Pengangguran

"Rumah sakit Harapan, ya pak !" ucap Gintani begitu menaiki taksinya.

Sang sopir mengangguk, sejurus kemudian dia mulai melajukan mobilnya membelah jalanan ibukota.

Sepanjang perjalanan Gintani tampak berurai air mata. Dia benar-benar tidak mengerti dengan nasib dirinya yang kembali menghadapi penderitaan.

Ya Tuhan..., apa salahku hingga aku harus menjalani musibah yang bertubi-tubi. Selama ini aku sudah bersabar dengan setiap musibahku. Apa semua ini belum cukup bagiMu, hingga Engkau pun kembali menguji kesabaranku ? batin Gintani.

Sesekali Gintani menyeka air matanya yang mulai meleleh di pipinya. Tanpa Gintani sadari, sang sopir melihat perbuatan Gintani dari kaca spion depannya.

"Apa nona baik-baik saja ?" tanya sang sopir hati-hati karena takut menyinggung perasaan penumpangnya.

"A..aku baik-baik saja, pak !" ujar Gintani yang sejurus kemudian dia mulai menundukkan wajahnya.

Melihat hal itu, sang sopir pun paham jika penumpangnya tak ingin lagi diganggu. Karena itu dia kembali fokus menatap jalanan.

***

APA Architecture

"Bram ! Sebar bad record gadis itu ke setiap perusahaan yang berada di kota ini ! Ingat, MENYELURUH ! Aku ingin setiap perusahaan mendapatkannya, agar gadis itu tidak memiliki kesempatan lagi untuk bekerja !" ucap Argha penuh kemarahan.

"Tapi, apa ini tidak keterlaluan bos ? Lagipula, tak satu pun kita memiliki kesalahan dari gadis itu selama dia bekerja di perusahaan ini." jawab Bram mencoba bernegosiasi dengan Argha.

Sungguh, jika boleh jujur, Bram tidak sanggup untuk melaksanakan titah bos yang satu ini. Kalau sampai itu terjadi, sama saja Bram dengan sengaja memfitnah gadis yang terlihat baik itu.

"Aku nggak peduli !" bentak Argha. "Aku ingin membuat gadis sombong itu hancur, sehancur-hancurnya !" ujar Argha geram.

"Sudahlah, bos ! Anda kan sudah memecatnya, apa itu belum cukup ! Kasihanilah dia ! Ampuni saja !" Bram masih mencoba membujuk bos nya.

"Ampuni katamu ?" ujar Argha menarik kerah jas asistennya. "Dua kali Bram ! Dua kali dia menamparku, dan kamu tahu, tidak pernah ada orang yang berani menyentuhku, apalagi menamparku ! Dan gadis itu ! Gadis itu telah berani menampar seorang Argha Putra Adisastra. Itu adalah penghinaan terbesar bagiku ! Sampai kapan pun, aku nggak akan pernah melepaskannya ! Apa kamu ngerti ?"

Bram hanya bisa diam mendengarkan kemarahan bosnya.

"Sudahlah ! Jika kamu memang tidak mau melakukannya, Aku bisa menyuruh orang untuk melakukannya ! Pergi dari sini !" usir Argha.

Sekali lagi, Bram hanya bisa menghela napasnya.

"Baiklah, nanti aku kerjakan !" jawab Bram seraya pergi dari ruangan bosnya.

☘️☘️☘️

Di rumah sakit Harapan.

Setelah membayar ongkos taksinya, Gintani pun langsung melangkahkan kakinya menuju ruang rawat kakeknya.

Tok...tok...tok...

"Assalamualaikum...!"

Ceklek !

Gintani mengetuk pintu, menyapa kakeknya seraya membuka pintu kamar.

"Waalaikumsalam...!"

Kakek Wira menjawab salam seraya menoleh ke arah sumber suara. Senyumnya seketika mengembang melihat kedatangan cucunya.

"Kamu sudah datang, nak !" ujar kakek Wira seraya mengulurkan tangannya.

Gintani melangkahkan kakinya mendekati kakek Wira. Dia kemudian meraih tangan kanan kakek Wira dan menciumnya.

"Iya kek. Gimana keadaan kakek ?" ujar Gintani seraya menyimpan keranjang buah di atas nakas.

Tadi selama dalam perjalanan menuju rumah sakit, Gintani melihat seorang ibu paruh baya yang sedang menjajakan buah-buahan. Melihat ibu itu kepayahan mendorong gerobak yang masih di penuhi buah-buahan, Gintani pun menyuruh sopir taksinya berhenti. Dengan uang pesangonnya, dia membeli beberapa kg buah-buahan dengan berbagai jenis. Sebagian Gintani berikan untuk sopir taksi itu, dan sebagian lagi dia bawa ke rumah sakit.

"Alhamdulillah, nak ! Sudah agak baikan." jawab kakek Wira, meskipun wajahnya terlihat masih sangat pucat. "Oh iya, kenapa jam segini kamu sudah pulang ?" tanya kakek Wira.

DEG...

Pertanyaan kakek Wira sontak membuat Gintani terkejut dan menghentikan sedikit pergerakannya yang sedang mencuci buah apel untuk sang kakek. Gintani diam sejenak untuk mencari jawaban yang tepat.

"Gi... Gintan..izin kek ! Ta...tadi Gintan izin sehari sama bos Gintan. Gintan ma..mau jagain kakek dulu." jawab Gintani berbohong.

Kakek Wira tersenyum, "Seharusnya kamu tidak usah meminta izin buat jagain kakek. Masih ada paman dan bibi mu yang bisa jagain kakek." ujar kakek Wira merasa bersalah.

"tidak apa-apa, kek ! Lagipula hanya untuk hari ini saja." ujar Gintani mencoba mencari kalimat yang tidak akan memancing kakeknya untuk curiga.

"Ya sudah kalau begitu ! Terima kasih karena sudah mau meluangkan waktunya untuk mengurus kakek." ucap kakek Wira dengan mata berkaca-kaca.

"Apa kakek mau makan buah apel ?" tawar Gintani.

"Boleh !" jawab sang kakek.

Gintani pun mulai mengupas buah apel yang telah dicucinya tadi.

Maafkan Gintan kek ! Gintan terpaksa berbohong. Gintan nggak mau membuat kakek sedih karena Gintan sudah tidak memiliki pekerjaan lagi. Tapi Gintan janji kek, besok Gintan akan berusaha untuk mencari pekerjaan baru, biar Gintan bisa membantu keuangan keluarga kita lagi.., Batin Gintani.

Setelah buah apel itu terkupas sempurna, Gintani pun menyuapi kakeknya sedikit demi sedikit.

Wajah keriput sang kakek terlihat semakin tampan. Namun wajah itu selalu memancarkan kesedihan saat menatap Gintani.

Maafkan kakek nak ! Kakek belum bisa mengatakan siapa sebenarnya kedua orang tuamu. Kakek terlalu takut jika kau tahu yang sebenarnya, kau pasti akan membenci kakek. Bagaimanapun juga, kakek lah yang bersalah sehingga kau terlahir menjadi seorang yatim piatu. Kakek lah yang telah membawa penderitaan terhadap ayahmu, sehingga kamu harus menanggung kepahitan dalam hidupmu.

"Sudah cukup, nak ! Kakek sudah kenyang. Kakek mau istirahat dulu, nak !" ujar kakek Wira yang mencoba mengalihkan perhatian Gintani.

Mata kakek Wira sudah terlihat merah karena menahan rasa sesaknya. Dia pun mulai mengalihkan pandangannya, agar Gintani tidak mengetahuinya.

Gintani tersenyum, "Ya sudah, kakek tidur saja ya ! Biar Gintan temani !" ujarnya seraya membetulkan selimut kakeknya.

☘️☘️☘️

Keesokan harinya di rumah sakit Harapan.

Kicauan suara burung membangunkan Gintani yang setelah solat subuh tertidur kembali. Gintani menggeliatkan tubuhnya untuk meregangkan otot-ototnya. Semalaman tidur di sofa, membuat badan Gintani terasa sakit. Gintani duduk sekejap untuk mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya. Sejurus kemudian dia mulai melangkah menuju kamar mandi.

Gintani mulai menyegarkan tubuhnya di kamar mandi. Tetesan air dingin di kepalanya, membuat kepenatan di otaknya sedikit menghilang. Ya, meskipun hanya 0,01 %. Selesai mengguyur tubuhnya, Gintani kembali mengenakan pakaiannya yang dari kemarin di pakainya. Gintani memang tidak pulang semalaman. Saat bibinya tahu Gintani sedang menjaga kakek Wira, dia melarang Gintani untuk pulang.

Setelah selesai berpakaian, Gintani membuka pintu kamar mandinya. Dia melihat seorang perawat tengah memeriksa kondisi kakeknya. Gintani juga melihat jika kakeknya telah bangun. Gintani pun menghampiri perawat itu.

"Bagaimana keadaannya, sus ?" tanya Gintani.

"Masih tetap sama, mbak. Kondisi kakek Wira belum ada kemajuan. Jika tetap dibiarkan, saya takut kondisi kakek Wira semakin menurun." bisik perawat itu di telinga Gintani.

Gintani mengangguk. Meskipun perasaannya semakin cemas, tapi dia tidak mungkin menampakkan semua kecemasan itu di hadapan kakeknya. Gintani memegang tangan kakeknya.

"Kakek yang sabar ya, insyaallah semuanya akan baik-baik saja !" ujar Gintani.

Kakek Wira hanya bisa tersenyum mendengar cucunya sedang menghibur dirinya.

"Tidak usah khawatir, nak ! Kakek baik-baik saja." jawab kakek Wira.

"Suster, apa bisa titip kakek saya sebentar, sebelum bibi saya datang untuk menjaganya ? Kebetulan hari ini saya sudah harus masuk kerja lagi." pinta Gintani.

Perawat itu tersenyum.

"Tentu saja, mbak. Tidak usah khawatir, itu memang sudah tugas saya." jawab perawat yang bernama Dewi itu.

"Terima kasih !" ujar Gintani seraya menepuk pelan bahu Dewi.

"Kek, Gintan kerja dulu ya ! Kakek baik-baik di sini ! Turuti perintah dokter dan suster ! Jangan lupa obatnya diminum, biar kakek cepat sembuh !" ujar Gintani lembut.

Kakek Wira tersenyum seraya mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah cucunya.

"Hati-hati di jalan, nak !" ucap kakek Wira.

☘️☘️☘️

Kantor CEO APA Architecture.

"Bagaimana Bram, apa kamu sudah lakukan perintahku ?" tanya Argha dingin.

"Sesuai dengan keinginanmu, bos !" jawab Bram.

Argha menyeringai sinis.

"Baguslah ! Hmm, aku penasaran ingin melihat wajah bodohnya yang pasti tampak lebih bodoh saat semua perusahaan menolaknya, ha...ha...!" tawa dingin Argha menggema di ruangannya.

"Ck..!" Bram mendecak kesal melihat ulah bos nya.

"Kenapa Bram ? Sepertinya kamu nggak suka melihat saya bahagia !" ujar Argha ketus.

"Kebahagiaan anda tuh tidak pada tempatnya ! Anda tega banget sih, bahagia di atas penderitaan seorang gadis !" gerutu Bram.

"Cih ! Dia tuh bukan seorang gadis bagiku, tapi dia sudah seperti musuh yang harus aku musnahkan hingga ke akar-akarnya." ujar Argha geram.

"Hati-hati Ar, jangan pernah bermain api ! Batas antara kebencian dan cinta sangatlah tipis. Jatuh cinta padanya, baru kamu tau rasa !"

"Cih ! Sekali pun dia wanita terakhir di dunia, aku pastikan aku tidak akan pernah jatuh cinta padanya !"

"Terserah ! Bersiaplah ! Pagi ini pukul 10.00 kita ada meeting di kantor pemasaran Green Resident." ujar Bram seraya pergi meninggalkan ruangan bosnya.

☘️☘️☘️

Pukul 08.54. Gintani tiba di rumah pamannya.

"Assalamualaikum...!" sapa Gintani.

"Waalaikumsalam...!" Mbok Inem membukakan pintu depan. "Eh, non Gintan sudah pulang ?" tanyanya.

"Siapa mbok ?"

Gintani belum menjawab pertanyaan mbok Inem, tiba-tiba saja teriakan bibinya dari dalam sudah terdengar menggema di telinga Gintani.

"Kamu ? Ngapain kamu pulang ? Kamu nggak kerja ?" pertanyaan bertubi-tubi terlontar dari mulut bibi Shella, sang bibi.

"Itu..., anu..., Gintan...mm, Gintan mau ganti pakaian dulu, bi." jawab Gintani gugup, takut ketahuan jika sekarang dirinya sedang berbohong.

Bibi Shella menjambak kasar rambut Gintani. "Udah pintar bohong ya sekarang ! Pasti kamu bolos kerja lagi kan, seperti kemarin !" tuding bibi Shella.

Gintani hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gi... Gintan nggak bohong bi !"

"Dengar anak sialan, awas saja jika kau sampai dipecat karena sering terlambat ! Sudah sana cepat ! Ganti bajumu sekarang !" perintah bibi Shella seraya mendorong tubuh Gintani.

Sejurus kemudian Gintani terjerembab jatuh ke lantai. Mbok Inem segera membantu Gintani untuk bangun, setelah itu dia memapahnya menuju kamar Gintani.

"Yang sabar ya non !" ujar mbok Inem seraya mengelus punggung Gintani.

Setelah selesai berganti pakaian, tanpa memikirkan sarapan, Gintani pun segera keluar untuk mencari pekerjaan. Hari ini dia harus mendapatkan pekerjaan, agar orang rumah tidak curiga jika sebenarnya dia telah dipecat dari perusahaan sebelumnya.

Gintani memulai melamar pekerjaan di sebuah kantor percetakan. Namun sayangnya, sebelum dia sempat memasuki kantor tersebut, di kaca lobi depan telah terpampang tulisan : Tidak ada lowongan. Gintani pun keluar dari halaman gedung dan kembali menyusuri jalanan ibukota.

Gedung kedua yang dia datangi adalah sebuah agency model. Dan sama seperti sebelumnya, di depan kantor agency pun terdapat tulisan yang sama seperti gedung yang pertama kali dia datangi.

Gintani mencoba peruntungannya di sebuah kafe. Namun pemilik kafe pun menolaknya dengan alasan tidak membutuhkan pelayan baru.

Kembali Gintani melangkahkan kakinya. Dari satu gedung ke gedung yang lain. Dari satu kafe ke kafe yang lain. Tapi tak ada satu pun perusahaan yang mau menerimanya. Terlebih lagi dengan status pendidikannya dia yang hanya sekedar lulusan SMA.

Hari sudah semakin siang. Gintani tampak merehatkan tubuhnya di salah satu bangunan kosong di sekitar perumahan baru yang hendak di bangun. Di samping bangunan itu terdapat kantor pemasaran Green Resident.

Sejenak Gintani melirik kantor tersebut. Dalam benaknya, timbul keinginan untuk menanyakan apakah kantor itu memerlukan karyawan atau tidak ? Meskipun kakinya telah merasa kram akibat berjalan jauh, namun tekad Gintani begitu kuat untuk bisa mendapatkan pekerjaan hari ini.

Dengan langkah gontai, Gintani pun mendekati kantor pemasaran Green Resident.

"Permisi ! Assalamualaikum !" sapa Gintani begitu tiba di kantor pemasaran Green Resident.

"Waalaikumsalam ! Mari silakan masuk, mbak !" ujar seorang wanita cantik yang tengah duduk di meja resepsionis.

"Mau cari rumah ya, mbak ? Alhamdulillah, mbak sudah datang ke tempat yang benar. Di sini memang tempat yang sangat bagus untuk mendapatkan hunian yang layak dan strategis. Perumahan yang hendak kami bangun..bla....bla...bla...."

Ternyata wanita itu mengira jika Gintani datang untuk memboking unit perumahan. Karena itu, dengan panjang lebar dia menjelaskan tentang sarana prasarana dan pelayanan yang ada di kantor pemasaran itu untuk para konsumennya.

"Ma...maaf, mbak ! Sa..saya datang ke sini, bukan untuk mencari rumah. Ta... tapi sa.. saya ingin melamar pekerjaan." ujar Gintani terbata-bata.

"Huh..! Aku pikir mau cari rumah, tak tahunya cuma nyari kerjaan ! Buang-buang waktu saja !" dengus wanita itu, kesal. "Pergilah ! Di sini tidak ada pekerjaan untukmu !" usir wanita tersebut.

"Ada apa ini ?" tanya pria paruh baya yang baru saja keluar dari salah satu ruangan di kantor itu.

"Ini tuan, ada seorang wanita datang kemari, saya pikir mau boking rumah, tahunya cuma minta kerjaan !" gerutu wanita resepsionis tadi.

"Memangnya apa keahlian anda ?" tanya pria paruh baya itu.

"Sa... saya tidak punya keahlian apa-apa ! Saya hanya lulusan SMU, tuan ! Ta.. tapi saya bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tuan bisa menjadikan saya sebagai office girl di kantor tuan. Saya pastikan, saya bisa bekerja dengan baik." ujar Gintani mencoba meyakinkan pemilik kantor tersebut.

Tanpa Gintani sadari, 2 pasang mata tengah memperhatikannya dari dalam ruangan yang berdindingkan kaca gelap yang tembus pandang jika dilihat dari dalam. Seringai sinis kembali terukir di kedua sudut bibir salah satu pasang mata itu.

"Baiklah, saya bisa mempekerjakan kamu sebagai office girl di sini ! Kebetulan kantor saya belum mempunyai pekerja yang bisa mengerjakan semua itu." ujar pria paruh baya itu.

Tiba-tiba...

"Wah...wah...wah..., Tuan Frans, saya sarankan, berhati-hatilah jika hendak menerima seorang pegawai di perusahaan anda. Di zaman sekarang ini, kita tidak boleh mengambil keputusan menerima pegawai dengan gegabah. Seharusnya tuan menyelidiki dulu bagaimana latar belakangnya." ujar Argha yang tiba-tiba keluar dari ruangan yang sama dengan pak Frans tadi.

"Maksud anda ?" tanya tuan Frans

"Maksud saya, sebelum menerima karyawan, sebaiknya tuan cek dulu tentang cv dan data diri calon karyawan anda. Siapa tahu dia memiliki bad record di perusahaan lain ?" ujar Argha mulai memanasi tuan Frans.

"Siapa nama kamu ?" tanya tuan Frans kepada Gintani.

"Gintani Nur'aini, tuan !"

Tampak tuan Frans mengernyitkan dahinya.

"Tunggu ! Bukankah dia yang pernah bekerja di perusahaan anda ? Yang anda pecat, karena dia seorang kleptomania ?" tanya tuan Frans kepada Argha.

"That's right, sir !" ujar Argha menjentikkan jarinya.

Astaghfirullah hal adzim....! Fitnah apa lagi ini ? Batin Gintani menjerit dalam hati.

"Ta... tapi tuan, semua tuduhan itu tidak benar ! Sa.. saya bukan seorang kleptomania ! Saya tidak pernah mencuri di perusahaan miliknya !" ujar Gintani sedikit berteriak.

"Ha...ha...ha...! Mana ada maling ngaku maling ! Kalau ada, maka penjara bisa penuh, nona !" Argha kembali menekan gadis malang itu.

"Ya sudah, pergilah ! Di sini tidak ada pekerjaan untuk seorang pencuri seperti kamu !" usir tuan Frans.

Gintani beranjak dari kursinya. Setengah berlari, dia kemudian keluar dari kantor pemasaran tersebut. Tiba di gedung kosong, Gintani berhenti sejenak. Dia kemudian berjongkok seraya me****s dadanya yang terasa sesak. Bulir air mata pun mulai berjatuhan di kedua pipinya.

Ya Allah..., dosa apa yang telah aku perbuat di masa lalu, hingga aku harus menjalani nasib seperti ini...? gumam Gintani dalam hati.

Tak sanggup menahan air matanya yang terus mengalir, Gintani pun membenamkan wajahnya di atas kedua lututnya. Bahunya mulai naik turun pertanda dia sedang menangis.

Tiba-tiba...

"Bagaimana nona ? Apa kau sudah bisa merasakan pembalasanku ? Tenang saja, ini baru permulaan ! Akan aku pastikan, kau menjadi seorang pengangguran seumur hidupmu ! Hingga suatu hari nanti, kau akan datang mengemis kepadaku."

Gumam lirih seorang pria tepat di telinga Gintani.

Bersambung...

Mohon dukungannya untuk karya ini dengan cara like vote n komen. Ditunggu ya...

Jangan lupa Krisan yang membangun author tunggu di kolom komentarnya, agar author bisa mempersembahkan karya yang bisa dinikmati readers semua....

Makasih....

Terpopuler

Comments

Your name

Your name

Jahat banget Argha, karena gengsi jadi segitunya dia

2022-02-13

1

🎤A-HA🎧

🎤A-HA🎧

jahat bener si argha

2022-02-06

0

Shanty Gebby

Shanty Gebby

Arga sombong banget. Ntar bucin baru tau. Hhehehhe

2021-10-20

1

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Tamparan
3 Kembali ke Rumah Sakit.
4 Di Pecat
5 Aku Inginkan Tubuhmu!
6 Pengangguran
7 Dijodohkan, atau Dijual ?
8 Diusir
9 Kontrakan Baru
10 Pekerjaan Baru
11 Aku Menginginkannya !
12 Maukah Berteman Denganku ?
13 Simpanan Om-om
14 Hanya Aku yang Berhak
15 Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16 Jemput Paksa
17 Should I Sell My Virginity ?
18 Kesepakatan
19 Menginginkanmu Malam Ini
20 Menerima Kesepakatan
21 Berubah Pikiran
22 Ternoda
23 Penjelasan Alex
24 Menghilang
25 Membebaskan Kakek
26 Lembaran Baru
27 Tidak Butuh Kuliah
28 Bismillah Hijrah
29 Menolak Ta'aruf
30 Kisah Pilu
31 Menghapus Jejak
32 Proyek Wisata Alam
33 Jebakan
34 Amatir
35 Rencana yang Gagal
36 Kau !
37 Takdirku Adalah Milikku!
38 Permainan Takdir
39 Silaturahim
40 Rencana Perjodohan
41 Calon Istri Terbaik
42 Permintaan Seorang Ayah
43 Berdamai dengan Masa Lalu
44 Lelaki Pecundang
45 Surat Perjanjian
46 Surganya Wanita
47 Akad Nikah
48 Luka Malam Pertama
49 Istri Cadangan
50 Merpati Putih
51 Kembali ke Kota
52 Kabur
53 Bidadari Surga
54 Resepsi Akbar
55 Wanita Ular
56 Percikan Api Cemburu
57 Lingerie Jahanam
58 Sambutan Ibu Mertua
59 Adu Mulut
60 Meminta Penjelasan
61 Pindah
62 Merasa Bersalah
63 Dinding Pembatas
64 Bukan Dia!
65 Bolehkah aku egois?
66 Permintaan Sederhana
67 Salah Paham
68 Petir
69 Khilaf Terindah
70 Vampir Betina
71 Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72 Balado Ikan Tongkol
73 Arrogant Big Baby
74 Bermain Hujan
75 Hot Rain
76 Kisah Baru
77 Senasib Sepenanggungan
78 Menantu Terhebat
79 Tuduhan Tak Beralasan
80 Pesta Lokal
81 Perfect Wife
82 Terjebak Cinta yang Semu
83 Temukan Dia!
84 Pisah Ranjang
85 Merasa Bersalah
86 Menyesal
87 Let's Play The Game
88 Memulai Permainan
89 Mendadak Viral
90 Ceraikan Aku!
91 Pertengkaran Termanis
92 Coffee Break
93 Memulai Kembali
94 Chantika Ilona Prasetya
95 Double Date
96 Bertemu
97 Ambisi dan Obsesi
98 Temperamental
99 Cinta Segitiga
100 Kebenaran
101 Kecelakaan
102 Permainan Ilona
103 Hancur
104 Kecewa
105 Menghilang
106 Pertemuan Tak Terduga
107 Jangan Ganggu Dia!
108 Sepi
109 Berulah
110 Kemarahan Tuan Jaya
111 Nekat
112 Sakit
113 Aneh
114 Siapa Mereka?
115 Bersekutu
116 Tipu Muslihat
117 Rencana Bulan Madu
118 Tentang Ilona
119 Pulang
120 Rindu
121 Misi
122 Honeymoon
123 Pengkhianatan
124 Disekap
125 Luluh
126 Tetap Menjadi yang Terindah
127 Bertemu Mantan
128 Siapa Dia?
129 Maafkan Bunda, Nak!
130 Menyesal
131 Menjenguk Sarah
132 Karma
133 Yang Kesekian Kali
134 Mengabaikan Hati
135 Pertemuan Tak Terduga
136 Lebih Baik Marah daripada Diam
137 Aku Mohon, Mengertilah!
138 Aku Ikut!
139 Apa Ini?!
140 Kenapa Harus Aku?
141 Phobia
142 Ancaman
143 Serpihan Kenangan
144 Pelakor Beraksi
145 Menyingkir dari Sana!
146 Maafkan Saya!
147 Kamu Bodoh!
148 Berduka
149 Pemakaman Richard
150 Meminta Bantuan
151 Melenyapkan Barang Bukti
152 Membuat Laporan
153 Hilangnya Barang Bukti
154 Tekanan
155 Konten Terakhir
156 Rencana Pesta
157 Pesta
158 Jebakan
159 Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160 Pengkhianat
161 Sidang
162 Mengembalikan
163 Jatuh Talak
164 Berpisah
165 Ceraikan Dia!
166 Hamil
167 Gugatan Cerai
168 Memohon
169 Pergi
170 Kebenaran
171 Apa Ini Alasannya?
172 Pengakuan Bik Susan
173 Kejutan
174 Ini Jawabanku!
175 Kejutan Lagi
176 Ilusi
177 It's My Dream, Not Her!
178 Sandiwara Ilona
179 Terjaring Razia
180 Mengunjungi Makam Richard
181 Kecurigaan Jessica
182 Ternyata Hanya Permainan
183 Skandal Sang CEO
184 Dikejar wartawan
185 Kemarahan Tuan Jaya
186 Penyesalan Tuan Jaya
187 Konferensi Pers
188 Batas Kesabaran Seorang Istri
189 Memulai Hari Baru
190 Rencana 4 Bulanan
191 Sindrom Couvade
192 Tuntutan Ilona
193 Setengah Bagian
194 Mencari Tahu
195 Cerita Masa Lalu
196 Bukit Kenangan
197 Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198 Pertemuan Menyisakan Luka
199 Mengambil Keputusan
200 Separuh Jiwa
201 Menyerah
202 Keputusan Argha
203 Proyek Baru
204 Persiapan Pernikahan
205 Setitik Kebenaran
206 Titik Terang
207 Jelas
208 Akad Nikah
209 Kejutan Akbar
210 Semakin Sempurna
211 Menyesal
212 Kembali Menyesali
213 Terbangun
214 Nikmat yang Sempurna
215 Adina Putri Disastra
216 Pulang
217 Kejutan yang Manis
218 Rahasia Ilona
219 Permintaan Terakhir
220 Bagaimana Jika Dia Kembali?
221 Rumpi on The Gengs
222 Fitnah Tetangga
223 Kembali Diusir
224 Penolong Sejati
225 Pergi
226 Ini yang Terbaik
227 Mengunjungi Makam Ilona
228 Usaha Baru
229 Salah Paham
230 Kecewa
231 Pengakuan
232 Aku Mencintaimu
233 Tidak Berjodoh
234 Berita Duka
235 Bertemu
236 Pertanyaan Putri
237 Putri Merajuk
238 Putri Hilang
239 Drama Malam Ini
240 Tidur Bersama
241 Hampir Saja
242 Menjaga Jarak
243 Keputusan Heru
244 Putri Sakit
245 Menemui Pengacara
246 Bersama Om Alex
247 Cooking with My Dad
248 Mengakui Kebenaran
249 Merayakan Kemenangan
250 Mencari Perhatian
251 Terjebak Permainan Sendiri
252 Berseteru
253 Kegelisahan Gintani
254 Nasihat Alex
255 Mencoba Memulai Kembali
256 Rencana Rujuk
257 Puncak Kecewa
258 Maukah Kau Menikahiku?
259 Takdir Gintani
260 Promo Karya
Episodes

Updated 260 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Tamparan
3
Kembali ke Rumah Sakit.
4
Di Pecat
5
Aku Inginkan Tubuhmu!
6
Pengangguran
7
Dijodohkan, atau Dijual ?
8
Diusir
9
Kontrakan Baru
10
Pekerjaan Baru
11
Aku Menginginkannya !
12
Maukah Berteman Denganku ?
13
Simpanan Om-om
14
Hanya Aku yang Berhak
15
Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16
Jemput Paksa
17
Should I Sell My Virginity ?
18
Kesepakatan
19
Menginginkanmu Malam Ini
20
Menerima Kesepakatan
21
Berubah Pikiran
22
Ternoda
23
Penjelasan Alex
24
Menghilang
25
Membebaskan Kakek
26
Lembaran Baru
27
Tidak Butuh Kuliah
28
Bismillah Hijrah
29
Menolak Ta'aruf
30
Kisah Pilu
31
Menghapus Jejak
32
Proyek Wisata Alam
33
Jebakan
34
Amatir
35
Rencana yang Gagal
36
Kau !
37
Takdirku Adalah Milikku!
38
Permainan Takdir
39
Silaturahim
40
Rencana Perjodohan
41
Calon Istri Terbaik
42
Permintaan Seorang Ayah
43
Berdamai dengan Masa Lalu
44
Lelaki Pecundang
45
Surat Perjanjian
46
Surganya Wanita
47
Akad Nikah
48
Luka Malam Pertama
49
Istri Cadangan
50
Merpati Putih
51
Kembali ke Kota
52
Kabur
53
Bidadari Surga
54
Resepsi Akbar
55
Wanita Ular
56
Percikan Api Cemburu
57
Lingerie Jahanam
58
Sambutan Ibu Mertua
59
Adu Mulut
60
Meminta Penjelasan
61
Pindah
62
Merasa Bersalah
63
Dinding Pembatas
64
Bukan Dia!
65
Bolehkah aku egois?
66
Permintaan Sederhana
67
Salah Paham
68
Petir
69
Khilaf Terindah
70
Vampir Betina
71
Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72
Balado Ikan Tongkol
73
Arrogant Big Baby
74
Bermain Hujan
75
Hot Rain
76
Kisah Baru
77
Senasib Sepenanggungan
78
Menantu Terhebat
79
Tuduhan Tak Beralasan
80
Pesta Lokal
81
Perfect Wife
82
Terjebak Cinta yang Semu
83
Temukan Dia!
84
Pisah Ranjang
85
Merasa Bersalah
86
Menyesal
87
Let's Play The Game
88
Memulai Permainan
89
Mendadak Viral
90
Ceraikan Aku!
91
Pertengkaran Termanis
92
Coffee Break
93
Memulai Kembali
94
Chantika Ilona Prasetya
95
Double Date
96
Bertemu
97
Ambisi dan Obsesi
98
Temperamental
99
Cinta Segitiga
100
Kebenaran
101
Kecelakaan
102
Permainan Ilona
103
Hancur
104
Kecewa
105
Menghilang
106
Pertemuan Tak Terduga
107
Jangan Ganggu Dia!
108
Sepi
109
Berulah
110
Kemarahan Tuan Jaya
111
Nekat
112
Sakit
113
Aneh
114
Siapa Mereka?
115
Bersekutu
116
Tipu Muslihat
117
Rencana Bulan Madu
118
Tentang Ilona
119
Pulang
120
Rindu
121
Misi
122
Honeymoon
123
Pengkhianatan
124
Disekap
125
Luluh
126
Tetap Menjadi yang Terindah
127
Bertemu Mantan
128
Siapa Dia?
129
Maafkan Bunda, Nak!
130
Menyesal
131
Menjenguk Sarah
132
Karma
133
Yang Kesekian Kali
134
Mengabaikan Hati
135
Pertemuan Tak Terduga
136
Lebih Baik Marah daripada Diam
137
Aku Mohon, Mengertilah!
138
Aku Ikut!
139
Apa Ini?!
140
Kenapa Harus Aku?
141
Phobia
142
Ancaman
143
Serpihan Kenangan
144
Pelakor Beraksi
145
Menyingkir dari Sana!
146
Maafkan Saya!
147
Kamu Bodoh!
148
Berduka
149
Pemakaman Richard
150
Meminta Bantuan
151
Melenyapkan Barang Bukti
152
Membuat Laporan
153
Hilangnya Barang Bukti
154
Tekanan
155
Konten Terakhir
156
Rencana Pesta
157
Pesta
158
Jebakan
159
Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160
Pengkhianat
161
Sidang
162
Mengembalikan
163
Jatuh Talak
164
Berpisah
165
Ceraikan Dia!
166
Hamil
167
Gugatan Cerai
168
Memohon
169
Pergi
170
Kebenaran
171
Apa Ini Alasannya?
172
Pengakuan Bik Susan
173
Kejutan
174
Ini Jawabanku!
175
Kejutan Lagi
176
Ilusi
177
It's My Dream, Not Her!
178
Sandiwara Ilona
179
Terjaring Razia
180
Mengunjungi Makam Richard
181
Kecurigaan Jessica
182
Ternyata Hanya Permainan
183
Skandal Sang CEO
184
Dikejar wartawan
185
Kemarahan Tuan Jaya
186
Penyesalan Tuan Jaya
187
Konferensi Pers
188
Batas Kesabaran Seorang Istri
189
Memulai Hari Baru
190
Rencana 4 Bulanan
191
Sindrom Couvade
192
Tuntutan Ilona
193
Setengah Bagian
194
Mencari Tahu
195
Cerita Masa Lalu
196
Bukit Kenangan
197
Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198
Pertemuan Menyisakan Luka
199
Mengambil Keputusan
200
Separuh Jiwa
201
Menyerah
202
Keputusan Argha
203
Proyek Baru
204
Persiapan Pernikahan
205
Setitik Kebenaran
206
Titik Terang
207
Jelas
208
Akad Nikah
209
Kejutan Akbar
210
Semakin Sempurna
211
Menyesal
212
Kembali Menyesali
213
Terbangun
214
Nikmat yang Sempurna
215
Adina Putri Disastra
216
Pulang
217
Kejutan yang Manis
218
Rahasia Ilona
219
Permintaan Terakhir
220
Bagaimana Jika Dia Kembali?
221
Rumpi on The Gengs
222
Fitnah Tetangga
223
Kembali Diusir
224
Penolong Sejati
225
Pergi
226
Ini yang Terbaik
227
Mengunjungi Makam Ilona
228
Usaha Baru
229
Salah Paham
230
Kecewa
231
Pengakuan
232
Aku Mencintaimu
233
Tidak Berjodoh
234
Berita Duka
235
Bertemu
236
Pertanyaan Putri
237
Putri Merajuk
238
Putri Hilang
239
Drama Malam Ini
240
Tidur Bersama
241
Hampir Saja
242
Menjaga Jarak
243
Keputusan Heru
244
Putri Sakit
245
Menemui Pengacara
246
Bersama Om Alex
247
Cooking with My Dad
248
Mengakui Kebenaran
249
Merayakan Kemenangan
250
Mencari Perhatian
251
Terjebak Permainan Sendiri
252
Berseteru
253
Kegelisahan Gintani
254
Nasihat Alex
255
Mencoba Memulai Kembali
256
Rencana Rujuk
257
Puncak Kecewa
258
Maukah Kau Menikahiku?
259
Takdir Gintani
260
Promo Karya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!