Aku Inginkan Tubuhmu!

Sreekk!

Tiba-tiba saja Gintani merobek surat pemecatannya. Pak Sendi pun terkejut dengan ulah anak buahnya.

"Tolong bekerja samalah, Gintan! Aku tidak bisa mempertaruhkan pekerjaanku. Aku mempunyai seorang istri dan dua orang putri yang masih kecil yang harus aku biayai," ujar Pak Sendi memelas

"Tapi ini tidak adil, Pak! Saya juga sama seperti Bapak. Saya masih memiliki seorang kakek yang harus saya biayai. Kakek saya sedang sakit, jadi saya mohon pengertian Bapak. Tolong jangan pecat saya!" ujar Gintani seraya mengatupkan kedua tangannya.

"Gintan, uang pesangon kamu, saya rasa cukup untuk membiayai perawatan kakek kamu."

"Tapi saya tidak butuh uang pesangon! Saya hanya butuh pekerjaan untuk kelangsungan hidup kami. Uang pesangon hanya akan membuat kami bertahan hidup untuk jangka waktu tertentu. Tapi jika saya memiliki pekerjaan, saya bisa menghidupi keluarga saya untuk jangka waktu yang lebih lama, Pak. Tolong saya Pak, jangan pecat saya!" Kembali Gintani meminta belas kasihan atasannya.

"Maaf, Gintan! Ini sudah keputusan final, jadi aku tidak bisa membantumu. Asisten Bram sendiri yang datang kepadaku untuk memberikan surat itu," ujar Pak Sendi.

Sejenak Gintani diam untuk mencerna ucapan atasannya. Sejurus kemudian...,

"Baiklah! Bisa Bapak tunjukkan di mana ruangan bapak asisten berada?" tanya Gintani.

"Apa yang akan kau lakukan, Gintan?" tanya Pak Sendi.

"Aku akan menanyakan alasan dia memecatku!" jawab Gintani, tenang.

"Ah sudahlah, Gintan! Jangan lebih mempersulit lagi kehidupanmu! Sebaiknya kau terima saja keputusan ini," saran Pak Sendi.

"Aku tidak mempersulit diriku sendiri, justru dia yang mempersulit hidupku!" ujar Gintani geram.

Dengan cepat, Gintani mengambil kertas yang telah dirobeknya beserta amplop pesangonnya. Dia pun segera pergi meninggalkan ruangan atasannya.

Tiba di pantry, Gintani menghentakkan kakinya dengan kesal. Hal itu mengundang tanya sahabatnya yang sedari tadi menunggu kedatangannya.

"Ada apa, Tan? Kenapa Pak Sendi memanggilmu?" tanya Alya, heran.

"Aku dipecat," jawab Gintani.

"Hah! Kok bisa? Kenapa?"

"Aku sendiri tidak tahu. Saat aku tanya alasannya, Pak Sendi sama sekali tak memberitahukan alasannya."

"Kok aneh, ya?" ujar Alya seraya mengetuk-ngetukan jari di dagunya.

Sedangkan Gintani hanya menggigit kecil ujung kuku kelingkingnya. Itulah kebiasaan Gintani sejak kecil jika dia sedang mengalami kecemasan.

"Apa aku tanya langsung sama Pak Bram saja?" Gintani bergumam pelan.

"Apa maksudmu, Tan?"

Gintani menatap Alya. "Pak Sendi bilang, jika Pak Bram sendiri yang memberikan surat pemecetanku beserta pesangon ini. Mungkin sebaiknya aku bertanya langsung kepada Pak Bram tentang alasannya. Aku yakin Pak Bram mengetahuinya. Benar kan, Al?"

Alya hanya menggedikkan bahunya. Aneh..., kenapa orang kepercayaan bos bisa turun tangan sendiri mengurusi karyawan office girl yang tak pernah ada bandingannya dengan karyawan staf? batin Alya.

"Al, apa kau tahu di lantai berapa ruangan Pak Bram?"

Pertanyaan Gintani membuyarkan lamunan Alya.

"Itu, anu! Ruangan Pak Bram ada di lantai 15," jawab Alya tergagap karena rasa kagetnya.

"Oke, thanks ya! Aku ke sana dulu, Al!"

"Tapi, Tan...!"

Alya tak sempat mencegah Gintani yang keburu keluar pantry dan langsung menekan tombol lift hingga bayangannya menghilang.

Di dalam lift Gintani segera menekan angka 15 sesuai dengan arahan temannya.

Ting!

Pintu lift terbuka, Gintani segera menyusuri koridor berlantaikan marmer untuk mencari ruangan Pak Bram. Di lantai itu terdapat 4 ruangan yang semuanya berpintukan kaca gelap. Gintani merutuki kebodohannya yang tak bertanya kepada Alya yang mana sebenarnya ruangan pak asisten.

Tanpa sengaja, Gintani melihat seorang office boy senior yang baru saja keluar dari salah satu ruangan di lantai tersebut. Gintani segera menghampirinya.

"Permisi Kak, boleh saya bertanya?" tanya Gintani.

"Siapa kamu, perasaan saya baru lihat kamu di lantai ini?" Office boy tersebut malah balik bertanya.

"Saya Gintan, Kak! Saya memang bertugas di lantai bawah. Tapi saya di panggil oleh Pak Bram kemari. Apa Kakak tahu di mana ruangan Pak Bram?" tanya Gintani sopan.

Gintani terpaksa berbohong, karena jika dia mengatakan tujuan yang sebenarnya, dia takut office boy tersebut tidak memberitahukannya.

"Itu, ruangan Tuan Bram!" tunjuk office boy tersebut ke sebuah ruangan yang baru di datanginya tadi.

"Oh iya, terima kasih, Kak! Kalau gitu saya ke sana dulu, permisi!" ujar Gintani seraya menundukkan kepalanya.

Sang office boy hanya termangu, baru kali ini dia melihat seseorang yang memanggutkan kepalanya kepada sesama pekerja yang dianggap rendah statusnya.

Gintani segera berlari ke ruangan yang tadi ditunjukkan. Tiba di sana, dia segera mengetuk pintu ruangan itu.

"Masuk!" perintah seseorang dari dalam.

Gintani membuka pintunya.

"Assalamualaikum, permisi Pak! Mohon maaf saya mengganggu waktunya," ucap Gintani sopan.

Bram mengernyitkan dahinya begitu melihat gadis yang baru saja diberi surat pemecatan.

Ada apa dia menemuiku? Apa untuk menanyakan perihal pemecatannya? Jika memang benar seperti itu, apa yang harus aku jawab? gumam Bram dalam hati.

"Ah, ya! Silakan duduk!" perintah Bram.

Gintani mendekati meja Bram. Dia kemudian duduk di kursi yang telah disediakan di depan meja orang kedua perusahaan itu.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Bram.

Gintani menyerahkan surat pemecatan yang telah dirobeknya tadi.

"Saya hanya ingin menanyakan perihal pemecatan saya sebagai office girl di kantor ini. Kalau boleh tahu, apa alasan Bapak memecat saya? Apa kinerja saya kurang bagus? Atau saya melakukan kesalahan fatal yang lainnya?" tanya Gintani bertubi-tubi.

Meskipun gugup, namun Gintani berusaha untuk tetap memiliki keberanian dalam mengungkapkan kebenaran. Selama ini dia merasa tidak memiliki kesalahan apa pun di perusahaan tempat dia bekerja. Dia selalu datang dan pulang tepat waktu. Bahkan tak jarang, dia harus pulang terlambat karena membantu sesama rekannya. Dia juga selalu mengerjakan tugas-tugas yang diperintahkan oleh para karyawan dengan baik. Meskipun terkadang perintah-perintah itu hanya hal sepele yang sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri. Tapi Gintani tak pernah merasa keberatan dengan semua itu.

Bram hanya bisa menghela napasnya. Dia sendiri tidak punya alasan yang tepat sebagai jawabannya.

"Dimohon kerja samanya Nona, jangan pernah menyulitkan diri Anda sendiri!" Hanya itu yang keluar dari mulut Bram.

Gintani menarik napasnya panjang, setelah itu dia mengembuskannya secara perlahan.

"Anda tahu, ini bukan jawaban seorang pemimpin. Saya tidak mengharapkan jawaban seperti ini. Bukan saya yang menyulitkan diri saya sendiri, tapi Anda dan kekuasaan Anda! Saya tidak pernah tahu bagaimana caranya Anda bisa duduk dengan jabatan terhormat seperti ini. Tapi bagi saya, jawaban Anda, tidak lebih dari seorang jawaban pengecut yang bersembunyi di bawah kekuasaan," ucap Gintani penuh penekanan.

Tanpa dia sadari seseorang semakin mengepalkan tangannya mendengar ucapan Gintani. Sedangkan Bram, dia benar-benar merasa tertampar dengan semua perkataan Gintani.

"Sudahlah, kau terima saja keputusan bosmu! Harusnya kau sadar diri. Seorang karyawan rendahan seperti kamu itu tak punya hak untuk mempertanyakan setiap keputusan bos di perusahaanmu bekerja!" ujar orang yang tengah rebahan di sofa yang ternyata adalah Argha.

Seketika Gintani menoleh mendengar suara yang tak asing itu.

"KAMU!" pekiknya terkejut.

Ish, kenapa cowok sombong itu bisa berada di sini? batin Gintani.

Gintani menatap tajam ke arah cowok itu, begitu pun sebaliknya. Untuk beberapa detik mereka saling bertatapan penuh kebencian satu sama lain.

"Kenapa? Kamu tidak terima dengan pemecatanmu?" tanya Argha, mengejek

"Bukan urusanmu!" hardik Gintani.

"Cih! Dasar gadis tidak tahu diri! Apa kau tidak tahu malu, pesangon sudah berada di tanganmu, tapi dengan sok bijaknya kamu mempertanyakan alasan pemecatanmu? Dengar gadis bodoh! Mana mungkin seorang atasan memecat bawahannya jika tidak memiliki kesalahan," jawab Argha, pedas.

Sejenak Gintani memejamkan matanya untuk mengendalikan hatinya yang mulai panas karena emosi dengan sikap arogannya laki-laki itu. Gintani kembali mengalihkan pandangannya kepada Bram.

"Lalu katakan di mana letak kesalahanku?" tatapnya penuh harap agar atasannya berbicara jujur.

Namun Bram masih diam seribu bahasa. Sementara itu Argha kembali ke ruangannya.

Brakk!

Argha membanting pintu ruangannya.

"Berani sekali! Berani sekali dia berbicara seperti itu! Meskipun dia mengatakannya kepada Bram, tapi semua kata-kata itu justru untukku. Akulah bosnya! Jadi dia juga mempertanyakan jabatanku? Cih! Dasar gadis rendahan!" umpat Argha di ruangannya.

Tak berapa lama, Argha menekan tombol intercom di ruangannya.

"Suruh gadis itu ke ruanganku!" perintahnya.

Di ruangan Bram.

"Maaf Nona, yang memiliki kewenangan untuk menjawab pertanyaan Anda, adalah bos saya. Mari, sekarang saya antarkan Nona untuk menemui bos!" ajak Bram seraya membuka pintu ruangannya.

Gintani mengikuti asisten Bram menuju ruangan yang berada di depan ruangan Bram tadi.

Bram membuka pintu ruangan itu tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu. Setelah mereka masuk, tampak seseorang sedang duduk di kursi yang membelakangi mereka.

Orang itu mengangkat tangan kanannya dan sedikit mengibaskannya sebagai tanda agar Bram pergi meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.

Bram membungkukkan badannya. "Permisi, Tuan!" ujarnya seraya pergi meninggalkan Gintani bersama sang bos.

Orang itu memutar kursi kebesarannya, sehingga Gintani bisa menatap dengan jelas bos yang sebenarnya.

Deg!

Jantung Gintani seolah berhenti berdetak ketika mendapati orang yang sedang duduk di hadapannya. Seketika kakinya terasa tak bertulang sehingga dia sedikit limbung. Gintani segera berpegangan pada sandaran kursi yang berada di depannya.

Orang itu berdiri dan berjalan mendekati Gintani.

"Kenapa diam, Nona? Apa mulutmu memakan permen karet sehingga terasa lengket untuk bersuara seperti tadi?" tanya Argha sinis.

Gintani mulai sedikit memahami situasinya. Dia pun mulai mengerti alasan di balik pemecatannya.

"Ja-Jadi i-ini semua ka-karena dendam?" tanya Gintani tergagap.

"Dendam katamu? Aish, jangan asal menuduh Nona! Saya bukan orang pendendam seperti apa yang Anda tuduhkan," ejek Argha.

"Jika bukan karena dendam, lalu karena apa Anda memecat saya?"

Gintani mulai memiliki keberanian kembali. Dia masih merasa tidak pernah melakukan kesalahan, karena itu dia berani menghadap bosnya untuk mendapatkan kejelasan.

"Tentu saja itu karena tamparan yang telah kau layangkan padaku. Kau orang pertama dan satu-satunya orang yang berani menamparku, bahkan di tempat umum. Karena itu kau harus mendapatkan ganjaran yang setimpal untuk perbuatanmu!" ujar Argha penuh kemarahan.

Kembali Gintani memejamkan matanya. Dia benar-benar tidak menyangka dengan kepicikan yang ada dalam diri atasannya.

"Tapi ini tidak adil Tuan!" ujar Gintani lirih. "Aku hanya menamparmu sekali, tapi kau membalasnya berkali-kali dalam kehidupanku. Aku sangat berharap untuk bisa menopang kehidupan keluargaku dari pekerjaan ini. Aku mohon, jika ada balasan lain yang bisa membuat Anda senang, lakukanlah! Tapi jangan pecat saya! Tolong jangan ambil pekerjaan saya! Anda boleh menampar saya jika itu bisa menyembuhkan harga diri Anda yang terluka karena sikap saya," ujar Gintani seraya mengatupkan kedua tangannya.

Argha menyeringai sinis.

"Baiklah, aku tidak akan memecatmu, tapi kau harus memenuhi keinginanku sebagai gantinya."

Gintani menyunggingkan senyumnya. "Apa pun yang Anda inginkan, selama saya bisa memberikannya, saya pasti akan melakukannya. Asal saya tidak kehilangan pekerjaan saya."

Argha tersenyum manis. Dia mulai mendekati Gintani, kemudian sedikit mengitarinya, membuat Gintani merasa gugup. Argha kemudian mendekati Gintani dari arah depan. Dia mendekatkan wajahnya di telinga Gintani.

"Aku inginkan tubuhmu!"

Plakk!

Gintani kembali menampar atasannya. Harga dirinya merasa terluka dengan perkataan bosnya.

"Shitt!"

Argha mencengkeram rahang Gintani dengan kuat. Dia kemudian mendorong tubuh Gintani hingga Gintani terjerembab di atas sofa. Argha menindihnya, hingga Gintani dapat merasakan embusan napasnya di wajahnya.

"Ini untuk kedua kalinya kau menamparku. Akan kupastikan kau membayar mahal atas semua tamparanmu, sekalipun kau harus membayarnya dengan tubuhmu!" ujar Argha geram. Gemeletuk giginya terdengar begitu jelas di telinga Gintani.

"Dengar Tuan! Sekali pun di dunia ini hanya tersisa satu lelaki, yaitu Anda. Aku, Gintania Nur'aini tidak akan pernah sudi disentuh oleh tanganmu!"

Bugh!

Gintani menendang kuat kedua pangkal paha Argha, sehingga membuat Argha melepaskan cengkeramannya dan berlutut menahan rasa sakit di benda pusakanya.

Gintani segera berlari keluar dari ruangan bosnya. Air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Gintani terus berlari menuruni tangga, sesekali dia menyeka air matanya yang turun deras.

Bram hanya bisa mematung melihat gadis itu berlari dari ruangan bosnya. Celah di pintu ruangan bosnya membuat Bram leluasa melihat dan menguping pembicaraan antara Argha dan Gintani. Bram mengepalkan tangannya saat mendengar Gintani mengalami pelecehan secara verbal. Tapi Bram sendiri tak mampu berbuat apa-apa. Tak ada yang bisa melawan sikap arogan seorang Argha Putra Adisastra.

Gintani terus berlari menuruni tangga. Dia sudah tidak peduli lagi berapa jumlah anak tangga yang telah dia langkahi. Satu-satunya keinginannya adalah segera pergi dari perusahaan ini. Bahkan Gintani sudah tidak ingin mempermasalahkan lagi tentang pemecatannya. Mungkin ini memang jalan Tuhan yang terbaik untuk dirinya. Gintani percaya jika Tuhan selalu memiliki rencana yang indah untuk dirinya.

Aku harus kuat...! Aku harus kuat...!

Hanya itu yang dia tanamkan dalam hatinya semenjak Gintani paham tentang hidup dan penderitaan.

"Hah...hah...hah..."

Dengan napas yang masih tersengal, Gintani akhirnya tiba di lantai 3. Dia segera menuju lokernya untuk mengambil barang-barangnya. Tak ingin menunda waktu lebih lama lagi, Gintani segera berganti pakaian begitu tiba di ruang lokernya. Tanpa menemui rekan-rekannya, Gintani pun melangkahkan kakinya untuk segera pergi.

Tiba di jalan raya, Gintani segera menghentikan sebuah taksi.

"Rumah sakit Harapan, ya Pak!" ucap Gintani begitu menaiki taksinya.

Bersambung...

Jangan lupa like vote n komennya ya 🙏

Terpopuler

Comments

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞❤️⃟WᵃfAͬyͧuᷤdͧiaͪℛᵉˣ

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞❤️⃟WᵃfAͬyͧuᷤdͧiaͪℛᵉˣ

Alasan sepele aja udah langsung main pecat aja.. Kena tampar lagi kan 🤭🤭

2022-12-05

0

El_Tien

El_Tien

aku mampir

2022-02-11

1

Sarah

Sarah

Gilaaaaa

2022-02-07

3

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan Tokoh
2 Tamparan
3 Kembali ke Rumah Sakit.
4 Di Pecat
5 Aku Inginkan Tubuhmu!
6 Pengangguran
7 Dijodohkan, atau Dijual ?
8 Diusir
9 Kontrakan Baru
10 Pekerjaan Baru
11 Aku Menginginkannya !
12 Maukah Berteman Denganku ?
13 Simpanan Om-om
14 Hanya Aku yang Berhak
15 Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16 Jemput Paksa
17 Should I Sell My Virginity ?
18 Kesepakatan
19 Menginginkanmu Malam Ini
20 Menerima Kesepakatan
21 Berubah Pikiran
22 Ternoda
23 Penjelasan Alex
24 Menghilang
25 Membebaskan Kakek
26 Lembaran Baru
27 Tidak Butuh Kuliah
28 Bismillah Hijrah
29 Menolak Ta'aruf
30 Kisah Pilu
31 Menghapus Jejak
32 Proyek Wisata Alam
33 Jebakan
34 Amatir
35 Rencana yang Gagal
36 Kau !
37 Takdirku Adalah Milikku!
38 Permainan Takdir
39 Silaturahim
40 Rencana Perjodohan
41 Calon Istri Terbaik
42 Permintaan Seorang Ayah
43 Berdamai dengan Masa Lalu
44 Lelaki Pecundang
45 Surat Perjanjian
46 Surganya Wanita
47 Akad Nikah
48 Luka Malam Pertama
49 Istri Cadangan
50 Merpati Putih
51 Kembali ke Kota
52 Kabur
53 Bidadari Surga
54 Resepsi Akbar
55 Wanita Ular
56 Percikan Api Cemburu
57 Lingerie Jahanam
58 Sambutan Ibu Mertua
59 Adu Mulut
60 Meminta Penjelasan
61 Pindah
62 Merasa Bersalah
63 Dinding Pembatas
64 Bukan Dia!
65 Bolehkah aku egois?
66 Permintaan Sederhana
67 Salah Paham
68 Petir
69 Khilaf Terindah
70 Vampir Betina
71 Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72 Balado Ikan Tongkol
73 Arrogant Big Baby
74 Bermain Hujan
75 Hot Rain
76 Kisah Baru
77 Senasib Sepenanggungan
78 Menantu Terhebat
79 Tuduhan Tak Beralasan
80 Pesta Lokal
81 Perfect Wife
82 Terjebak Cinta yang Semu
83 Temukan Dia!
84 Pisah Ranjang
85 Merasa Bersalah
86 Menyesal
87 Let's Play The Game
88 Memulai Permainan
89 Mendadak Viral
90 Ceraikan Aku!
91 Pertengkaran Termanis
92 Coffee Break
93 Memulai Kembali
94 Chantika Ilona Prasetya
95 Double Date
96 Bertemu
97 Ambisi dan Obsesi
98 Temperamental
99 Cinta Segitiga
100 Kebenaran
101 Kecelakaan
102 Permainan Ilona
103 Hancur
104 Kecewa
105 Menghilang
106 Pertemuan Tak Terduga
107 Jangan Ganggu Dia!
108 Sepi
109 Berulah
110 Kemarahan Tuan Jaya
111 Nekat
112 Sakit
113 Aneh
114 Siapa Mereka?
115 Bersekutu
116 Tipu Muslihat
117 Rencana Bulan Madu
118 Tentang Ilona
119 Pulang
120 Rindu
121 Misi
122 Honeymoon
123 Pengkhianatan
124 Disekap
125 Luluh
126 Tetap Menjadi yang Terindah
127 Bertemu Mantan
128 Siapa Dia?
129 Maafkan Bunda, Nak!
130 Menyesal
131 Menjenguk Sarah
132 Karma
133 Yang Kesekian Kali
134 Mengabaikan Hati
135 Pertemuan Tak Terduga
136 Lebih Baik Marah daripada Diam
137 Aku Mohon, Mengertilah!
138 Aku Ikut!
139 Apa Ini?!
140 Kenapa Harus Aku?
141 Phobia
142 Ancaman
143 Serpihan Kenangan
144 Pelakor Beraksi
145 Menyingkir dari Sana!
146 Maafkan Saya!
147 Kamu Bodoh!
148 Berduka
149 Pemakaman Richard
150 Meminta Bantuan
151 Melenyapkan Barang Bukti
152 Membuat Laporan
153 Hilangnya Barang Bukti
154 Tekanan
155 Konten Terakhir
156 Rencana Pesta
157 Pesta
158 Jebakan
159 Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160 Pengkhianat
161 Sidang
162 Mengembalikan
163 Jatuh Talak
164 Berpisah
165 Ceraikan Dia!
166 Hamil
167 Gugatan Cerai
168 Memohon
169 Pergi
170 Kebenaran
171 Apa Ini Alasannya?
172 Pengakuan Bik Susan
173 Kejutan
174 Ini Jawabanku!
175 Kejutan Lagi
176 Ilusi
177 It's My Dream, Not Her!
178 Sandiwara Ilona
179 Terjaring Razia
180 Mengunjungi Makam Richard
181 Kecurigaan Jessica
182 Ternyata Hanya Permainan
183 Skandal Sang CEO
184 Dikejar wartawan
185 Kemarahan Tuan Jaya
186 Penyesalan Tuan Jaya
187 Konferensi Pers
188 Batas Kesabaran Seorang Istri
189 Memulai Hari Baru
190 Rencana 4 Bulanan
191 Sindrom Couvade
192 Tuntutan Ilona
193 Setengah Bagian
194 Mencari Tahu
195 Cerita Masa Lalu
196 Bukit Kenangan
197 Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198 Pertemuan Menyisakan Luka
199 Mengambil Keputusan
200 Separuh Jiwa
201 Menyerah
202 Keputusan Argha
203 Proyek Baru
204 Persiapan Pernikahan
205 Setitik Kebenaran
206 Titik Terang
207 Jelas
208 Akad Nikah
209 Kejutan Akbar
210 Semakin Sempurna
211 Menyesal
212 Kembali Menyesali
213 Terbangun
214 Nikmat yang Sempurna
215 Adina Putri Disastra
216 Pulang
217 Kejutan yang Manis
218 Rahasia Ilona
219 Permintaan Terakhir
220 Bagaimana Jika Dia Kembali?
221 Rumpi on The Gengs
222 Fitnah Tetangga
223 Kembali Diusir
224 Penolong Sejati
225 Pergi
226 Ini yang Terbaik
227 Mengunjungi Makam Ilona
228 Usaha Baru
229 Salah Paham
230 Kecewa
231 Pengakuan
232 Aku Mencintaimu
233 Tidak Berjodoh
234 Berita Duka
235 Bertemu
236 Pertanyaan Putri
237 Putri Merajuk
238 Putri Hilang
239 Drama Malam Ini
240 Tidur Bersama
241 Hampir Saja
242 Menjaga Jarak
243 Keputusan Heru
244 Putri Sakit
245 Menemui Pengacara
246 Bersama Om Alex
247 Cooking with My Dad
248 Mengakui Kebenaran
249 Merayakan Kemenangan
250 Mencari Perhatian
251 Terjebak Permainan Sendiri
252 Berseteru
253 Kegelisahan Gintani
254 Nasihat Alex
255 Mencoba Memulai Kembali
256 Rencana Rujuk
257 Puncak Kecewa
258 Maukah Kau Menikahiku?
259 Takdir Gintani
260 Promo Karya
Episodes

Updated 260 Episodes

1
Pengenalan Tokoh
2
Tamparan
3
Kembali ke Rumah Sakit.
4
Di Pecat
5
Aku Inginkan Tubuhmu!
6
Pengangguran
7
Dijodohkan, atau Dijual ?
8
Diusir
9
Kontrakan Baru
10
Pekerjaan Baru
11
Aku Menginginkannya !
12
Maukah Berteman Denganku ?
13
Simpanan Om-om
14
Hanya Aku yang Berhak
15
Tekanan yang Hampir Membuat Gila
16
Jemput Paksa
17
Should I Sell My Virginity ?
18
Kesepakatan
19
Menginginkanmu Malam Ini
20
Menerima Kesepakatan
21
Berubah Pikiran
22
Ternoda
23
Penjelasan Alex
24
Menghilang
25
Membebaskan Kakek
26
Lembaran Baru
27
Tidak Butuh Kuliah
28
Bismillah Hijrah
29
Menolak Ta'aruf
30
Kisah Pilu
31
Menghapus Jejak
32
Proyek Wisata Alam
33
Jebakan
34
Amatir
35
Rencana yang Gagal
36
Kau !
37
Takdirku Adalah Milikku!
38
Permainan Takdir
39
Silaturahim
40
Rencana Perjodohan
41
Calon Istri Terbaik
42
Permintaan Seorang Ayah
43
Berdamai dengan Masa Lalu
44
Lelaki Pecundang
45
Surat Perjanjian
46
Surganya Wanita
47
Akad Nikah
48
Luka Malam Pertama
49
Istri Cadangan
50
Merpati Putih
51
Kembali ke Kota
52
Kabur
53
Bidadari Surga
54
Resepsi Akbar
55
Wanita Ular
56
Percikan Api Cemburu
57
Lingerie Jahanam
58
Sambutan Ibu Mertua
59
Adu Mulut
60
Meminta Penjelasan
61
Pindah
62
Merasa Bersalah
63
Dinding Pembatas
64
Bukan Dia!
65
Bolehkah aku egois?
66
Permintaan Sederhana
67
Salah Paham
68
Petir
69
Khilaf Terindah
70
Vampir Betina
71
Bramantyo Ahmad Jalaluddin
72
Balado Ikan Tongkol
73
Arrogant Big Baby
74
Bermain Hujan
75
Hot Rain
76
Kisah Baru
77
Senasib Sepenanggungan
78
Menantu Terhebat
79
Tuduhan Tak Beralasan
80
Pesta Lokal
81
Perfect Wife
82
Terjebak Cinta yang Semu
83
Temukan Dia!
84
Pisah Ranjang
85
Merasa Bersalah
86
Menyesal
87
Let's Play The Game
88
Memulai Permainan
89
Mendadak Viral
90
Ceraikan Aku!
91
Pertengkaran Termanis
92
Coffee Break
93
Memulai Kembali
94
Chantika Ilona Prasetya
95
Double Date
96
Bertemu
97
Ambisi dan Obsesi
98
Temperamental
99
Cinta Segitiga
100
Kebenaran
101
Kecelakaan
102
Permainan Ilona
103
Hancur
104
Kecewa
105
Menghilang
106
Pertemuan Tak Terduga
107
Jangan Ganggu Dia!
108
Sepi
109
Berulah
110
Kemarahan Tuan Jaya
111
Nekat
112
Sakit
113
Aneh
114
Siapa Mereka?
115
Bersekutu
116
Tipu Muslihat
117
Rencana Bulan Madu
118
Tentang Ilona
119
Pulang
120
Rindu
121
Misi
122
Honeymoon
123
Pengkhianatan
124
Disekap
125
Luluh
126
Tetap Menjadi yang Terindah
127
Bertemu Mantan
128
Siapa Dia?
129
Maafkan Bunda, Nak!
130
Menyesal
131
Menjenguk Sarah
132
Karma
133
Yang Kesekian Kali
134
Mengabaikan Hati
135
Pertemuan Tak Terduga
136
Lebih Baik Marah daripada Diam
137
Aku Mohon, Mengertilah!
138
Aku Ikut!
139
Apa Ini?!
140
Kenapa Harus Aku?
141
Phobia
142
Ancaman
143
Serpihan Kenangan
144
Pelakor Beraksi
145
Menyingkir dari Sana!
146
Maafkan Saya!
147
Kamu Bodoh!
148
Berduka
149
Pemakaman Richard
150
Meminta Bantuan
151
Melenyapkan Barang Bukti
152
Membuat Laporan
153
Hilangnya Barang Bukti
154
Tekanan
155
Konten Terakhir
156
Rencana Pesta
157
Pesta
158
Jebakan
159
Demi Tuhan, Aku Tidak Melakukannya!
160
Pengkhianat
161
Sidang
162
Mengembalikan
163
Jatuh Talak
164
Berpisah
165
Ceraikan Dia!
166
Hamil
167
Gugatan Cerai
168
Memohon
169
Pergi
170
Kebenaran
171
Apa Ini Alasannya?
172
Pengakuan Bik Susan
173
Kejutan
174
Ini Jawabanku!
175
Kejutan Lagi
176
Ilusi
177
It's My Dream, Not Her!
178
Sandiwara Ilona
179
Terjaring Razia
180
Mengunjungi Makam Richard
181
Kecurigaan Jessica
182
Ternyata Hanya Permainan
183
Skandal Sang CEO
184
Dikejar wartawan
185
Kemarahan Tuan Jaya
186
Penyesalan Tuan Jaya
187
Konferensi Pers
188
Batas Kesabaran Seorang Istri
189
Memulai Hari Baru
190
Rencana 4 Bulanan
191
Sindrom Couvade
192
Tuntutan Ilona
193
Setengah Bagian
194
Mencari Tahu
195
Cerita Masa Lalu
196
Bukit Kenangan
197
Serpihan Puzzle yang Mulai Utuh
198
Pertemuan Menyisakan Luka
199
Mengambil Keputusan
200
Separuh Jiwa
201
Menyerah
202
Keputusan Argha
203
Proyek Baru
204
Persiapan Pernikahan
205
Setitik Kebenaran
206
Titik Terang
207
Jelas
208
Akad Nikah
209
Kejutan Akbar
210
Semakin Sempurna
211
Menyesal
212
Kembali Menyesali
213
Terbangun
214
Nikmat yang Sempurna
215
Adina Putri Disastra
216
Pulang
217
Kejutan yang Manis
218
Rahasia Ilona
219
Permintaan Terakhir
220
Bagaimana Jika Dia Kembali?
221
Rumpi on The Gengs
222
Fitnah Tetangga
223
Kembali Diusir
224
Penolong Sejati
225
Pergi
226
Ini yang Terbaik
227
Mengunjungi Makam Ilona
228
Usaha Baru
229
Salah Paham
230
Kecewa
231
Pengakuan
232
Aku Mencintaimu
233
Tidak Berjodoh
234
Berita Duka
235
Bertemu
236
Pertanyaan Putri
237
Putri Merajuk
238
Putri Hilang
239
Drama Malam Ini
240
Tidur Bersama
241
Hampir Saja
242
Menjaga Jarak
243
Keputusan Heru
244
Putri Sakit
245
Menemui Pengacara
246
Bersama Om Alex
247
Cooking with My Dad
248
Mengakui Kebenaran
249
Merayakan Kemenangan
250
Mencari Perhatian
251
Terjebak Permainan Sendiri
252
Berseteru
253
Kegelisahan Gintani
254
Nasihat Alex
255
Mencoba Memulai Kembali
256
Rencana Rujuk
257
Puncak Kecewa
258
Maukah Kau Menikahiku?
259
Takdir Gintani
260
Promo Karya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!