembali?
221 Rumpi on The Gengs
222 Fitnah Tetangga
223 Kembali Diusir
224 Penolong Sejati
225 Pergi
226 Ini yang Terbaik
227 Mengunjungi Makam Ilona
228 Usaha Baru
229 Salah Paham
230 Kecewa
231 Pengakuan
232 Aku Mencintaimu
233 Tidak Berjodoh
234 Berita Duka
235 Bertemu
236 Pertanyaan Putri
237 Putri Merajuk
238 Putri Hilang
239 Drama Malam Ini
240 Tidur Bersama
241 Hampir Saja
242 Menjaga Jarak
243 Keputusan Heru
244 Putri Sakit
245 Menemui Pengacara
246 Bersama Om Alex
247 Cooking with My Dad
248 Mengakui Kebenaran
249 Merayakan Kemenangan
250 Mencari Perhatian
251 Terjebak Permainan Sendiri
252 Berseteru
253 Kegelisahan Gintani
254 Nasihat Alex
255 Mencoba Memulai Kembali
256 Rencana Rujuk
257 Puncak Kecewa
258 Maukah Kau Menikahiku?
259 Takdir Gintani
260 Promo Karya
Episodes

Updated 260 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Tamparan
3
Kembali ke Rumah Sakit.
4
Di Pecat
5
Aku Inginkan Tubuhmu!
6
Pengangguran
7
Dijodohkan, atau Dijual ?
8
Diusir
9
Kontrakan Baru
10
Pekerjaan Baru
11
Aku Menginginkannya !
12
Maukah Berteman Denganku ?
13
Simpanan Om-om
14
Hanya Aku yang Berhak
15
Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16
Jemput Paksa
17
Should I Sell My Virginity ?
18
Kesepakatan
19
Menginginkanmu Malam Ini
20
Menerima Kesepakatan
21
Berubah Pikiran
22
Ternoda
23
Penjelasan Alex
24
Menghilang
25
Membebaskan Kakek
26
Lembaran Baru
27
Tidak Butuh Kuliah
28
Bismillah Hijrah
29
Menolak Ta'aruf
30
Kisah Pilu
31
Menghapus Jejak
32
Proyek Wisata Alam
33
Jebakan
34
Amatir
35
Rencana yang Gagal
36
Kau !
37
Takdirku Adalah Milikku!
38
Permainan Takdir
39
Silaturahim
40
Rencana Perjodohan
41
Calon Istri Terbaik
42
Permintaan Seorang Ayah
43
Berdamai dengan Masa Lalu
44
Lelaki Pecundang
45
Surat Perjanjian
46
Surganya Wanita
47
Akad Nikah
48
Luka Malam Pertama
49
Istri Cadangan
50
Merpati Putih
51
Kembali ke Kota
52
Kabur
53
Bidadari Surga
54
Resepsi Akbar
55
Wanita Ular
56
Percikan Api Cemburu
57
Lingerie Jahanam
58
Sambutan Ibu Mertua
59
Adu Mulut
60
Meminta Penjelasan
61
Pindah
62
Merasa Bersalah
63
Dinding Pembatas
64
Bukan Dia!
65
Bolehkah aku egois?
66
Permintaan Sederhana
67
Salah Paham
68
Petir
69
Khilaf Terindah
70
Vampir Betina
71
Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72
Balado Ikan Tongkol
73
Arrogant Big Baby
74
Bermain Hujan
75
Hot Rain
76
Kisah Baru
77
Senasib Sepenanggungan
78
Menantu Terhebat
79
Tuduhan Tak Beralasan
80
Pesta Lokal
81
Perfect Wife
82
Terjebak Cinta yang Semu
83
Temukan Dia!
84
Pisah Ranjang
85
Merasa Bersalah
86
Menyesal
87
Let's Play The Game
88
Memulai Permainan
89
Mendadak Viral
90
Ceraikan Aku!
91
Pertengkaran Termanis
92
Coffee Break
93
Memulai Kembali
94
Chantika Ilona Prasetya
95
Double Date
96
Bertemu
97
Ambisi dan Obsesi
98
Temperamental
99
Cinta Segitiga
100
Kebenaran
101
Kecelakaan
102
Permainan Ilona
103
Hancur
104
Kecewa
105
Menghilang
106
Pertemuan Tak Terduga
107
Jangan Ganggu Dia!
108
Sepi
109
Berulah
110
Kemarahan Tuan Jaya
111
Nekat
112
Sakit
113
Aneh
114
Siapa Mereka?
115
Bersekutu
116
Tipu Muslihat
117
Rencana Bulan Madu
118
Tentang Ilona
119
Pulang
120
Rindu
121
Misi
122
Honeymoon
123
Pengkhianatan
124
Disekap
125
Luluh
126
Tetap Menjadi yang Terindah
127
Bertemu Mantan
128
Siapa Dia?
129
Maafkan Bunda, Nak!
130
Menyesal
131
Menjenguk Sarah
132
Karma
133
Yang Kesekian Kali
134
Mengabaikan Hati
135
Pertemuan Tak Terduga
136
Lebih Baik Marah daripada Diam
137
Aku Mohon, Mengertilah!
138
Aku Ikut!
139
Apa Ini?!
140
Kenapa Harus Aku?
141
Phobia
142
Ancaman
143
Serpihan Kenangan
144
Pelakor Beraksi
145
Menyingkir dari Sana!
146
Maafkan Saya!
147
Kamu Bodoh!
148
Berduka
149
Pemakaman Richard
150
Meminta Bantuan
151
Melenyapkan Barang Bukti
152
Membuat Laporan
153
Hilangnya Barang Bukti
154
Tekanan
155
Konten Terakhir
156
Rencana Pesta
157
Pesta
158
Jebakan
159
Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160
Pengkhianat
161
Sidang
162
Mengembalikan
163
Jatuh Talak
164
Berpisah
165
Ceraikan Dia!
166
Hamil
167
Gugatan Cerai
168
Memohon
169
Pergi
170
Kebenaran
171
Apa Ini Alasannya?
172
Pengakuan Bik Susan
173
Kejutan
174
Ini Jawabanku!
175
Kejutan Lagi
176
Ilusi
177
It's My Dream, Not Her!
178
Sandiwara Ilona
179
Terjaring Razia
180
Mengunjungi Makam Richard
181
Kecurigaan Jessica
182
Ternyata Hanya Permainan
183
Skandal Sang CEO
184
Dikejar wartawan
185
Kemarahan Tuan Jaya
186
Penyesalan Tuan Jaya
187
Konferensi Pers
188
Batas Kesabaran Seorang Istri
189
Memulai Hari Baru
190
Rencana 4 Bulanan
191
Sindrom Couvade
192
Tuntutan Ilona
193
Setengah Bagian
194
Mencari Tahu
195
Cerita Masa Lalu
196
Bukit Kenangan
197
Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198
Pertemuan Menyisakan Luka
199
Mengambil Keputusan
200
Separuh Jiwa
201
Menyerah
202
Keputusan Argha
203
Proyek Baru
204
Persiapan Pernikahan
205
Setitik Kebenaran
206
Titik Terang
207
Jelas
208
Akad Nikah
209
Kejutan Akbar
210
Semakin Sempurna
211
Menyesal
212
Kembali Menyesali
213
Terbangun
214
Nikmat yang Sempurna
215
Adina Putri Disastra
216
Pulang
217
Kejutan yang Manis
218
Rahasia Ilona
219
Permintaan Terakhir
220
Bagaimana Jika Dia Kembali?
221
Rumpi on The Gengs
222
Fitnah Tetangga
223
Kembali Diusir
224
Penolong Sejati
225
Pergi
226
Ini yang Terbaik
227
Mengunjungi Makam Ilona
228
Usaha Baru
229
Salah Paham
230
Kecewa
231
Pengakuan
232
Aku Mencintaimu
233
Tidak Berjodoh
234
Berita Duka
235
Bertemu
236
Pertanyaan Putri
237
Putri Merajuk
238
Putri Hilang
239
Drama Malam Ini
240
Tidur Bersama
241
Hampir Saja
242
Menjaga Jarak
243
Keputusan Heru
244
Putri Sakit
245
Menemui Pengacara
246
Bersama Om Alex
247
Cooking with My Dad
248
Mengakui Kebenaran
249
Merayakan Kemenangan
250
Mencari Perhatian
251
Terjebak Permainan Sendiri
252
Berseteru
253
Kegelisahan Gintani
254
Nasihat Alex
255
Mencoba Memulai Kembali
256
Rencana Rujuk
257
Puncak Kecewa
258
Maukah Kau Menikahiku?
259
Takdir Gintani
260
Promo Karya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!