"INEM....! MASUK....!!" teriak bibi Shella menggema dari dalam rumah.
"Ma...maaf non ! Mbok..., mbok masuk dulu !" pamit mbok Inem ketakutan.
Gintani pun hanya tersenyum kecut. Dia mulai meraih kedua kopernya. Rasa penat di tubuhnya saja belum hilang setelah seharian mencari pekerjaan, sekarang dia harus kembali berjalan tanpa arah dan tujuan.
Tiba di tepi jalan, Gintani segera memesan taksi online. Dia mulai mengetikan alamat rumah Alya di laman aplikasi itu. Gintani menengadahkan wajahnya menatap langit yang mulai menghitam. Langit terlihat mendung. Mungkin dia tahu jika makhluk yang sedang berada di bawah naungannya pun sedang bermuram menahan kepiluan.
10 menit berlalu, akhirnya taksi yang ditunggunya pun tiba. Gintani meminta sopir taksi itu untuk membukakan bagasinya. Setelah bagasi terbuka, Gintani segera memasukkan kedua kopernya ke dalam bagasi. Sejurus kemudian dia pun mulai menaiki taksinya.
Tetesan air hujan mulai turun seiring berlalunya deru mobil yang ditumpangi Gintani. Melewati perjalanan selama 30 menit, akhirnya mobil yang dinaiki Gintani tiba di sebuah pemukiman di bantaran sungai. Sang sopir pun segera mengeluarkan koper Gintani dari bagasi mobil. Setelah membayar ongkosnya, Gintani pun melangkahkan kakinya menuju alamat yang pernah diberikan Alya dulu.
Tiba di sebuah rumah kecil, terbersit rasa enggan di hati Gintani untuk memasukinya. Melihat kondisi rumah dari luarnya saja, membuat Gintani merasa tak enak hati untuk meminta bantuan Alya. Gintani pun mengurungkan niatnya dan berbalik lagi. Namun...
"Tan....?" panggil Alya.
Seketika Gintani berbalik, "Eh.., Al !" jawabnya kikuk.
Alya segera menghampiri Gintani. Dia memeluk Gintani karena sudah beberapa hari tak mendapati kabarnya.
"Kamu kemana aja, Tan ? Aku hubungi kok nggak pernah di balas ?" tanya Alya seraya melepaskan pelukannya.
"Ma..., maaf Al ! Aku terlalu sibuk untuk mencari pekerjaan." jawab Gintani.
Alya mulai menelisik keadaan Gintani. Tampak wajah kelelahan terpampang jelas di raut wajahnya. Tiba-tiba pandangan Alya terkunci pada dua koper yang Gintani pegang.
"Loh, Tan ? Kamu mau kemana ?" tanya Alya heran.
"Aku..., mm..aku .." Gintani kebingungan hendak menjawab apa.
"Kita duduk dulu, yuk !" ajak Alya.
Alya pun mengajak Gintani untuk duduk di teras rumahnya. Dengan perasaan berat hati, Gintani pun mengikuti ajakan Alya.
"ceritakanlah, Tan ! Jangan sungkan, bukankah aku sahabatmu ?"
Gintani hanya menundukkan kepalanya.
"Kenapa, Tan ? Apa kau tidak percaya padaku ?" tanya Alya lagi.
Gintani mengangkat wajahnya seraya menggelengkan kepalanya.
"Lalu ?"
"Aku malu, Al."
"Kenapa harus malu ? Aku ini sahabatmu, Tan ? Apa yang sebenarnya terjadi ? Kemana saja kamu selama beberapa hari ini, hingga sulit sekali untuk dihubungi ?" tanya beruntun Alya.
"Se... sebenarnya, aku diusir dari rumah, Al ?" akhirnya kalimat itu lolos juga dari mulut Gintani.
"Ya Tuhan...? Kok bisa Tan ?" Alya terhenyak kaget.
"Mungkin, bibiku tidak terima dengan sikapku yang menolak perjodohan yang dia lakukan tanpa sepengetahuanku." jawab Gintani lirih.
Alya semakin terkejut, "Jadi, kamu dijodohkan ?"
"Lebih tepatnya, dijual ?"
"Astaghfirullah...,kok bisa ?"
"Entahlah, aku sendiri bingung kenapa bibi Shella tega melakukan itu padaku. Aku jadi lebih bingung, kemana aku harus mencari uang 500 juta untuk kebebasanku."
"Maksud kamu ?"
"Pria paruh baya yang hendak dijodohkan padaku ternyata telah memberikan uang sebanyak 300 juta kepada bibiku. Dan saat aku menolaknya, dia pun meminta uangnya kembali. Sayangnya, uang itu telah habis dipakai oleh bibi Shella. Akhirnya, pria itu meminta uangnya kembali berikut bunganya."
Alya menggenggam tangan Gintani. Dia turut prihatin dengan keadaan sahabatnya. Dia benar-benar tidak menyangka dengan beban yang harus dipikul Gintani.
"Sabar ya, Tan ?" ujarnya mencoba memberikan kekuatan kepada Gintani. "Lalu pekerjaan ? Apa kau sudah mendapatkan pekerjaan kembali ?" tanya Alya.
Kembali Gintani menggelengkan kepalanya lemah.
"Tak ada satu pun perusahaan yang mau menerima CV-ku. Terlebih lagi dengan adanya bad record yang telah disebarkan laki-laki itu. Aku benar-benar bingung, Al !"
"Tenanglah ! Nanti kita sama-sama cari jalan keluarnya." ujar Alya.
Tiba-tiba,
"Loh, kamu belum berangkat kerja, Al ? Eh, ada tamu nih ? Di bawa masuk Al, temannya ?" ujar ibunya Alya yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Eh, iya bu ! Bentar lagi Alya berangkat. Ini teman Alya bu, namanya Gintani. Oh iya bu, boleh nggak Gintani nginep di rumah kita ?" tanya Alya pada ibunya.
"Oh, boleh saja. Tapi maaf ya, nak Gintani, rumahnya kecil dan berantakan, he...he..." ujar ibunya Alya.
"Tidak apa-apa, bu ! Izin ibu saja sudah cukup, insyaallah besok Gintan mau cari kontrakan, bu !" ucap Gintani.
"Ya sudah kalau begitu, ibu tinggal dulu ke warung ya !" ujar ibu Alya.
"Memangnya kamu mau berangkat ke mana, Al ?" tanya Gintani yang baru sadar jika Alya telah berpakaian rapi. Namun kali ini pakaiannya agak sedikit terbuka.
"Kerja." jawab Alya singkat.
Gintani mengernyitkan dahinya. "Bukankah kamu sudah kerja di perusahaan itu, Al ?"
"Ah Gintan, lo tahu kan gaji seorang office girl itu berapa ? Sedangkan aku masih punya banyak kebutuhan yang harus aku penuhi. Karena itu, malam hari aku pun kembali bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluargaku."
"Aku mengerti. Tapi, pekerjaan seperti apa yang dilakukan di malam hari ?" tanya Gintani.
"Sudahlah ! Aku sudah terlambat. Ayo, aku antar kamu ke kamarku !" ajak Alya, mencoba menghindari pertanyaan Gintani.
Gintani mengangguk. Dia kemudian mengikuti Alya ke kamarnya.
"Nah, ini kamarku ! Maaf ya, kamarnya kecil, tapi kasurnya muat kok, untuk kita tidur berdua, he...he.. he..." ujar Alya terkekeh.
Gintani tersenyum, "Tidak apa-apa, Al ! Ini juga sudah cukup." jawab Gintani.
"Ya sudah, aku pergi dulu ya ! Tidak perlu sungkan, anggap aja rumah sendiri. Oh iya, kalau butuh sesuatu, kamu minta tolong Gio aja. Kamarnya di sebelah kamarku, kok !"
"Gio ?"
"Iya, adikku."
"Oh, oke !"
"Ya sudah, aku pergi ya ! Bye !"
"Hati-hati, Al !"
"Oke !"
Setelah Alya pergi, Gintani pun menutup pintu kamarnya. Dia mengeluarkan handuk dan pakaian gantinya. Badannya terasa lengket karena seharian berada di jalanan.
Gintani keluar dari kamarnya. Dia mendapati seorang anak laki-laki yang sedang duduk menonton TV.
"Maaf, dek ! Kamar mandinya di mana, ya ?" tanya Gintani pada anak laki-laki itu.
"Oh, temannya mbak Al, ya !" bocah itu malah balik bertanya.
Gintani mengangguk seraya tersenyum.
"Itu mbak, di belakang !" jawab bocah itu seraya menunjuk ruangan belakang.
"Terima kasih !" ucap Gintani.
Gintani pun melangkah menuju ruang belakang. Di sana terdapat satu ruangan yang digunakan sebagai dapur dan kamar mandi. Gintani memasuki kamar mandi dan mulai mengguyur tubuhnya dengan air yang terasa dingin itu. Sejenak Gintani diam untuk merasai rasa segar di sekujur tubuhnya.
☘️☘️☘️
"Kenapa terlambat, Al ?" tanya Alex yang melihat Alya baru masuk kerja setelah melewati jam 8 malam.
"Maaf bang, tadi Alya kedatangan tamu di rumah. Maklum sahabat, ngobrol-ngobrol dulu bentar !" jawab Alya.
"Oh ya sudah ! Ini, tolong suguhkan di room 13 ya !" perintah Alex seraya menyodorkan sebotol minuman beserta selokinya.
"Siap bos !"
Alya pun segera membawa nampan itu ke ruangan 13. Setelah itu dia kembali lagi menuju meja bartender untuk membantu Alex meracik minuman pelanggan.
"Om nggak datang ya, bang ?" tanya Alya, tangannya masih lincah membuat milkshake yang diminta pelanggan.
"Kenapa ? Kangen ya ?" ledek Alex.
"Ish abang ini, suami orang itu bang !" jawab Alya mencoba menghindari ledekan bos nya.
"Tapi doyan kan ? Ha...ha...ha...."
Alya hanya memutar bola matanya mendengar gelak tawa bos nya.
"Tapi serius, Al ! Kamu masih aman kan ? Dia nggak ngapa-ngapain kamu ?" tanya Alex merasa cemas. Pasalnya, Alya sudah seperti adiknya sendiri.
"Nggak, bang ! Aman kok ! Ya, paling cuma ******* doang, he..he..he...!" jawab Alya polos.
"Ish, kamu ini ! Tapi, gimana rasanya tuh dicipok sama om-om ?" tanya Alex penasaran.
"Gitu deh...! Lagian kalo om-om nya seganteng itu, mana nolak, bang...!" ujar Alya seraya berlalu untuk mengantarkan pesanan seorang pelanggan.
Alex hanya terkekeh seraya menggelengkan kepalanya melihat tingkah karyawannya.
Tiba-tiba,
"Bang Al, aku izin pergi boleh, ya ?" ujar Sindi salah satu karyawan lainnya.
"Keluar lagi ?"
"Ya abisnya nggak diizinin bang Al, sih !"
"Haiss, kamu ini ! Ya sudah, terserah kamu ! Aku sudah memperingatkan, ya ! Kalau ada apa-apa, jangan bawa-bawa aku dan tempat ini !"
"Oke, siap bang !"
Sindi kembali ke ruangannya, tak lama kemudian dia pun melangkah pergi keluar bergandengan tangan dengan pria paruh baya.
Alex hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap karyawannya.
"Sindi, pergi lagi bang ?" tanya Alya tiba-tiba.
"Ish kamu ini, bikin kaget aja !" seru Alex yang memang terkejut melihat kedatangan Alya yang tiba-tiba.
"Iya, nggak kuat kali !" jawab Alex ngasal.
"Kok, dia nggak takut hamil ya, bang ?" tanya Alya heran.
"Pakai pengamanan, Al !" jawab Alex seraya kembali fokus menghitung buku kas nya.
"He...he..., iya sih..! Tapi, apa nggak risih gitu, kan cowoknya udah tua, bang !"
"Tahu, ah ! Udah kerja lagi sana !"
"Tapi bang, kenapa abang nggak buka kamar di sini sih ? Jadi kan, dia bisa balik lagi kerja kalau udah enak-enak !"
Tuk...
Sebuah ballpoint mendarat cantik di keningnya Alya.
"Ish, abang ! Sakit nih !" rungut Alya seraya mengelus-elus keningnya.
"Abisnya, omonganmu nggak enak banget Al !" ujar Alex sewot.
"Ya wajar, bang ! Alya kan penasaran. Biasanya pub lain menyediakan pelayanan gituan bagi para pelanggannya. Ini mah, ngelarang nggak, nyediain juga nggak. Kan aneh bang !"
"Hhhh....!" Alex menarik napasnya seraya menyandarkan punggungnya di kursi.
"Hidup abang sudah berlumuran dosa saat menjual alkohol-alkohol itu. Abang nggak mau dosa abang bertambah kalau harus menyediakan layanan mesum seperti itu. Kalaupun mereka ingin berbuat sesuatu di luar batas, ya itu urusan mereka. Yang penting abang sudah memperingatkan bahwa itu hal yang tidak baik. Dan abang juga tidak mau usaha abang ini sampai diciduk polisi gara-gara kegiatan mesum." ujar Alex melanjutkan.
"Oh..! Berarti, kalau Alya sama om mau senang-senang, harus cari tempat di luar juga ya, bang !"
"Idih..., ngarep !"
"Ha....ha...ha....!"
☘️☘️☘️
Gintani mengerjapkan matanya saat dia mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Dia memicingkan matanya untuk melihat siapa yang datang. Tampak Alya masuk kamarnya.
"Sudah pulang, Al ?" tanya Gintani dengan suara khas bangun tidur.
"Eh, maaf ! Keganggu ya !" ujar Alya yang merasa tak enak karena telah membangunkan sahabatnya.
"Tidak apa-apa kok, Al ! Ini juga sekalian mau solat malam !" ujar Gintani seraya turun dari ranjangnya.
Saat dia berpapasan dengan Alya, Gintani mencium bau asap rokok dari sekitar pakaian Alya.
"Kamu ngerokok, Al ?" tanya Gintani tiba-tiba.
"Eh, tidak Tan ! Kenapa ?" Alya malah balik bertanya.
"Anu.., emm itu pakaian kamu bau rokok." ucap Gintani.
"Oh, mungkin ini karena pelanggan yang aku temani ngerokok tadi." jawab Alya.
Gintani mengernyitkan dahinya, tak mengerti dengan ucapan temannya.
"Sudahlah, Tan ! Aku istirahat dulu, ya !"
Akhirnya Gintani pun memutuskan untuk tidak menggangu Alya lagi. Dia membiarkan Alya merebahkan dirinya di atas kasurnya. Setelah itu dia pergi ke kamar mandi untuk menunaikan solat tahajud.
☘️☘️☘️
Keesokan harinya.
Setelah subuh Gintani segera pergi ke dapur untuk membantu ibunya Alya memasak dan menyiapkan sarapan.
"Sudah, neng ! Biar ibu saja yang masak !" ujar ibu Alya merasa tidak enak ketika tamunya masuk ke dapur untuk membantunya.
"Tidak apa-apa, bu ! Gintan sudah biasa, kok !" jawab Gintani.
"Oh iya, semalam ibu sudah tanya pak RT tentang kontrakan kosong. Beliau bilang, katanya masih ada kontrakan kosong di samping rumahnya. Kalau kamu mau, nanti kita bisa lihat ke sana." ujar ibu Alya.
"Ah iya, Gintan mau lihat bu !"
"Ya sudah, nanti setelah semua pekerjaan ibu beres, kita pergi ke rumah pak RT, ya !"
Gintani mengangguk. Dia kembali memotong sayurannya.
Waktu menunjukkan pukul 09.00. Alya sudah berangkat kerja, begitu juga dengan Gio yang 2 jam yang lalu telah berangkat ke sekolah.
Setelah semua pekerjaan rumah selesai. Ibu Alya pun mengajak Gintani ke rumah pak RT.
"Ini loh, pak ! Temannya Alya yang saya ceritakan semalam." ujar ibu Alya.
"Oh, yang lagi cari kontrakan itu, ya ?"
"Iya, pak !"
"Ya sudah, ayo kita lihat rumahnya sekarang !" ajak pak RT.
Mereka bertiga pun segera pergi menuju rumah kosong yang hendak di kontrakan.
"Nah, ini rumahnya nak Gintan ! Silahkan dilihat-lihat dulu !" ujar pak RT seraya membuka rumah kecil itu.
Gintani dan bu Alya memasuki rumah itu. Rumahnya memang kecil. Hanya terdapat 2 kamar, 1 ruang tamu dan 1 ruangan yang dijadikan dapur dan kamar mandi.
"Berapa biaya sewa perbulannya, pak ?" tanya Gintani.
"500 ribu, nak !"
"Baiklah, pak ! Saya suka rumahnya. Saya bayar perbulan, tidak apa-apa pak ?" tanya Gintani ragu.
"Silakan, nak ! Tidak apa-apa. Untuk pembayaran memang dilakukan setiap bulan."
"Baiklah, kalau begitu saya bayar untuk bulan sekarang ya, pak !" ujar Gintani seraya mengeluarkan dompetnya.
Gintani pun menyerahkan 5 lembar uang seratus ribuan kepada pak RT sebagai pembayaran untuk satu bulan ke depan.
"Terima kasih, nak ! Semoga betah ya, nak !" ujar pak RT.
"Iya pak ! Terima kasih !"
Setelah transaksi pembayaran selesai, Gintani dan ibu Alya kembali ke rumah ibu Alya. Gintani mulai mengemasi barang-barangnya. Dia pun berpamitan kepada ibu Alya untuk pindah ke rumah kontrakan barunya.
Tak berapa lama, Gintani tiba di rumah kontrakannya. Dia langsung menuju kamarnya untuk menyimpan barang-barangnya. Setelah menyimpan koper di kamarnya, Gintani pun kembali ke ruang tamu untuk membersihkan sisa-sisa debu di rumah kontrakan yang telah disewanya.
"Alhamdulillah, ya Allah ! Terima kasih atas pertolonganmu ! Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin."
Bersambung...
Jangan lupa like vote n komennya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Sutiana
semoga betah di kontrakan baru,u
2022-03-05
3
Ilghan
sampai sini dulu ya, bun...
2022-02-11
3
Lizaz
Semoga hari-hari gintan jadi lebih baik
2021-09-16
0