Maukah Berteman Denganku ?

Argha menghampiri Alex. Dia kemudian menekan bahu sahabatnya dengan kuat.

"Aku menginginkannya !" ujar Argha penuh penekanan.

"Sorry Ar, gue nggak ngerti maksud lo !" ucap Alex seraya menepiskan tangan Argha dari kedua bahunya.

"Lo nggak ngerti atau lo pura-pura nggak ngerti ! Ayolah, Al ! Jangan coba-coba ngelindunginya, atau kau akan menyesali perbuatanmu, nanti !" ujar Argha menyeringai.

"Shitt !" umpat Alex. "Oke ! Sekarang juga, akan kupecat dia !" lanjutnya.

Alex tahu benar bagaimana sifat arogan sahabatnya yang satu ini. Karena itu, dia tidak akan mengambil resiko dengan mengorbankan banyak orang.

"Lo bodoh apa bego ? Sudah kubilang aku menginginkan dia, bukan memintamu memecatnya, dasar idi**t !" ujar Argha menghina.

"Bisa lebih perjelas lagi maksudmu, tuan Argha yang terhormat ?" ujar Alex yang sudah merasa jengah dengan semua kecongkakkan sahabatnya.

"Aku menginginkan tubuhnya !" ujar Argha dingin.

"Ar....!"

"Bos...!"

Seketika Kevin dan Bram berteriak mendengar ucapan Argha. Sedangkan Alex, dia hanya bisa diam karena dia tahu apa maksud dari kata menginginkan. Argha adalah teman sedari kecil. Alex sudah sangat memahami tabiat Argha.

"Cukup, Ar ! Jangan pernah bermain-main dengan kehidupan seseorang !" bentak Alex.

"Shitt ! Lo udah berani bentak gue, hanya karena cewek murahan itu !" Argha semakin meradang.

"Aku tahu bagaimana sifatmu, Ar ! Tapi, please ! Hentikan semua ini ! Dia sudah banyak menderita akibat ulahmu ! Setidaknya, berbaik hatilah sedikit. Biarkan dia bekerja di pub ini tanpa gangguan apa pun dari dirimu ! Dan aku tegaskan kepadamu ! Gintani itu wanita baik-baik, dia datang murni hanya untuk bekerja sebagai waitress di tempatku, bukan sebagai gadis yang akan menjajakan tubuhnya." ujar Alex mencoba bernegosiasi.

"Kalau begitu, lo harus bisa membuatnya agar dia menjual tubuhnya padaku !" ujar Argha penuh penekanan.

"Brengsek lo, Ar !" ujar Alex mengepalkan tangannya.

"Kenapa ? Lo marah ? Apa lo menyukainya ?" tanya Argha menyeringai.

"Gila, lo bener-bener sudah gila !" ujar Alex seraya berdiri hendak meninggalkan ruangan itu.

"Lo serahkan dia padaku, atau gue putus semua pengobatan ibumu !" ancam Argha dingin.

Seketika Alex menghentikan langkahnya. "Lo ngancam gue, Ar !" ujarnya dingin.

"Anggap saja seperti itu." jawab Argha santai sembari menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya.

Alex membalikkan badannya, "dengar, aku tidak bisa menjanjikan apa pun sama lo, tapi jika gadis itu memang menginginkan pekerjaan yang lebih, maka aku sendiri yang akan menyerahkannya kepadamu." ujar Alex seraya pergi meninggalkan ketiga sahabatnya.

Argha meremas batang rokok yang baru saja dihisapnya. Sedangkan Kevin dan Bram hanya bisa bergidik ngeri melihat perubahan raut wajah sahabatnya itu.

Dengan perasaan kesal, Alex mendaratkan bokongnya di kursi pribadinya di balik meja bar. Matanya mulai menatap sendu ke arah seorang gadis yang sedang melayani permintaan costumer. Alex sedikit menyesali keputusannya yang menjanjikan sesuatu yang mustahil kepada Argha. Alex hanya berharap, semoga saja Argha tidak akan menagih janjinya secepat mungkin.

Pukul 23.00, Alya keluar dari ruangan itu bersama seorang pria paruh baya di sampingnya. Gintani memperhatikan kebersamaan mereka. Terlihat Alya menggandeng pria itu dengan sangat nyamannya. Sesekali mereka tertawa dengan tangan sang pria menyurai lembut rambut panjang Alya. Gintani semakin penasaran dengan hubungan mereka. Rasanya Gintani ingin bertanya, tapi dia tidak tahu harus memulainya dari mana.

Setelah mengantarkan pelanggannya ke depan pintu, Alya pun kembali lagi ke meja bar. Alya merasa heran melihat Alex duduk melamun seraya memperhatikan Gintani. Sejurus kemudian, Alya menyenggol bahu Gintani.

"Bang Alex, kenapa Tan ?" tanya Alya.

Pertanyaan Alya berhasil membuat Gintani menoleh kepada atasannya.

"Entahlah ! Aku sendiri nggak tahu, sejak keluar dari ruang 9 beberapa menit yang lalu, dia hanya diam seperti itu." jawab Gintani

Room 9, bukankah itu ruangan khusus tempat dia berkumpul sama teman-temannya. Ish, apa dia sedang bermasalah dengan teman-temannya ? batin Alya mencoba menebak suatu kemungkinan.

"Apa mungkin bang Al sedang memiliki masalah, Tan ?" tanya Alya lagi.

"Sudahlah, bukan urusan kita ! Sebaiknya kita bekerja lagi !" jawab Gintani mencoba mengalihkan perhatian Alya.

Mereka pun kembali melakukan pekerjaannya. Hingga lewat tengah malam, para pengunjung pun mulai pulang satu persatu. Tak ingin keberadaan Argha diketahui oleh Gintani dan Alya, akhirnya Alex menyuruh kedua gadis itu pulang sebelum waktu kerjanya habis.

"Loh, tapi kan tempatnya belum tutup, bang !" ujar Alya saat Alex memesankan taksi untuk mereka pulang.

"Biar abang saja sama karyawan cowok yang membereskannya Al, kalian pulanglah !" perintah Alex.

"Tapi bang, kita bisa kok bantuin abang beres-beres dulu ruangan ini." ujar Gintani.

"Tak apa, pulanglah ! Mumpung abang lagi baik, jarang-jarang kan abang kasih diskon waktu kerja, he...he..he...!" jawabnya terkekeh.

"Beneran nggak apa-apa nih bang, kita pulang duluan ? Jadi nggak enak nih !" ucap Alya lagi.

"Beneran, udah sana gih ! Kasian, abang taksinya udah nungguin dari tadi !"

"Yeay, ngusir ! Ya udah, kita balik dulu ya bang ! Dadah abang !" ujar Alya seraya menarik pelan tangan Gintani.

Dengan bergandengan tangan, mereka pun keluar dari pub itu dan menaiki taksi yang sudah disiapkan oleh bosnya.

Sepanjang perjalanan, Gintani mencoba mencari tahu tentang hubungan Alya dengan pria yang dilihatnya tadi. Tapi sayangnya, Alya hanya menjawab jika laki-laki itu hanya customer tetap di tempat mereka bekerja. Selain itu, Alya tak menceritakan apa pun lagi, membuat rasa penasaran Gintani semakin memuncak.

☘️☘️☘️

Keesokan harinya, Gintani kembali ke rumah sakit untuk menjaga kakeknya. Mulai hari ini, Gintani hanya akan menjaga kakeknya di siang hari.

"Pagi kek, gimana kabarnya ?" tanya Gintani begitu tiba di kamar rawat kakeknya.

"Alhamdulillah, kakek baik-baik saja Tan !" jawab kakek Wira, pelan.

Gintani mencuci tangannya, setelah itu dia menghampiri kakeknya dan duduk di kursi yang berada di samping ranjang kakeknya. Gintani meraih tangan yang tampak semakin kurus itu, kemudian menciumnya.

"Kamu nggak kerja, Tan ?" tanya kakek Wira.

Gintani diam sejenak. Sebenarnya dia bingung harus bicara apa, tapi bagaimanapun juga, Gintani tidak bisa menyembunyikan keadaan. Mau sampai kapan dia membohongi kakeknya. Gintani sendiri bukan tipikal orang yang bisa terus hidup dalam kebohongan.

"Kek, emm..., sebenarnya, Gintan sudah tidak bekerja di perusahaan itu lagi. Ta...tapi kakek tidak usah khawatir, Gintan sudah dapat pekerjaan baru. Hanya saja, Gintan bekerja di ship malam, jadi Gintan tidak bisa menjaga kakek di malam hari." ucap Gintani.

Kakek Wira merasa sedih saat cucunya harus bekerja di malam hari. Dia merasa khawatir akan keselamatan cucunya.

"Nak, sebenarnya pekerjaan apa pun tidak jadi masalah, yang penting halal. Kakek hanya khawatir akan keselamatanmu. Tidak bisakah kau mencari lagi pekerjaan yang memiliki waktu kerja di siang hari ?" tanya kakek Wira.

Gintani tersenyum seraya mengusap pucuk kepala kakeknya. "Tidak usah khawatir, kek ! Gintan baik-baik saja." ucapnya.

"Permisi mbak, kakeknya di periksa dulu ya ?" ujar salah seorang perawat yang memasuki ruangan kakek Wira untuk memeriksanya.

Gintani kemudian menggeserkan kursinya ke belakang. Memberikan ruang agar perawat itu lebih leluasa memeriksa kakeknya.

Setelah selesai melakukan pemeriksaan, kakek Wira pun diberikan suntikan agar bisa kembali beristirahat.

"Maaf mbak Gintan, ini ada beberapa obat yang tidak tersedia di sini. Mbak bisa membelinya di apotek luar." ujar perawat yang tadi memberikan suntikan kepada kakek Wira.

"Oh iya, emm, apotek nya di mana ya sus ?" tanya Gintani.

"Di seberang rumah sakit, sekitar 100 meter di sebelah kanan, di sana ada apotek, mbak. Namanya apotek Surya. Mbak coba saja cari di sana ! Setahu saya di sana obat-obatannya sangat lengkap." jawab sang perawat.

"Ah, baiklah. Kalau begitu saya titip kakek dulu sebentar ya, sus ! Saya mau beli obatnya dulu." ujar Gintani.

Perawat itu mengangguk seraya tersenyum.

Gintani segera keluar dari rumah sakit. Dia menyebrang jalan yang mulai terlihat padat, setelah itu dia berjalan ke arah kanan sesuai dengan arahan perawat tadi. Tiba di apotek, Gintani segera membuka pintu apotek, tiba-tiba..

BRUGH...!

Seorang pria yang tengah berjalan tergesa-gesa seraya menunduk, menabrak Gintani tanpa sengaja. Kantong plastik hitam yang sedang dipegangnya pun terjatuh hingga isinya berceceran.

"Eh maaf !" ujar Gintani seraya berjongkok untuk membantu pria itu membereskan barang-barangnya.

"Tidak apa-apa !" jawab sang pria tanpa menoleh.

"Ko***m ?" gumam Gintani yang masih bisa di dengar oleh pria tadi.

Secepat kilat tangan sang pria menyambar barang yang sedang dipegang Gintani.

Gintani mendongakkan kepalanya karena merasa kaget dengan aksi tangan sang pria. Bola mata Gintani membulat sempurna ketika mendapati pria itu adalah Nando, mantan kekasihnya.

"Na... Nando ?" ujar Gintani.

Nando hanya melengos begitu saja tanpa menghiraukan Gintani.

Sejenak Gintani diam seraya memperhatikan kepergian Nando. Tiba-tiba, mata Gintani menangkap sosok Nadhifa. Seorang gadis cantik yang cukup terkenal di kampusnya saat Gintani masih menjadi mahasiswa.

Nadhifa terkenal karena kecantikan, keramahan dan juga ketulusannya dalam berteman. Dia seolah menjadi paket komplit dari seorang gadis idaman. Berbanding terbalik dengan sosok Nando yang baru saja menabraknya. Apa mereka berpacaran ? batin Gintani saat dia melihat Nando menghampiri Nadhifa dan bersama-sama memasuki mobil Honda jazz berwarna hitam.

"Astaghfirullah...!" gumam Gintani saat menyadari sesuatu. "Apa mungkin Nando akan berbuat tidak senonoh terhadap pacarnya ? Aku harus mengikutinya."

Gintani segera keluar dan menghampiri ojek yang sedang mangkal tak jauh dari apotek Surya.

"Tolong ikuti mobil itu ya, bang ! Tapi jaga jarak, ya !" pinta Gintani.

"Siap neng !"

Ojek pun melaju dengan kecepatan yang cukup untuk mengikuti mobil yang ditunjukkan tadi.

Setelah beberapa menit, mobil pun tiba di sebuah rumah kosong.

"Stop ! Stop, bang !" ujar Gintani.

Ojek pun berhenti.

"Bang tolong tunggu di sini ya ! Nanti kalau saya teriak, abang masuk saja, oke !" Gintani memberikan perintah.

"Siap neng !" jawab abang ojek.

Dengan mengendap-endap, Gintani pergi menuju rumah kosong ini. Gintani tahu apa yang hendak dilakukan oleh Nando kepada gadis itu. Gintani pernah merasakan seperti ini. Saat itu Nando mengajak Gintani ke rumahnya dengan alasan meminta bantuan mengerjakan tugas. Tapi siapa sangka, di rumah kosong ini, Nando justru melecehkannya dengan mengajak Gintani berbuat mesum. Gintani menolak, Nando marah dan akhirnya hubungan mereka pun berakhir.

Di luar, Gintani mulai mendengar suara pertengkaran kecil dari dalam rumah. Gintani juga mulai mendengar tamparan dan suara benda jatuh. Tanpa menunggu waktu, Gintani segera membuka pintu yang ternyata tidak di kunci. Gintani mengedarkan pandangannya di sekeliling ruang tamu, tapi dia tidak menemukan kedua manusia itu.

PLAKK....

"Aaahhhh.. !"

Kembali terdengar suara tamparan diiringi teriakan seorang wanita dari dalam kamar. Dengan sekuat tenaga, Gintani menendang pintu kamar.

BRAKK...!

Pintu terbuka akibat tendangan Gintani sang pemilik sabuk hitam dalam ilmu silat. Gintani merasa geram melihat pemandangan di hadapannya.

Nando yang sudah setengah telanjang tampak sedang menindih seorang wanita yang kepalanya bergerak ke kanan ke kiri untuk menghindari ciuman dari Nando.

"Dasar pria bejat !" teriak Gintani seraya menarik keras bahu Nando hingga terjengkang.

"Lo !" teriak Nando kaget. "Ngapain lo ada di sini ! Pergilah, ini bukan urusan lo !" usir Nando penuh amarah.

"Jelas ini urusan gue, Nadhifa itu sahabat gue ! Apa menurut lo, gue bakalan diam saja melihat mantan kekasih bejat kayak lo berusaha melecehkan teman gue !" teriak Gintani seraya membangunkan Nadhifa.

"Shitt !"

Nando melayangkan tinjunya ke arah Gintani, namun secepat kilat Gintani menangkap lengan Nando dan memutarnya hingga tangan Nando terpelintir ke belakang.

"Dengar sayang, aku yakin kau tidak ingin merasakan kembali tersiksanya hidupmu akibat patah tulang di lenganmu !" bisik Gintani di telinganya Nando.

"Lepasin gue !" teriak Nando.

"Gue lepasin lo dengan satu syarat ! Berhenti lo lecehin cewek-cewek baik ! Atau gue laporin semuanya ke polisi. Kalau emang lo mau enak-enak, nikah dong ! Atau lo jajan noh di tempat yang jualan cewek gituan, biar hidup lo sengsara terkena penyakit Aids. Enak aja lo mau rusak anak orang ! Lo punya adik cewek, lo nggak mikir apa kalau adik cewek lo dilecehin sama pacarnya !" teriak Gintani kesal seraya mendorong tubuh mantan kekasihnya.

"Ayo !" ajak Gintani menarik tangan Nadhifa. "Jangan kejar gue, atau gue jeblosin lo ke penjara !" teriak Gintani yang melihat Nando mengambil ancang-ancang untuk mengejarnya.

Kembali Gintani menarik tangan Nadhifa dan membawanya lari.

"Ayo naik !" perintah Gintani saat mereka tiba di depan ojek yang menunggunya. "Bang, reptil nggak apa-apa kan ?" tanya Gintani.

"Reptil ?" abang ojek mengulang ucapan Gintani.

"Iya, reptil ? Rengkep Tilu....! He...he...he...!" ujar Gintani seraya menaiki ojeknya.

"Aeh, ternyata si eneng teh orang sunda juga, sama atuh neng, mamang ge asli Garut. Hayu, siaplah ! Reptil, ayo berangkat !" ujar abang ojeknya yang membuat Nadhifa terkekeh dan sedikit melupakan kejadian buruk yang di alaminya.

Setelah melewati satu jam perjalanan, akhirnya motor tiba di apotek yang tadi Gintani kunjungi. Gintani pun segera turun.

"Maaf mbak, saya nggak bisa antar mbak pulang. Kalau mbak nya mau, mbak bisa gunakan ojeknya untuk mengantarkan mbak pulang. Saya rasa abang ojeknya tidak akan keberatan, ya kan bang ?"

"Eh siap atuh neng ! Kemanapun tujuannya, pasti mamang antarkan selama masih dibayar mah !"

"He...he...he, iya mang, nanti saya bayar dua kali lipat !" ujar Nadhifa. "Eh, kenalkan, namaku Nadhifa !" ujar Nadhifa seraya mengulurkan tangannya.

"Gintani !" jawab Gintani seraya menjabat tangan Nadhifa.

"Maaf, tadi di rumah Nando, kau bilang kau mengenalku. Apa sebelumnya kita pernah bertemu ?" tanya Nadhifa.

"Siapa sih yang tidak mengenal Nadhifa Putri Adisastra, seorang primadona kampus Nusantara." jawab Gintani.

"Ah, jadi kau mahasiswi di kampus Nusantara juga ? Jurusan apa ?"

"Bukan, mbak ! Saya hanya pernah kuliah di sana, tapi sekarang sudah tidak lagi ! Oh iya mbak, saya harus ke apotek dulu mau beli obat kakek. Permisi !" pamit Gintani seraya melangkahkan kakinya.

"Tunggu !" teriak Nadhifa, turun dari ojeknya dan menghampiri Gintani. "Boleh aku pinjam ponselmu ?" tanyanya.

Meski tak mengerti, Gintani pun menyerahkan ponselnya.

Nadhifa mulai mengetikkan nomornya di ponsel Gintani. Kemudian dia menekan tombol hijau dan tak lama, ponselnya pun berdering.

"Aku sudah save nomorku di ponsel kamu. So, Maukah kau berteman denganku ?" ujar Nadhifa kembali mengulurkan tangannya.

Dengan senyum mengembang, Gintani menerima uluran tangan Nadhifa. Untuk sejenak mereka pun saling berpelukan.

Bersambung...

Jangan lupa like vote n komennya ya 🙏🤗

Terpopuler

Comments

🍁ᴬᴿᵂ☕ Rest

🍁ᴬᴿᵂ☕ Rest

ketemu adeknya si argha donk

2022-07-25

0

Adam

Adam

itu, bukannya adek si songong, ya

2022-05-02

2

Ilghan

Ilghan

ya, berteman ma adeknya si songong donk

2022-03-29

3

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Tamparan
3 Kembali ke Rumah Sakit.
4 Di Pecat
5 Aku Inginkan Tubuhmu!
6 Pengangguran
7 Dijodohkan, atau Dijual ?
8 Diusir
9 Kontrakan Baru
10 Pekerjaan Baru
11 Aku Menginginkannya !
12 Maukah Berteman Denganku ?
13 Simpanan Om-om
14 Hanya Aku yang Berhak
15 Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16 Jemput Paksa
17 Should I Sell My Virginity ?
18 Kesepakatan
19 Menginginkanmu Malam Ini
20 Menerima Kesepakatan
21 Berubah Pikiran
22 Ternoda
23 Penjelasan Alex
24 Menghilang
25 Membebaskan Kakek
26 Lembaran Baru
27 Tidak Butuh Kuliah
28 Bismillah Hijrah
29 Menolak Ta'aruf
30 Kisah Pilu
31 Menghapus Jejak
32 Proyek Wisata Alam
33 Jebakan
34 Amatir
35 Rencana yang Gagal
36 Kau !
37 Takdirku Adalah Milikku!
38 Permainan Takdir
39 Silaturahim
40 Rencana Perjodohan
41 Calon Istri Terbaik
42 Permintaan Seorang Ayah
43 Berdamai dengan Masa Lalu
44 Lelaki Pecundang
45 Surat Perjanjian
46 Surganya Wanita
47 Akad Nikah
48 Luka Malam Pertama
49 Istri Cadangan
50 Merpati Putih
51 Kembali ke Kota
52 Kabur
53 Bidadari Surga
54 Resepsi Akbar
55 Wanita Ular
56 Percikan Api Cemburu
57 Lingerie Jahanam
58 Sambutan Ibu Mertua
59 Adu Mulut
60 Meminta Penjelasan
61 Pindah
62 Merasa Bersalah
63 Dinding Pembatas
64 Bukan Dia!
65 Bolehkah aku egois?
66 Permintaan Sederhana
67 Salah Paham
68 Petir
69 Khilaf Terindah
70 Vampir Betina
71 Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72 Balado Ikan Tongkol
73 Arrogant Big Baby
74 Bermain Hujan
75 Hot Rain
76 Kisah Baru
77 Senasib Sepenanggungan
78 Menantu Terhebat
79 Tuduhan Tak Beralasan
80 Pesta Lokal
81 Perfect Wife
82 Terjebak Cinta yang Semu
83 Temukan Dia!
84 Pisah Ranjang
85 Merasa Bersalah
86 Menyesal
87 Let's Play The Game
88 Memulai Permainan
89 Mendadak Viral
90 Ceraikan Aku!
91 Pertengkaran Termanis
92 Coffee Break
93 Memulai Kembali
94 Chantika Ilona Prasetya
95 Double Date
96 Bertemu
97 Ambisi dan Obsesi
98 Temperamental
99 Cinta Segitiga
100 Kebenaran
101 Kecelakaan
102 Permainan Ilona
103 Hancur
104 Kecewa
105 Menghilang
106 Pertemuan Tak Terduga
107 Jangan Ganggu Dia!
108 Sepi
109 Berulah
110 Kemarahan Tuan Jaya
111 Nekat
112 Sakit
113 Aneh
114 Siapa Mereka?
115 Bersekutu
116 Tipu Muslihat
117 Rencana Bulan Madu
118 Tentang Ilona
119 Pulang
120 Rindu
121 Misi
122 Honeymoon
123 Pengkhianatan
124 Disekap
125 Luluh
126 Tetap Menjadi yang Terindah
127 Bertemu Mantan
128 Siapa Dia?
129 Maafkan Bunda, Nak!
130 Menyesal
131 Menjenguk Sarah
132 Karma
133 Yang Kesekian Kali
134 Mengabaikan Hati
135 Pertemuan Tak Terduga
136 Lebih Baik Marah daripada Diam
137 Aku Mohon, Mengertilah!
138 Aku Ikut!
139 Apa Ini?!
140 Kenapa Harus Aku?
141 Phobia
142 Ancaman
143 Serpihan Kenangan
144 Pelakor Beraksi
145 Menyingkir dari Sana!
146 Maafkan Saya!
147 Kamu Bodoh!
148 Berduka
149 Pemakaman Richard
150 Meminta Bantuan
151 Melenyapkan Barang Bukti
152 Membuat Laporan
153 Hilangnya Barang Bukti
154 Tekanan
155 Konten Terakhir
156 Rencana Pesta
157 Pesta
158 Jebakan
159 Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160 Pengkhianat
161 Sidang
162 Mengembalikan
163 Jatuh Talak
164 Berpisah
165 Ceraikan Dia!
166 Hamil
167 Gugatan Cerai
168 Memohon
169 Pergi
170 Kebenaran
171 Apa Ini Alasannya?
172 Pengakuan Bik Susan
173 Kejutan
174 Ini Jawabanku!
175 Kejutan Lagi
176 Ilusi
177 It's My Dream, Not Her!
178 Sandiwara Ilona
179 Terjaring Razia
180 Mengunjungi Makam Richard
181 Kecurigaan Jessica
182 Ternyata Hanya Permainan
183 Skandal Sang CEO
184 Dikejar wartawan
185 Kemarahan Tuan Jaya
186 Penyesalan Tuan Jaya
187 Konferensi Pers
188 Batas Kesabaran Seorang Istri
189 Memulai Hari Baru
190 Rencana 4 Bulanan
191 Sindrom Couvade
192 Tuntutan Ilona
193 Setengah Bagian
194 Mencari Tahu
195 Cerita Masa Lalu
196 Bukit Kenangan
197 Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198 Pertemuan Menyisakan Luka
199 Mengambil Keputusan
200 Separuh Jiwa
201 Menyerah
202 Keputusan Argha
203 Proyek Baru
204 Persiapan Pernikahan
205 Setitik Kebenaran
206 Titik Terang
207 Jelas
208 Akad Nikah
209 Kejutan Akbar
210 Semakin Sempurna
211 Menyesal
212 Kembali Menyesali
213 Terbangun
214 Nikmat yang Sempurna
215 Adina Putri Disastra
216 Pulang
217 Kejutan yang Manis
218 Rahasia Ilona
219 Permintaan Terakhir
220 Bagaimana Jika Dia Kembali?
221 Rumpi on The Gengs
222 Fitnah Tetangga
223 Kembali Diusir
224 Penolong Sejati
225 Pergi
226 Ini yang Terbaik
227 Mengunjungi Makam Ilona
228 Usaha Baru
229 Salah Paham
230 Kecewa
231 Pengakuan
232 Aku Mencintaimu
233 Tidak Berjodoh
234 Berita Duka
235 Bertemu
236 Pertanyaan Putri
237 Putri Merajuk
238 Putri Hilang
239 Drama Malam Ini
240 Tidur Bersama
241 Hampir Saja
242 Menjaga Jarak
243 Keputusan Heru
244 Putri Sakit
245 Menemui Pengacara
246 Bersama Om Alex
247 Cooking with My Dad
248 Mengakui Kebenaran
249 Merayakan Kemenangan
250 Mencari Perhatian
251 Terjebak Permainan Sendiri
252 Berseteru
253 Kegelisahan Gintani
254 Nasihat Alex
255 Mencoba Memulai Kembali
256 Rencana Rujuk
257 Puncak Kecewa
258 Maukah Kau Menikahiku?
259 Takdir Gintani
260 Promo Karya
Episodes

Updated 260 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Tamparan
3
Kembali ke Rumah Sakit.
4
Di Pecat
5
Aku Inginkan Tubuhmu!
6
Pengangguran
7
Dijodohkan, atau Dijual ?
8
Diusir
9
Kontrakan Baru
10
Pekerjaan Baru
11
Aku Menginginkannya !
12
Maukah Berteman Denganku ?
13
Simpanan Om-om
14
Hanya Aku yang Berhak
15
Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16
Jemput Paksa
17
Should I Sell My Virginity ?
18
Kesepakatan
19
Menginginkanmu Malam Ini
20
Menerima Kesepakatan
21
Berubah Pikiran
22
Ternoda
23
Penjelasan Alex
24
Menghilang
25
Membebaskan Kakek
26
Lembaran Baru
27
Tidak Butuh Kuliah
28
Bismillah Hijrah
29
Menolak Ta'aruf
30
Kisah Pilu
31
Menghapus Jejak
32
Proyek Wisata Alam
33
Jebakan
34
Amatir
35
Rencana yang Gagal
36
Kau !
37
Takdirku Adalah Milikku!
38
Permainan Takdir
39
Silaturahim
40
Rencana Perjodohan
41
Calon Istri Terbaik
42
Permintaan Seorang Ayah
43
Berdamai dengan Masa Lalu
44
Lelaki Pecundang
45
Surat Perjanjian
46
Surganya Wanita
47
Akad Nikah
48
Luka Malam Pertama
49
Istri Cadangan
50
Merpati Putih
51
Kembali ke Kota
52
Kabur
53
Bidadari Surga
54
Resepsi Akbar
55
Wanita Ular
56
Percikan Api Cemburu
57
Lingerie Jahanam
58
Sambutan Ibu Mertua
59
Adu Mulut
60
Meminta Penjelasan
61
Pindah
62
Merasa Bersalah
63
Dinding Pembatas
64
Bukan Dia!
65
Bolehkah aku egois?
66
Permintaan Sederhana
67
Salah Paham
68
Petir
69
Khilaf Terindah
70
Vampir Betina
71
Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72
Balado Ikan Tongkol
73
Arrogant Big Baby
74
Bermain Hujan
75
Hot Rain
76
Kisah Baru
77
Senasib Sepenanggungan
78
Menantu Terhebat
79
Tuduhan Tak Beralasan
80
Pesta Lokal
81
Perfect Wife
82
Terjebak Cinta yang Semu
83
Temukan Dia!
84
Pisah Ranjang
85
Merasa Bersalah
86
Menyesal
87
Let's Play The Game
88
Memulai Permainan
89
Mendadak Viral
90
Ceraikan Aku!
91
Pertengkaran Termanis
92
Coffee Break
93
Memulai Kembali
94
Chantika Ilona Prasetya
95
Double Date
96
Bertemu
97
Ambisi dan Obsesi
98
Temperamental
99
Cinta Segitiga
100
Kebenaran
101
Kecelakaan
102
Permainan Ilona
103
Hancur
104
Kecewa
105
Menghilang
106
Pertemuan Tak Terduga
107
Jangan Ganggu Dia!
108
Sepi
109
Berulah
110
Kemarahan Tuan Jaya
111
Nekat
112
Sakit
113
Aneh
114
Siapa Mereka?
115
Bersekutu
116
Tipu Muslihat
117
Rencana Bulan Madu
118
Tentang Ilona
119
Pulang
120
Rindu
121
Misi
122
Honeymoon
123
Pengkhianatan
124
Disekap
125
Luluh
126
Tetap Menjadi yang Terindah
127
Bertemu Mantan
128
Siapa Dia?
129
Maafkan Bunda, Nak!
130
Menyesal
131
Menjenguk Sarah
132
Karma
133
Yang Kesekian Kali
134
Mengabaikan Hati
135
Pertemuan Tak Terduga
136
Lebih Baik Marah daripada Diam
137
Aku Mohon, Mengertilah!
138
Aku Ikut!
139
Apa Ini?!
140
Kenapa Harus Aku?
141
Phobia
142
Ancaman
143
Serpihan Kenangan
144
Pelakor Beraksi
145
Menyingkir dari Sana!
146
Maafkan Saya!
147
Kamu Bodoh!
148
Berduka
149
Pemakaman Richard
150
Meminta Bantuan
151
Melenyapkan Barang Bukti
152
Membuat Laporan
153
Hilangnya Barang Bukti
154
Tekanan
155
Konten Terakhir
156
Rencana Pesta
157
Pesta
158
Jebakan
159
Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160
Pengkhianat
161
Sidang
162
Mengembalikan
163
Jatuh Talak
164
Berpisah
165
Ceraikan Dia!
166
Hamil
167
Gugatan Cerai
168
Memohon
169
Pergi
170
Kebenaran
171
Apa Ini Alasannya?
172
Pengakuan Bik Susan
173
Kejutan
174
Ini Jawabanku!
175
Kejutan Lagi
176
Ilusi
177
It's My Dream, Not Her!
178
Sandiwara Ilona
179
Terjaring Razia
180
Mengunjungi Makam Richard
181
Kecurigaan Jessica
182
Ternyata Hanya Permainan
183
Skandal Sang CEO
184
Dikejar wartawan
185
Kemarahan Tuan Jaya
186
Penyesalan Tuan Jaya
187
Konferensi Pers
188
Batas Kesabaran Seorang Istri
189
Memulai Hari Baru
190
Rencana 4 Bulanan
191
Sindrom Couvade
192
Tuntutan Ilona
193
Setengah Bagian
194
Mencari Tahu
195
Cerita Masa Lalu
196
Bukit Kenangan
197
Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198
Pertemuan Menyisakan Luka
199
Mengambil Keputusan
200
Separuh Jiwa
201
Menyerah
202
Keputusan Argha
203
Proyek Baru
204
Persiapan Pernikahan
205
Setitik Kebenaran
206
Titik Terang
207
Jelas
208
Akad Nikah
209
Kejutan Akbar
210
Semakin Sempurna
211
Menyesal
212
Kembali Menyesali
213
Terbangun
214
Nikmat yang Sempurna
215
Adina Putri Disastra
216
Pulang
217
Kejutan yang Manis
218
Rahasia Ilona
219
Permintaan Terakhir
220
Bagaimana Jika Dia Kembali?
221
Rumpi on The Gengs
222
Fitnah Tetangga
223
Kembali Diusir
224
Penolong Sejati
225
Pergi
226
Ini yang Terbaik
227
Mengunjungi Makam Ilona
228
Usaha Baru
229
Salah Paham
230
Kecewa
231
Pengakuan
232
Aku Mencintaimu
233
Tidak Berjodoh
234
Berita Duka
235
Bertemu
236
Pertanyaan Putri
237
Putri Merajuk
238
Putri Hilang
239
Drama Malam Ini
240
Tidur Bersama
241
Hampir Saja
242
Menjaga Jarak
243
Keputusan Heru
244
Putri Sakit
245
Menemui Pengacara
246
Bersama Om Alex
247
Cooking with My Dad
248
Mengakui Kebenaran
249
Merayakan Kemenangan
250
Mencari Perhatian
251
Terjebak Permainan Sendiri
252
Berseteru
253
Kegelisahan Gintani
254
Nasihat Alex
255
Mencoba Memulai Kembali
256
Rencana Rujuk
257
Puncak Kecewa
258
Maukah Kau Menikahiku?
259
Takdir Gintani
260
Promo Karya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!