"Yaampun Mama, yaudah sih balikin aja kunci mobilnya Al!" rengek Alea saat ia akan berangkat sekolah.
Hari ini Gita akan menghadiri arisan di rumah kawan sosialitanya dan meminta Sopir untuk mengantarnya. Sedangkan Alea, Gita menitipkannya pada Arya.
Emangnya barang apa, pake dititip-titip segala.
"Alea! Kamu masih dalam masa hukuman. Nanti yang ada Mama dimarahin sama Papa." sahutnya sambil merapihkan tas kesayangannya.
"Mama tegaan banget sih sama anaknya."
"Justru Mama, tuh, sayang sama kamu, Al. Biar kamu kapok dan nggak ngulangin kesalahan kamu lagi..Orang tua, tuh, harus tegas sama anaknya kalo emang beneran sayang." cerocosnya panjang lebar.
Sedangkan Alea hanya cemberut saja di tempatnya.
Begitu ia melihat Arya yang keluar dari gerbang rumahnya. Lantas Gita menghampirinya.
"Nah, Ar."
"Iya Tante?"
"Ini Alea nya, Tante nitip yah,"
Tuhkan kayak barang.
"Mama apaan sih!" Alea ngedumel sendiri.
"Iya Tante," Arya menyahut patuh.
"Al, ayo dong kesini. Nanti kalian telat," Gita memanggil Alea sedikit berteriakm
Alea berjalan dengan lesu ke arah Gita, dan menyalami Mama-nya itu.
Arya juga turun dari motornya, kemudian menghampiri Gita dan menyalami perempuan itu sambil menyerahkan helm pada Alea.
"Mama duluan, kalian hati-hati ya."
"Calon mantu, bawa motornya jangan ngebut ngebut ya," titipnya dengan senyum ceria, kemudian masuk ke mobil saat sang Sopir sudah membukakannya pintu.
Sedangkan Alea yang mendengar Mamanya berkata seperti itu pada Arya hanya memutar bola matanya dengan jengah.
"Dadah Al." Gita melambaikan tangan pada putrinya itu saat mobilnya sudah melaju.
Mama macam apa?Teganya. Alea ngedumel dalam hati.
*
"Jalan nggak nih?" tanya Alea pada Arya yang sedari tadi hanya diam setelah kepergian Gita.
"Enggak,"
"Kita mau bolos?" tanya Alea dengan pancaran mata heran sekaligus berbinar. Kapan-kapa lagi diajakin bolos sama goodboy Tunas Bangsa?
Arya melangkah meninggalkan Alea yang berdiri di depan gerbang rumahnya.
"Kita pake motor, nggak jalan!"
Alea mendengkus, kemudian mengikuti langkah Arya menuju motornya sambil mengenakan helm. Tidak jadi bolos sekolah!
"Gue gak ngerti deh sama loe yang malah suka motor. Kenapa nggak mobil aja coba?" gerutu Alea, sedangkan Arya sudah nangkring di atas motor dan sudah mengenakan helmnya.
"Om Panji sama Tante Inggit ogah beliin loe mobil ya, jangan-jangan loe cuma anak angkat doang Ar." cerocosnya.
"Udah naik! Ngomong loe kaya samyang."
"Apa apa Ar? Loe manggil gue Sayang?"
Arya menghela nafas.
"Buruan, nanti kita telat."
"Ih benataran dong. Helm loe nih, susah banget dipakenya. Bekas siapa sih ini, bekas cewek loe ya." cerocos Alea sambil merapihkan rambutnya.
Arya menoleh, kemudian menaikan kaca helmnya dan menatap Alea. Gadis itu tau dengan baik, jika tidak pernah ada satu orang pun cewek yang pernah duduk di jok belakang motor Arya kecuali dirinya sendiri. Satu satunya cewek yang sering duduk satu motor dengan Arya.
Tanpa berkata, Arya segera memasangkan helm tersebut di kepala Alea.
"Eh, berubah jadi gampang ya," cicit Alea setelah Arya memasangkan helmnya.
"Udah ayo!" Arya sudah mulai jengah.
Alea memegang pundak Arya dan naik ke atas motor tinggi itu.
"Loe jangan kebut-kebutan, gue pake rok, ya!"
Alea memperingatkan, dan Arya nampak hanya mengangguk patuh.
*
*
Seperti apa yang sudah dikatakan Alea, dan Arya menurutinya. Arya benar-benar mengurangi laju kendaraan, tidak seperti biasanya jika ia tidak sedang membonceng Alea.
Begitu sampai di parkiran motor Tunas Bangsa, Alea bergegas turun dan melepas helm, kemudian memberikannya pada Arya.
"Kalo nanti gue naek motor loe lagi, gue nggak mau ya make helm ini. Loe harus beli yang baru." cerocosnya sambil merapihkan rambut. Sedangkan Arya yang menyimpan helm itu hanya menggeleng heran dan tak perduli pada ocehan Alea.
"Gue ke kelas duluan," sambungnya yang kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Arya. Tanpa mengucapkan terimakasih.
Baru beberapa langkah Alea pergi, ia berpapasan dengan Micelle yang baru turun dari mobilnya. Alea hanya menatapnya sinis, kemudian mengibaskan rambutnya dan berlalu begitu saja mengabaikan Micelle.
Micelle hanya mendengkus, kemudian segera merapihkan penampilannya saat melihat Arya yang berjalan ke arahnya.
"Mm, hay." sapanya saat Arya tepat di hadapannya, Arya menghentikan langkahnya tanpa ada niat untuk membalas sapaan Micelle.
"Ar, loe pulang sekolah nanti ada acara nggak?" tanya Micelle, sebisa mungkin ia menahan degup jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya saat berdekatan dengan Arya.
"Ada!" Arya menyahut spontan, kemudian pergi.
Micelle mendongak.
Sesingkat itu?
"Ar—"
"Issh!"
*
*
Para siswi heboh membicarakan soal kedatangan anak baru yang digadang-gadang sebagai anak pemilik yayasan sekolah.
Tidak terkecuali Luzi, saat Alea menghampirinya di kantin, seketika saja ia heboh membahasnya pada Alea.
"Taruhan! Dia pasti masuk ke kelas kita," sahutnya dengan cepat. Ia terlihat amat girang saat mengatakannya.
"Karena?" Alea menggigit sedotan minumannya.
"Gue tadi denger obrolan dia sama wakil kepala sekolah di kantor!"
"Gak sopan loe ya!" Erin memukul lengan Luzi yang membuat gadis itu meringis.
"Nggak sengaja juga, gue lagi balikin buku materi ke Bu Retno." sangkalnya.
"Pokoknya yang paling penting, dia itu ganteng parah Al."
"Sampe harus dibawa ke rumah sakit parahnya?" tanya Alea dengan serius yang membuat Luzi mengerucutkan bibirnya. Sedangkan Erin malah tertawa.
"Whatever. I don't care!" Alea memutar bola matanya, kemudian beranjak sambil menarik Erin untuk pergi ke kelas.
"Ih Alea! Erin!" Luzi berteriak kesal.
Alea yang berjalan dengan Erin sempat berpapasan dengan Arya dan kawan-kawannya yang lain.
Alea hanya diam saat berhadapan dengan Arya, hanya mata mereka yang saling memancarkan rasa, sampai kemudian kawan- kawan Arya bersiul ke arah merek.
"Ciee ciee,"
"Loe buta ya, minggir! Gue mau lewat." sahut Alea pada Arya dengan ketusnya.
Tadi pagi boncengan dan sekarang marah marah nggak jelas? Sesimple itu memang pertengkaran.
"Duh Al, loe kalau galak gitu kok malah nambah cakep aja sih!" sahut salah seorang kawan Arya dengan tatapan nakalnya menatap Alea.
Alea dan Arya menatapnya dengan sinis.
"Sorry" cicitnya dengan pelan tatkala melihat tatapan dua orang itu, terutama Arya.
Alea melangkah begitu saja, menubruk tubuh Arya yang tidak mau menyingkir dari hadapannya.
"Wusshh! Sadis si Alea," decak kawan-kawan Arya, mata mereka menatap kearah Alea yang melangkah dengan cepat.
Bukan itu, tapi ada yang lain dari tatapan kawan-kawan Arya, dan Arya tidak suka. Yah, Arya tidak suka jika Alea dijadikan objek khayalan nakal kawan-kawannya ini.
"Woy, kalian ngeliat Alea nya jangan kaya gitu dong. Doi nya marah ntar," sindir Bagas.
Arya tak menggubris, ia justru hanya merapihkan lengan almamaternya. Kemudian meneruskan langkahnya menuju kantin.
Kawan-kawannya hanya saling berpandangan, kemudian menyusul langkah lebar Arya.
*
*
Erin pamit pada Alea karena ada piket OSIS, jadilah Alea berjalan sendiri menuju kelasnya. Dan di pintu kelas, ia berpapasan dengan anak baru yang pagi ini dihebohkan oleh anak Tunas Bangsa. Alea bisa melihatnya, dan Alea akui satu hal. Dia tampan.
"Hay," sapanya
Alea tersenyum tipis.
"Satria." Ia mengulurkan tangannya pada Alea.
"Alea," Alea menyahut, lalu tersenyum manis dan berjalan duluan masuk ke kelas.
SATRIA GEOFATA
Anak pemilik Yayasan, tampan, playboy. Siapapun orang yang melihatnya, mereka akan menilai sama, sirat wajah seorang SATRIA, menunjukan kesombongan. Jago basket, dan yang pasti selera dia tinggi.
Dia menyukai wanita cantik.
Para siswi langsung terpaku saat melihat Satria, anak baru tampan itu yang duduk di meja samping Alea. Seketika mereka langsung mengerubungi meja Satria untuk mengajaknya berkenalan.
"Alea, gue udah bilangkan. Dia itu ganteng parah. Siapa namanya?" tanya Luzi yang tiba- tiba saja sudah ada di samping Alea, ia menopang dagunya dengan tatapan mata yang berbinar melihat Satria dalam celah kecil anak-anak yang sedang mengerubunginya.
"Satria." Alea menyahut spontan dengan cuek.
"Nama lengkapnya Al?"
"Ah gak tau! Satria baja hitam kali" Kesal Alea yang kemudian memasang earphone dikedua telinganya. Enggan menghadapi Luzi yang selalu bertingkah berlebihan jika melihat cogan alias cowok ganteng.
"Gila loe Al! Ratu sekolahan, tapi betah sendiri. Gak mau lirik cowok tampan lagi, dasar"
"Berisik!"
Beberapa menit sebelum bel masuk dibunyikan. Arya datang bersama dengan Bagas dan kawan-kawannya yang lain, ia melangkah dengan santai. Namun seperti ada yang beda dengan sorot matanya saat objek yang ia lihat adalah Satria, anak baru itu.
*
*
Jam istirahat, saat anak-anak yang lain berhamburan ke kantin. Justru Satria malah menghampiri meja Alea, dan Luzi yang duduk di belakang meja Alea memasang senyum super manisnya.
"Loe siswi lama disini?" tanyanya
"Yes"
"Boleh minta tolong nggak. Gue belum hafal sekolahan ini, loe mau ya jadi guide gue?" sahutnya dengan manis.
Alea dengan cepat menggeleng.
"Ayolah!" desaknya
Alea menoleh pada Luzi di belakangnya yang menatapnya penuh arti.
"M, gini aja deh. Loe biar ditemenin sama temen gue, oke. Bye," sahut Alea dengan manis dan kemudian cepat berlalu meninggalkan Satria di ruang kelas itu dengan Luzi, dan Arya yang kebetulan masih ada ditempatnya juga hanya tersenyum saja melihat hal itu, terutama saat melihat ekspresi Satria
Luzi manggut manggut saat Satria menatap ke arahnya
*
*
"In my dreams you're with me
Will you everything i want us to be
And from there, who knows—"
"Saiap yang tau suara loe sebagus itu."
Alea yang semula sedang mondar-mandir di atas kursi taman belakang sekolah, tiba-tiba saja berhenti mendadak saat mendengar suara seseorang. Dan saat melihat Arya di hadapannya ia justru malah terjatuh dan menindih Arya yang tepat berada di hadapannya.
*
*
"Brengsek!" Maki Alea saat ia mengangkat wajah dan bertatapan dengan Arya. Dan seketika saja ia menganggap jika dirinya. Sial!
"Berung kutub, kutu buku, balok es!" makinya, lalu cepat bangun dari tubuh Arya.
Arya juga bangun dan mengusap-usap almamaternya yang kotor.
"Untung sering olahraga angkat berat!" cicitnya.
"Loe nggak bisa yah, nggak ngancurin mood gue sehari aja!"
"Loe disuruh Bu Desy ke Koprasi sekolah." sahut Arya yang langsung mengalihkan pembicaraan tanpa mau meladeni makian Alea tadi.
Bu Desy adalah penjaga Koperasi. Alea ingat, kemarin ia memang sempat menanyakan seragam olahraga karena seram olahraganya yang lama hilang tidak tau kemana.
Tapi jika Arya yang menyampaikan infonya, kok Alea malah merasa malas yah.
"Kalo gue nggak mau?" Alea melipat tangannya di depan dada.
"Gue bakal maksa loe."
"Kalau gue tetep nggak mau?"
"Keras kepala!"
"Bodo amat!"
"TERSERAH!" sahut Arya yang kemudian berlalu pergi.
"Nyebelin, kaku, tukang maksa, rese, brengsek, belagu. Isshh!" teriak Alea
Arya yang kebetulan belum jauh darinsana lantas menghentikan langkahnya.
"Gue dengar!" sahutnya.
"Iya gue tau loe punya kuping dan indera pendengaran loe masih berfungsi. Gue emang sengaja ngomong kayak gitu biar loe denger!" sahut Alea dengan judesnya, kemudian berlalu begitu saja.
Sedangkan Arya hanya menatap kepergiannya penuh arti.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
fa _azzahra
ini ni karya anak muda yg berbakat selalu menarik untuk diikuti.ga kalah seru sama ceritanya pak andreas.pas porsi penulisan nya untuk ukuran anak se usia kamu dedek eva🙊😁
2021-12-01
2
Lynee
Dari benci jadi cinta. wkwkwk😆
2021-10-12
1
Suga Hyung🐱
masih gantengan juga taehyung😒🤣😎
2021-04-07
1