"Alhamdulillah, ya Allah ! Terima kasih atas pertolonganmu ! Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin." do'a Gintani.
Menjelang dzuhur, Gintani pun selesai membereskan rumah kontrakannya. Sejenak dia merebahkan dirinya di atas karpet yang digelar di ruang tamunya. Ya, tak ada satu pun barang rumah tangga yang berada di rumah itu. Rumah kosong yang benar-benar sangat kosong.
Setelah beberapa menit, Gintani pergi ke kamarnya untuk membawa dompet dalam tas nya. Gintani mengeluarkan dompet dan membukanya untuk mengecek isinya. Gintani mengeluarkan semua uang yang berada di dompetnya. Tinggal 1,2 juta lagi. Hmm, sebaiknya aku membeli magic com dulu berikut berasnya. Untuk urusan lauknya, aku beli saja nanti. Biar lebih irit..., gumamnya.
Gintani segera pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya juga berwudhu. Selang beberapa menit dia keluar dari kamar mandi, berganti pakaian dan menunaikan solat dzuhur nya.
Pukul 13.00, dengan berjalan kaki, Gintani pergi ke sebuah pasar tradisional yang letaknya memang tak jauh dari perkampungan bantaran sungai tempat Gintani mengontrak rumah.
Tiba di depan toko elektronik, Gintani segera membeli magic com dengan harga yang paling murah. Selesai membayar, Gintani pun kembali melanjutkan belanjanya ke sebuah toko sembako. Di sana, Gintani hanya membeli sekarung beras.
Transaksi selesai, dengan bantuan abang ojek yang berada di pinggir pasar, Gintani pun pulang ke rumahnya. Tak lupa di warung nasi, Gintani singgah untuk membeli lauk pauk.
Tiba di rumah, Gintani meminta tolong abang ojek untuk membawa karung beras ke dalam dan menyimpannya di sudut dapur. Setelah membayar ongkos ojeknya, Gintani segera pergi ke dapur mencuci beras dan menanaknya.
Sambil menunggu berasnya matang menjadi nasi, Gintani membuka ponselnya dan mulai berselancar di media sosial. Seketika matanya membulat sempurna saat dia melihat video dirinya yang sedang menampar laki-laki itu. Gintani menghela napasnya, pantas saja dia marah padaku...., batin Gintani.
Setelah menunggu beberapa menit, nasi pun matang. Gintani menyendok nasinya dan mulai menyantap makanannya. Tak lupa, Gintani juga menyisihkan sebagian nasinya untuk bekal nanti ke rumah sakit. Malam ini Gintani berniat untuk menginap di rumah sakit.
Hari ini Gintani hanya menghabiskan waktunya di rumah kontrakannya saja. Mengingat waktu sudah terlalu siang, jadi Gintani memutuskan untuk tidak mencari kerja. Menjelang sore, seseorang mengetuk pintu rumah kontrakan Gintani.
Tok...tok...tok...
"Assalamualaikum...! Tan..., kamu ada di rumah ?" tanya orang itu yang tak lain adalah Alya.
Setelah mengucapkan salam dalam solatnya, Gintani segera pergi ke depan untuk membukakan pintu.
"Oh, kamu lagi solat, ya ? Pantas saja lama bukain pintunya." ujar Alya.
"Iya, Al. Maaf !" ucap Gintani merasa tak enak.
"Santai kali, aku juga belum terlalu lama nunggu kok ! Tadi waktu aku pulang kerja, ibu bilang kamu sudah dapat kontrakan. Makanya aku langsung kemari."
"Iya, alhamdulilah Al ! Kebetulan masih ada kontrakan kosong. Ya sudah, aku ambil saja. Aku nggak enak harus numpang lagi di rumah kamu."
"Kamu pasti nggak betah ya, tinggal di rumahku ? Apalagi berbagi kamar yang sempit denganku, he...he..."
"Ish, bukan gitu Al ! Aku nggak nyaman aja karena kamu nggak tidur di kamarmu. Kamu baru datang menjelang dini hari, kesannya seolah aku mendominasi kamar kamu saja."
"Ish, kamu terlalu baperan, Tan ! Sebelum ada kamu, aku sudah terbiasa kok pulang jam segitu."
"Ngomong-ngomong, kamu kerja apa sih Al ? Kok pulangnya sampai selarut itu ?" tanya Gintani penasaran.
Alya yang awalnya ingin menyembunyikan pekerjaannya karena dianggap memiliki image yang buruk, akhirnya tiba bisa mengelak lagi. Dengan berat hati, dia pun terpaksa menceritakan pekerjaan keduanya.
"Sebenarnya, aku bekerja di sebuah pub yang berada di pusat kota." jawab Alya.
Gintani terkejut, namun secepat kilat dia menyembunyikan keterkejutannya itu. Dia tidak ingin sahabatnya merasa tersinggung dengan perbuatannya.
"Kamu pasti kaget, ya ?" tanya Alya.
"Eh..., anu..., aku...!" jawab Gintani tergagap.
"Tak apa, Tan ! Setiap orang pasti akan terkejut kok, jika mengetahui tempat bekerja seperti itu. Mereka pun langsung berpikiran yang negatif terhadap wanita yang bekerja di sebuah pub." ujar Alya.
"Maaf, Al !" ucap Gintani lirih. "Kalau boleh tahu, apa pekerjaanmu di sana ? Agar aku tidak salah menilai tentangmu !" tanya Gintani.
"Aku bekerja sebagai PL, Tan ?" jawab Alya.
"PL ?" tanya Gintani tak mengerti.
"Pemandu Lagu. Jadi, di pub tempat aku bekerja itu ada sebuah karaoke tempat orang-orang melepaskan penatnya. Nah tugasku hanya mendampingi para pelanggan selama mereka berada di ruangan itu." Alya mencoba menjelaskan.
"Tapi, kamu nggak macam-macam kan, Al ? Maksudku, kamu nggak sampai melayani mereka dengan tubuhmu, kan ?" tanya Gintani, polos.
Alya tersenyum, "Sudah kuduga, kamu pasti akan beranggapan seperti itu, seperti orang-orang di sekitar rumahku. Tapi itu hal yang wajar sih, mengingat jam pekerjaanku yang memang tak wajar untuk seorang wanita." jawab Alya.
"Maaf Al, aku tidak bermaksud menyinggungmu." ujar Gintani merasa tak enak.
"Tak apa, Tan ! Tenang saja, aku masih bisa menjaga diriku, kok ! Lagipula, bos ku baik. Dia tidak pernah menyuruh karyawannya untuk melakukan hal tak senonoh seperti itu, ya meskipun dia juga tak melarangnya." jawab Alya berteka-teki dengan ucapannya.
"Aku tidak mengerti, Al !" ujar Gintani.
"Bang Alex menyadari jika gaji yang diberikan kepada karyawannya mungkin sedikit, karena itu dia tidak menghalangi karyawannya jika ingin mendapatkan uang dengan cara memberikan pelayanan lebih kepada customer. Asalkan perbuatan mereka tidak dilakukan di tempatnya. Karena di pub miliknya tidak menyediakan kamar untuk berbuat mesum."
"Syukurlah kalau kau masih bisa menjaga dirimu, Al ! Ingat Al, kehormatan seorang wanita itu sangat penting !" ujar Gintani.
"Iya, aku mengerti. Ngomong-ngomong, apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan ?" tanya Alya.
Gintani menggelengkan kepalanya.
"Apa kamu mau bekerja di tempatku ?" tanya Alya lagi.
"Entahlah, aku tidak yakin ! Lagipula, aku tidak terlalu hapal lagu-lagu." jawab Gintani.
"Ha...ha... ha...! Nggak usah khawatir, seiring berjalannya waktu, kamu pasti bisa hapal lagu apa pun." ujar Alya terkekeh.
Gintani hanya tersenyum mesem. "Aku pikir-pikir dulu, deh ! Tapi kalau jadi waitress, aku mau Al !" jawab Gintani.
"Sudahlah tidak usah saja, Tan ! Di sana tuh pekerjaannya merangkap. Bahkan bos ku juga bisa berubah peran jadi bartender. Dengan begitu, kita jadi tidak saling ketergantungan. Kita dituntut untuk saling bahu-membahu memberikan pelayanan yang terbaik untuk pengunjung pub."
"Oh, gitu ya ! Memangnya di tempat kerja kamu, masih membutuhkan karyawan ?" tanya Gintani.
"Entahlah, nanti malam aku coba tanya bosku, ya ?" jawab Alya.
Gintani mengangguk. Tanpa terasa waktu sudah menjelang magrib. Akhirnya Alya pamit pulang untuk bersiap-siap menuju tempat kerjanya.
☘️☘️☘️
Selepas solat isya, Gintani pergi menuju rumah sakit Harapan.
"Assalamualaikum !" sapa Gintani seraya membuka pintu ruang rawat kakeknya.
"Eh, mbak Gintan sudah datang !" ucap seorang perawat yang sedang memeriksa kakek Wira.
"Ah iya, maaf sudah sangat merepotkan suster !" ujar Gintani seraya membungkukkan badannya.
"Tidak apa-apa, mbak ! Itu memang sudah tugas kami." ujarnya. "Baiklah mbak, saya permisi dulu ! Kalau ada apa-apa, mbak bisa panggil saya di ruang jaga." lanjutnya.
"Iya, sus ! Sekali lagi, terima kasih !" jawab Gintani.
Gintani segera meraih kursi dan menyimpannya di samping ranjang kakeknya. Gintani pun menduduki kursi tersebut.
"Assalamualaikum kakek, apa kabar ? Maaf, Gintan baru bisa datang." ujar Gintani meraih tangan keriput kakeknya.
Kakek Wira tersenyum. "Tidak apa-apa, nak ! Kamu pasti lelah sekali setelah seharian bekerja. Jadi kakek maklum kalau kamu tidak sempat datang untuk menemani kakek." jawabnya.
Mendengar ucapan sang kakek, hati Gintani terasa sakit. Pasalnya, Gintani belum berani bercerita tentang keadaannya yang sebenarnya. Gintani hanya bisa tersenyum, agar kakeknya tidak merasa curiga.
"Kakek mau pisang ?" tanya Gintani mengalihkan pembicaraan.
"Boleh, nak !" jawab kakek Wira.
Gintani pun mengeluarkan pisang yang tadi dibelinya di jalan. Setelah itu dia mengupasnya dan menyuapi kakeknya penuh kasih sayang. Hanya kakeknya yang membuat Gintani masih sanggup bertahan dalam menjalani kehidupannya.
☘️☘️☘️
"Bang Al, butuh karyawan lagi, nggak ?" tanya Alya saat dia sedang meracik minuman untuk pelanggannya.
"Memangnya kenapa ?" jawab Alex seraya menghisap rokoknya.
Setelah menyajikan minumannya, Alya mendekati meja bos nya.
"Sebenarnya Alya punya teman yang sedang cari kerjaan." jawab Alya seraya mendaratkan bokongnya di kursi depan meja bosnya.
"Cewek apa cowok ?" tanya Alex
"Cewek." jawab singkat Alya
"Ya sudah, kamu bawa saja kemari !" perintah Alex.
"Oke ! Nanti aku sampaikan sama dia !" jawab Alya.
"Al, tolong beresin room 9 ya ! Besok temen-temen abang mau pada kumpul di sana !" kembali Alex memberikan perintah.
"Siap, bos !" jawab Alya seraya berlalu pergi menuju room 9.
☘️☘️☘️
Keesokan harinya.
Sepulang dari rumah sakit, Gintani segera membersihkan dirinya dan kembali menyiapkan berkas lamarannya. Hari ini dia akan kembali mencoba peruntungannya dalam mencari pekerjaan.
Pukul 08.00 Gintani kembali menyusuri jalanan pusat ibukota. Kali ini dia hendak mencari pekerjaan di mall-mall atau pusat pembelanjaan yang lainnya. Namun seperti biasanya, dari puluhan toko yang dikunjunginya, tak ada satupun yang mau menerimanya bekerja. Gintani pun semakin putus asa. Apa sebaiknya aku terima tawaran kerja dari Alya saja ?
Gintani melirik jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 14.00. Karena lelah berjalan dan tak juga mendapatkan pekerjaan, akhirnya Gintani pun memutuskan untuk pulang.
Tiba di rumah kontrakannya, Gintani segera menyelonjorkan kedua kakinya yang terasa kram. "Ya Allah, sudah berhari-hari aku mencari pekerjaan, tapi belum dapat juga. Apa yang harus aku lakukan ? Aku butuh uang untuk biaya pengobatan kakek. Belum lagi rentenir itu ? Ah, rasanya kepalaku sudah mau pecah !" gumam Gintani.
Untuk beberapa saat Gintani merebahkan dirinya. Mencoba mengusir kelelahannya setelah berjam-jam berkeliling mencari pekerjaan. Matanya terpejam meskipun hatinya masih merasa tak tenang.
Pukul 17.00. Gintani pergi ke rumah Alya.
"Assalamualaikum !" sapa Gintani begitu tiba di rumah Alya.
"Waalaikumsalam ! Eh, nak Gintan, masuk yuk !" ajak ibu Alya yang baru saja membukakan pintunya.
"Alya sudah pulang, bu ?" tanya Gintani.
"Sudah. Tapi sekarang dia lagi di kamar mandi. Silakan duduk saja dulu, nak !" ujar ibunya Alya.
"Iya bu, makasih !" jawab Alya seraya duduk di kursi tamu.
Tak lama kemudian, tampak Alya yang baru keluar dari kamar mandinya.
"Eh, kamu Tan ! Udah lama ?" tanya Alya yang melihat Gintani tengah duduk di ruang tamu.
"Baru aja datang kok, Al !" jawab Gintani.
"Ada apa ?" tanya Alya yang sudah duduk berhadapan dengan sahabatnya.
"Aku..., aku cuma mau tanya tentang penawaran kamu kemarin, apa masih berlaku Al ?" tanya Gintani."
"Memangnya kamu sudah yakin mau kerja di sana ?"
"Aku yakin, Al ! Daripada aku tidak punya pekerjaan sama sekali." jawab Gintani.
"Semalam aku sudah menanyakan pada bang Alex. Kata bang Alex, datang saja dulu. Gimana, Tan ?"
"Ya sudah, nanti aku ikut kamu deh !"
"Oke ! Pukul 19.00, aku jemput kamu ya !"
"Oh, ya sudah, aku pulang dulu ya, Al !" pamit Gintani.
Alya mengangguk dan mengantarkan Gintani sampai pintu luar.
☘️☘️☘️
"Sin, lihat bang Alex nggak ?" tanya Alya kepada rekan kerjanya yang sedang membuat juice.
"Tadi sih masuk ke private room nomor 9." jawab Sindi. "Eh, siapa dia, Al ?" tanya Sindi begitu melihat Gintani berdiri di samping Alya.
"Oh iya, kenalin Sin, ini teman Alya, namanya Gintani !" jawab Alya.
"Sindi." ujar Sindi seraya mengulurkan tangannya.
"Gintan !" jawab Gintani menyambut uluran tangan teman barunya.
"Tan, lo tunggu di sini dulu ya ! Aku mau temui dulu bang Alex." ujar Alya.
Gintani pun hanya mengangguk. Dia kemudian duduk di kursi depan meja bartender. Gintani mulai mengedarkan pandangannya mengamati tempat kerja sahabatnya itu.
"Karyawan baru, ya ?" tanya Sindi.
"Belum tahu, mbak ! Soalnya baru di suruh datang dulu."
"Oh, tapi biasanya kalau sudah datang, sudah langsung bisa kerja, mbak !"
"Benarkah ?"
Sindi mengangguk. "Sebentar ya, aku mau kasih juice ini ke pelanggan dulu." ujarnya.
"Iya, silakan mbak !" jawab Gintani.
"Oh, jadi ini teman kamu, Al !" ujar seorang lelaki yang langsung duduk di kursi sebelah Gintani.
Seketika, Gintani menoleh menatap pria tampan berada di sampingnya. Jantungnya berdegup kencang melihat tatapan matanya yang penuh kelembutan.
"Iya bang, gimana ? Ada kan pekerjaannya ?" ujar Alya.
"Kalau pekerjaan sih banyak, tapi dianya mau nggak ?" jawab bang Alex seraya menelisik Gintani dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Saat itu Gintani mengenakan t-shirt berlengan panjang dipadukan dengan celana jeans da sepatu kets berwarna coklat. Sedangkan untuk bekerja di sini, setidaknya para karyawan harus mengenakan pakaian yang cukup enak di pandang agar bisa lebih menarik pelanggannya.
"Mak... maksudnya apa ya bang ?" tanya Gintani.
"Coba kamu perhatikan Alya !" perintah bang Alex.
Gintani pun melirik ke arah sahabatnya. Dia mulai mengamati Alya dengan seksama. Gintani tersenyum melihat penampilan Alya yang tampak feminim. Dia mengenakan dress selutut dengan gaya rambut yang sebagian diikat di tengah. Berbeda sekali dengan gaya Alya saat mereka bekerja menjadi office girl. Raut wajah Alya juga semakin terlihat dewasa dengan riasan wajahnya yang natural.
"Sekarang, perhatikan dirimu sendiri !" perintah bang Alex lagi.
Tanpa melihat dengan seksama pun, Gintani sudah bisa menemukan apa yang dimaksud atasannya.
"Saya tahu, pak ! Tapi saya akan mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan di sini.
Alex tersenyum. "Baiklah, jika kau sudah siap, kau bisa kerja mulai malam ini." ujar Alex.
"Al, untuk sementara, tolong ajari dia di bagian depan saja !" pinta Alex.
"Siap,bang !"
"Baiklah Gintan, selamat bergabung di tempat ini ! Alya akan menjadi instrukturmu hingga kamu bisa melakukan pekerjaanmu sendiri. Satu lagi, jangan panggil aku pak ! Panggil saja bang Alex, seperti yang lainnya." ujar Alex.
"Baik, bang...! Terima kasih !" jawab Gintani.
"Sama-sama. Ya sudah, aku tinggal dulu ya !" ujar Alex seraya pergi meninggalkan mereka.
Alhamdulillah, akhirnya aku dapat juga pekerjaan baru. Meskipun bukan ini yang aku harapkan, tapi aku bersyukur, setidaknya kini aku punya penghasilan lagi untuk menopang kehidupanku dan kakekku.
Bersambung
Jangan lupa like vote n komennya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Senajudifa
kutukan cinta mampir thor
2022-06-19
0
El_Tien
aku bawa bomlike fav rate buat mu
2022-02-11
1
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
teman Alex yaitu Argha , dan pas gintani kerja eh ktmu si Argha lg
2021-12-08
1