Sisi Lain Jacky

Menginjak tahun ketiga di bangku SMA, kami akan memilih jenjang jurusan, apakah IPA, IPS, atau Bahasa. Dengan kemampuan matematika yang lemah, aku memilih jurusan IPS.

Sudah pasti Jacky juga IPS, bahkan dia terancam untuk tidak naik kelas. Memang dunia akademis ini tidak cocok untuknya.

Jefri yang pernah kuhajar, dia masuk IPA. Willy juga masuk IPA karena otaknya lumayan encer, mungkin meniru ayahnya yang merupakan dokter spesialis. Pantas saja keluarganya kaya.

Lebih mengherankan lagi, Stevie ternyata memilih IPS. Apa maksudnya? Tidakkah dia memiliki nilai diatas rata-rata?

"Stev, lo beneran masuk IPS?" tanyaku

"iya lah Rai, masa boong" jawabnya sambil menunjukkan senyum manis.

"Loh kenapa? bukannya matematika lo lumayan?" aku mempertanyakan.

"Emangnya kalo matematikanya bagus, harus masuk IPA?" jawab Stevie.

"Emang cita-cita lo mo jadi apa?" tanyaku lagi.

"Gue pengen jadi ahli ekonomi haha, siapa tau gue bisa jadi menteri ekonomi. Gue pengen bikin perusaan gede buat ngurangin jumlah pengangguran sekalian nambah devisa negara." jelas Stevie

Yaampun anak ini, aku saja sudah bersyukur bisa naek kelas. Perbedaan level kami terlalu jauh.

Alasan Stevie menunjukkan jelas, bahwa antara aku dan dia terdapat sebuah jurang pemisah yang tidak mungkin dilewati. Surga dan neraka, si kaya dan si miskin, polisi dan penjahat.

Jika dia bersamaku kelak, aku hanya akan menghambat impiannya. Apa ya impianku? Belum terpikirkan. Apa impian Jacky? Apalagi dia...

Memang agak pusing memikirkan sebuah impian. Impianku hanya ingin terlihat tampan. Jika aku kaya, maka aku bisa operasi plastik.

Tapi sayang juga kalau harus operasi plastik. Parasku ini sudah cukup memberiku banyak keuntungan, walaupun sekaligus kerugian.

Aku membutuhkan tempat curhat untuk hal ini. Tidak selamanya semua masalah bisa aku hadapi seorang diri.

Curhat pada siapa? Kakakku Miki? Tidak mungkin, mendengar namanya saja aku sudah bisa membayangkan kalau dia hanya akan menyalahkan aku lahir di dunia ini.

Kakakku Aya juga tidak mungkin, dia pasti akan mengadukan masalah ini ke ayahku. Dia bukanlah seorang penasehat yang baik.

Aku kembali sebangku dengan Jacky di tahun ketiga. karena banyak diantara siswa kelas yang baru ini tidak aku kenal.

Aku orang yang tertutup, dan bukan tipe orang yang memiliki banyak teman. Jadi aku meminta kepadanya supaya mau sebangku denganku lagi.

Karena sering memikirkan soal impian, aku jadi sering melamun di kelas. Pada saat jam pulang sekolah, tiba-tiba Jacky menepuk pundakku, "Plok"

"Itu namanya ilmu gendam, makannya jangan banyak melamun" kata Jacky.

aku hanya menatapnya kesal, kemudian aku mengambil tasku dan berdiri.

"Hari ini mo kemana lo?" tanya Jacky.

"Pulang, makan, tidur" jawabku lemas.

"wkwkwk kasian" ejek Jacky.

"Gua penasaran Jek, lo tuh hampir gak naek kelas, masih bisa senyum-senyum, lo ngobat ato gimana?" tanyaku

"hahahahha... mending lo ikut ke rumah gue" kata Jacky mengajakku.

"Emang apa bagusnya rumah lo?" tanyaku lagi.

"Ntar lo liat sendiri" jawabnya membuatku penasaran.

Sebelum menuju parkiran, aku mampir sebentar ke kamar mandi sekolah untuk ganti baju kaos dan celana jeans. Aku tidak ingin pergi keluyuran memakai baju sekolah.

Sebenarnya alasannya adalah karena wajahku tidak serasi dengan celana panjang abu-abu yang aku pakai. Terlihat seperti cewek yang salah seragam.

Kami berangkat bersama-sama dari parkiran sekolah menaiki motor masing2 dan berjalan beriringan.

Layaknya anak berandal, motor Jacky adalah motor tua RX King yang dimodifikasi sehingga memiliki komponen yang berwarna-warni, dan memiliki suara knalpot yang sangat bising, sementara motorku adalah Yamaha R25 berwarna biru yang aku pertahankan keaslian buatan pabrik.

Knalpot yang bising itu semakin menjadi-jadi karena posisi Jacky ada di depanku, dan aku berada di belakangnya. Terpaksa harus kudengarkan suara knalpotnya sepanjang perjalanan karena dia harus tetap di depan untuk menunjukkan jalan. Aku belum pernah ke rumahnya sama sekali.

Tiba-tiba Jacky berhenti di sebuah bengkel untuk memompa bannya. Aku pun mau tidak mau juga harus berhenti disitu, atau mungkin motornya sedang bermasalah, maklum saja karena motor tua.

Dalam bengkel tersebut seperti ada sebuah komunitas balap liar, terlihat dari beberapa motor modifikasi yang diparkir di depan bengkel.

Aku berasumsi bahwa mereka bukan orang baik, terlihat dari penampilannya seperti para berandal yang sedang berkumpul dengan tato di sekujur tubuh dan rambut yang dicat warna-warni.

Jacky terlihat sangat akrab dengan mereka. Mungkin bengkel itu sudah menjadi bengkel langganan Jacky dan teman-teman berandalnya.

"Siang Bos, motornya mo diapain lagi nih?" Tanya seseorang yang kelihatannya pemilik bengkel itu kepada Jacky.

"Nggak diapa2in, cuma mo nongkrong ma anak2" jawab Jacky.

Pantas saja Jacky betah di komunitas ini, dia bagaikan seorang raja, pakai dipanggil "bos" segala.

"Sini Rai, turun aja" Jacky memintaku turun dari motor.

Tapi berandal itu berkata

"widih, Jek... cewek lo bening amat, keren lo anjing" ujar teman berandalnya kepada Jacky, membuatku berpikir dua kali untuk turun.

"bukan, itu temen gue" jelas Jacky pada teman-temannya.

"ya udah, lo kenalin aja ma kita" minta temannya.

"jangan yang ini, ntar lo gue kasih yang laen" jawab Jacky.

Mereka berbicara seperti itu seolah-olah aku tidak mendengarnya. Padahal mereka berbicara sangat keras dan semua orang bisa mendengarnya.

Untung saja aku bukan cewek, tapi karena mereka tidak tahu siapa aku, mereka tetap melihat aku sebagai cewek.

Bayangkan saja, mereka bahkan tidak menaruh hormat sedikitpun kepada tamu yang berkunjung. Kalau Stevie dibawa kesini, pasti dia akan mengalami pelecehan verbal, dan aku tidak akan bisa menerimanya.

Aku saja merasakan sedikit ketakutan, bisa jadi ini adalah sebuah jebakan yang mereka siapkan. Kalau aku ikut masuk, bisa-bisa aku diperkosa. Orang-orang seperti mereka mana bisa berpikir. Jika terdesak, aku bisa saja berkelahi, tapi aku tetap akan kalah jumlah.

"Sini buruan, nggak usah takut sama mereka" Kata Jacky memaksa.

Sialan, kenapa dia bisa tahu pikiranku? Memangnya siapa sih yang tidak berpikir ribuan kali untuk masuk ke kandang singa? Kemudian Jacky mendekatiku dan menggandeng tanganku.

"Jek, gila lo, ini apa-apaan pake gandeng-gandeng segala, gue bisa jalan sendiri, gw hajar lo Jek " kataku sambil wajahku memerah karena aku sangat malu dilihat oleh berandal itu, ditambah lagi mereka menyoraki Jacky.

"cieee... ternyata minta digandeng, baru dia mau masuk". kata para berandal itu.

Emosiku langsung meluap dan entah kenapa aku tiba-tiba berani berteriak

"Diem lo semua banyak bacot" teriakku.

Semua orang yang sebelumnya tertawa, tiba-tiba menjadi hening.

Dalam situasi hening itu, kami meninggalkan mereka.

Di bagian belakang bengkel ada sebuah rak besar untuk menaruh segala macam spare part motor, di sebelahnya terdapat pintu kecil, lalu kami memasukinya.

Aku terkejut, ternyata kami telah memasuki sebuah ruang tamu rumah. "Ini rumah gue, lo santai aja" Kata Jacky.

Rupanya rumah jacky ada di belakang bengkel tersebut. Tidak ada akses lain untuk memasuki rumah selain dari depan. Dengan kata lain, bengkel itu adalah satu-satunya akses untuk memasuki rumahnya.

Rumah ini terlihat sangat kurang penerangan karena minimnya jendela. Jika pintu yang kami masuki barusan terbuka, barulah ada cahaya masuk. Sebenarnya ada jendela kaca besar untuk masuknya cahaya, tapi dari luar terhalang oleh rak besar dan sparepart.

Dalam cahaya yang remang-remang aku melihat jacky menghampiri seseorang bapak tua yang terlihat sakit sedang duduk di kursi. Dia mencium tangan orang tersebut.

Orang tua itu menanyakan "Gimana bisnismu?"

"Lancar Pah, tenang aja" Jawab Jacky, ternyata itu adalah ayahnya.

"Kenalin Pah, ini temenku, namanya Rai" kata jacky kepada ayahnya untuk mengenalkanku.

Aku tersenyum dan membungkuk untuk memberikan salam. Ayahnya juga tersenyum sambil sedikit mengangguk.

"Cantik ya temenmu heheh" tawa ayahnya terkekeh-kekeh.

"dia paling cantik di sekolah Pah" kata Jacky

"apa lo bilang? maaf om, saya itu sebenarnya..." kataku berusaha mengklarifikasi.

"ssssttttt" Jacky memberiku kode untuk diam

"Nggak usah dijelasin Rai, bokap gue nggak bakal ngerti yang gituan, udah tua, ntar malah tambah pusing" tambah Jacky sambil berbisik.

Aku melihat ayahnya yang hanya tersenyum padaku.

Dengan canggung, aku pun membalasnya dengan senyuman yang kaku. Kemudian ayahnya berdiri dan berjalan dengan tongkat dan masuk ke dalam kamarnya.

Ingin rasanya aku berteriak menjelaskan kepada ayahnya soal kesalahpahaman ini.

"Saya bukan pacarnya Jacky ooomm"

"lo emang iblis Jek"

teriakku dalam hati.

Aku menyesal ganti baju sebelum kesini. Seharusnya aku tetap memakai celana abu-abu, itu akan mempermudah penyelesaiannya. Sebaliknya, Jacky hanya tertawa kecil.

"Sori gw baru aja bikin kegaduhan hehehe" ucap Jacky seolah-olah yang sudah terjadi barusan adalah hal spele.

"Lo gila sih Jek" ucapku.

Jacky hanya terlihat diam…

Ada apa dengannya?

“Rai, kali ini gue mo ngomong serius sama lo. Terserah lo mo nganggep gue apa. Tapi gue rasa, gue harus bilang ini ke lo, ini tentang perasaan gue” kata Jacky dengan serius

“perasaan apa? Jangan ngaco...” tanyaku sedikit waspada dan bersiap-siap untuk menghajarnya.

"Sebelumnya gue jelasin dulu, jadi yang tadi itu bokap gua. Trus yang di depan manggil gue BOS itu pegawai gua. Trus anak-anak berandal itu adalah anak komunitas motor gue, gue jadi ketuanya tahun ini, nama komunitasnya DMC Deathmatch Motor Club. Gue buka bengkel ini dari SMP, soalnya bokap gue sakit-sakitan, nggak bisa cari duit lagi. Jadi gue cari duit sendiri lewat bengkel buat bayar sekolah sama makan. Nyokap gue udah gak ada, bokap gue sakit-sakitan. Kalo gue boleh jujur sama lo, gue udah gak kuat lagi" Kata Jacky.

*****

Apa aku tidak salah mendengar? Seorang Jacky berjuang sendirian untuk keluarganya? Aku merasa seperti ditampar. Pantas saja nilainya selalu buruk karena selain sekolah, dia juga mencari nafkah.

“Gue itu sering telat masuk sekolah, soalnya gue harus buka toko dulu. Trus pegawai gue itu kadang datengnya telat, jadi gue harus nungguin dia dulu, masa bengkelnya gue tinggalin?” lanjut Jacky.

“Kenapa lo gak ngasi tau guru kalo lo harus buka toko dulu? Mungkin aja mereka mau ngerti” kataku memberi saran.

“Gue males urusan sama mereka Rai, yang ada mereka cuma ngomong kalo gue harus fokus belajar. Kalo gue fokus belajar, gue makan apa? Sori Rai, gue kebanyakan curhat.” Jelas Jacky dengan matanya yang mulai memerah sambil mengepalkan tangannya.

Aku menyadari pembicaraan ini sudah mulai ke arah yang serius. Aku harus lebih berhati-hati lagi dalam berbicara.

Jacky melanjutkan “Almarhum nyokap gue punya cita-cita gue bisa lulus SMA. Tapi gue tau, sekolah dan kerja nggak bisa jalan sama-sama. Gue harus milih, mau sekolah, atau mau kerja untuk hidup? Ya jelas gue pilih mau hidup. Gue salah nggak?". Kata Jacky sambil meneteskan air mata.

Pertama kalinya aku melihat sang pembuat onar meneteskan air mata. Aku tidak tahan jika sudah berada di dalam situasi semacam ini.

Mataku pun mulai berkaca-kaca. Aku memiliki hormon perempuan yang membuatku sangat sensitif. Aku yakin dia hanya sanggup bercerita ini kepadaku saja. Karena ini akan merusak reputasinya sebagai preman sekolah. Senakal-nakalnya orang ini, aku harus menghargai perjuangannya.

Jacky melanjutkan “Akhirnya gue milih bengkel ini, udah gue lakuin dari jaman dulu Rai. Tapi sekolah gue jadi telat 3 taon. Umur gue sebenernya 3 taon lebih tua dari lo semua, gue malu sekelas sama kalian...”. Kata Jacky

“Jangan diterusin lagi” Kataku sambil memalingkan muka membelakangi dia. Agar dia tidak bisa melihat wajahku. Aku paling benci dilihat orang dalam keadaan menangis seperti ini.

Ternyata Jacky bukan sengaja menumbuhkan sedikit jenggot, tapi memang karena umurnya yang sebenarnya lebih tua dari kami. Aku sangat menyesal karena selama ini hanya menganggapnya sebagai orang yang tidak berguna.

Aku yang sebelumnya membutuhkan tempat curhat, tapi Jacky justru lebih dulu menjadikanku tempat curhatnya.

Dia belum berhenti menangis. Aku berusaha menenangkan dia.

“Sori Jek, Sini gue peluk” kataku pada Jacky. Dia pun mau aku peluk, dan kami saling berpelukan.

Tiba-tiba…

“Bos, ada tamu mau ketemu”, kata seorang pegawai Jacky yang tiba-tiba masuk lewat pintu kecil.

“Nggak jadi Bos, sori ganggu”. Kata pegawai itu setelah melihat kami berpelukan, kemudian menutup pintunya kembali.

Tamatlah riwayatku. Suasana haru itu tiba-tiba berubah menjadi suasana yang mencekam.

“Gimana ini Jek? Mampus Gue. Kelar hidup gue, elo sih pake cerita-cerita sedih” kataku menyalahkannya.

“Aduh, sori Rai, gue gak tau lagi musti cerita ke siapa” kata Jacky.

Bagiku masih lebih beruntung jika mereka taunya hanya Jacky sedang berpelukan dengan cewek. Jangan sampai orang disini tahu identitasku yang sebenarnya.

Semuanya akan terlihat konyol jika kejadian yang sebenarnya adalah dua orang raja preman sekolah sedang menangis bersama tersedu-sedu sambil berpelukan. Ah tidak... Lebih baik aku mati daripada ketahuan.

"Santai aja Rai, disini bukan komunitas lo, nggak ada yang tau soal lo, gue juga nggak mau ada satu orang pun tau soal identitas lo, tenang aja" Kata Jacky.

"Oke, sekarang gue harus gimana?" tanyaku.

"Ya udah, lo gue anter ke depan" jawabnya.

Baru beberapa langkah setelah keluar dari pintu, para berandal itu langsung menyoraki kami.

"Loh kok udah selese Jek?"

"Lanjutin aja nggak papa"

"Nggak usah sungkan brooo hahaha"

Aku tidak tahan lagi, mataku memandang sekelilingku, mencari sebuah benda yang kira-kira bisa aku gunakan sebagai sebuah senjata untuk menghabisi mereka.

Jacky memegang pundakku, dan mengatakan "Rai, jangan ngerusak rencana gue kalo lo disini mau selamat, mereka orang berbahaya, jangan nambah masalah baru". Katanya sambil berbisik.

Aku menghela nafas yang panjang dan berusaha mengendalikan emosiku. "Baiklah" kataku.

Kemudian Jacky menghampiri para teman-temannya dan bersenda gurau dengan mereka menggunakan bahasa yang kotor dan tidak bermoral.

Karakter Jacky kembali normal di hadapan mereka, karakter pembuat onar yang aku kenal selama ini ternyata hanyalah sebuah topeng belaka, dan sangat berbeda jika dibandingkan dengan dia waktu di ruang tamu, dia menjadi seorang yang sangat peduli pada keluarganya.

Mungkin alasan kenapa dia berpura-pura menjadi berandalan adalah karena bisnisnya. Komunitas balap liar ini sepertinya membutuhkan karakter preman agar dapat menyatu dengan orang-orang seperti mereka, dan Jacky mengambil kesempatan itu untuk mendapatkan keuntungan dari modifikasi motor di bengkelnya.

Di tengah-tengah pembicaraan mereka, aku menyela "Jek, gue mau pulang"

Salah satu teman berandalnya menyindir Jacky "Tuh Jek, parah lo, cewek lo mau pulang gara-gara bete, lo nyuekin dia sih"

Jacky menyadari bahwa aku akan emosi dan dia segera memberikan kode sebuah kedipan mata padaku yang artinya kurang lebih "Inget, jangan emosi".

Aku mengerti maksudnya, jadi aku katakan

"Iya bang, aku mau pulang dulu ya, maaf bang yang tadi"

"Nggak papa, malah kita seneng kok digituin hahaha" Tawa mereka menyindirku.

"Bentar ya man, gue nganter dia dulu kedepan" Kata Jacky kepada teman berandalnya.

Motorku berada agak jauh dari tepat para berandal itu nongkrong, mungkin sekitar 7 meter dari mereka. Lalu Jacky mengantarku kesana, dan aku segera menaiki motorku dan menyalakan mesinnya.

"Tengkyu Rai, lo udah dengerin cerita gue, dan mau temenan ma gue, kenapa lo mau temenan ma gue?" Kata Jacky sambil berdiri di sebelahku.

"Bukan gue yang mau temenan sama lo, tapi lo yang mau temenan sama gue. Gue inget waktu pertama kali masuk SMA, kalo lo nggak nyuruh gw sebangku sama lo, mungkin gue nggak akan dapet tempat duduk, karena yang laen kaya jijik ngeliat gue. Kenapa lo mau sebangku sama gue?" tanyaku balik.

Jacky menghela nafas dan berkata "Gue dulu selalu diajarin sama nyokap gue buat nggak ngebeda-bedain orang lain, termasuk orang yang hina sekalipun. Gue ngeliat cuma lo yang paling hina diantara temen-temen kita hahaha" katanya tertawa puas.

"Sial, jadi itu alasannya" Aku mau marah tapi entah kenapa tidak bisa. Ada benarnya juga kalau dia sudah membela orang hina sepertiku.

"Hahaha jangan marah dulu Rai, lo lupa kalo gue juga hina. Kalo gue nolak lo, sama aja gue nolak diri sendiri. Gue bukan orang munafik. Kalo para berandal gembel kaya mereka aja gue trima, apalagi elo" katanya sambil tersenyum tipis.

Aku sedikit tersanjung dengan jawabannya. Lalu aku menatapnya dan mengatakan "Kata-kata yang bagus dari seorang ketua geng, tapi jangan dikira gue terharu lagi denger kata-kata lo, trus gue meluk lo lagi".

"Jangan lah, maksudnya jangan disini, kita cari tempat sepi di semak-semak" Ejek dia

"Sialan" kataku, sambil menarik gas dan kabur.

"hahahahaha" tawa Jacky terdengar jauh di belakangku.

*****

Keesokan harinya aku bersekolah seperti biasa. Aku sampai di sekolah pukul 6:30, meletakkan tas dan berbicara soal PR dengan siswa lain.

Jacky memasuki kelas pukul 6:45 dengan menggebrak pintu dan membuat kehebohan seperti biasanya, agar orang-orang melihat ke arahnya, termasuk aku.

Tapi kali ini aku jauh lebih menghormati dia dari sebelumnya, entah kenapa ada rasa bangga tersendiri pernah menjadi teman sebangkunya. Perasaan bangga itu meluap-luap, dan aku segera menghampiri dia, dan mengatakan

"Sini Bos, biar saya bawakan tasnya, nggak usah repot-repot" kataku.

"Capek ya Bos? Sini biar saya pijitin" sambil memijit pundaknya.

"Udah ngerjain PR belum Bos? Nyontek punya saya aja" kataku

Semua murid melongo melihat perubahan tingkahku. Sebelumnya semua siswa hanya tau kalau aku dan Jacky adalah partner dalam mencari masalah. Tidak ada yang lebih tinggi diantara kami.

Tapi kata mereka "Sejak kapan Rai jadi anak buahnya Jacky?"

Jacky yang mendengar omongan itu membalas "Nggak ada yang nggak bisa gue taklukin di dunia ini, Rai aja udah bertekuk lutut sekarang hahah"

"Ah, Bos bisa aja" Kataku bercanda.

Terpopuler

Comments

Ainur Cutee

Ainur Cutee

panjang sih alur nya q suka tapi,,,kok kebanyak kan cerita sendiri ya di banding intraksi sama yg lain,jdi bingung,,,bisa g' sih Thor rambut nya si Rai di potong pendek samain sama ank laki2 pada umum nya,,,

2021-10-07

1

Mr Im

Mr Im

lah, jaringan eror

2021-10-01

1

Mr Im

Mr Im

biasanya nemu sahabat itu abis saling adu jotos
ternyata bisa juga pake sesi curhat ya, mewek dan pelukan juga, wkwkwk
keren thor

2021-10-01

1

lihat semua
Episodes
1 Aku adalah...
2 Ribuan Pertanyaan Setiap Tahun
3 Kehidupan Normal
4 Sisi Lain Jacky
5 Salah Begal
6 Kelulusan
7 Masa Lalu Keluarga
8 Cerita Anak SD
9 Dunia yang Lebih Luas
10 Seorang Bernama Erik
11 Menjadi Menantu Gelap
12 Kami Disergap
13 Menjadi Bagian Keluarga
14 Bebas Tugas
15 Buli Terburuk
16 Kesalahan Terbesar
17 Titik Terendah
18 Titik Terendah 2
19 Kedatangan Tamu Istimewa
20 Hari Terakhir
21 Semangat untuk Pulih
22 Keputusan yang Tiba-tiba
23 Semua Ada Akhirnya
24 Selamat Tinggal Guys
25 Pengumuman Author
26 Diriku yang Lain
27 Adikku yang Berharga
28 Putar Otak
29 Pekerjaan Apapun Demi Uang
30 Pekerjaan Apapun Demi Uang 2
31 Menjadi Bintang Iklan
32 Titik Terang Jodoh
33 Pacar Pertama Sejak Lahir
34 Sang Kakak yang Protektif
35 Menjalani Tes Berat
36 Masa Lalu Nozomi
37 Kakak yang Bodoh
38 Insiden Memalukan
39 Bencana Terbesar dalam Sejarah
40 Seorang Pelakor
41 Berbagi Kekasih
42 Komunitas dan Identitas Baru
43 Belum Bisa Move On
44 Terkunci
45 Pengakuan Mengejutkan Sayori
46 Malaikat Bernama nozomi
47 Bertemu Orang Ini
48 Perubahan Formasi
49 Pengakuan Pada Dunia
50 Kejujuran Adalah Awal Kesuksesan
51 Bencana Terbesar Kedua
52 Aku Rindu Negara Ini
53 Bencana Reuni
54 Arti Sebuah Kejujuran
55 Rekonsiliasi
56 Sebuah Akhir
57 Visual Karakter
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Aku adalah...
2
Ribuan Pertanyaan Setiap Tahun
3
Kehidupan Normal
4
Sisi Lain Jacky
5
Salah Begal
6
Kelulusan
7
Masa Lalu Keluarga
8
Cerita Anak SD
9
Dunia yang Lebih Luas
10
Seorang Bernama Erik
11
Menjadi Menantu Gelap
12
Kami Disergap
13
Menjadi Bagian Keluarga
14
Bebas Tugas
15
Buli Terburuk
16
Kesalahan Terbesar
17
Titik Terendah
18
Titik Terendah 2
19
Kedatangan Tamu Istimewa
20
Hari Terakhir
21
Semangat untuk Pulih
22
Keputusan yang Tiba-tiba
23
Semua Ada Akhirnya
24
Selamat Tinggal Guys
25
Pengumuman Author
26
Diriku yang Lain
27
Adikku yang Berharga
28
Putar Otak
29
Pekerjaan Apapun Demi Uang
30
Pekerjaan Apapun Demi Uang 2
31
Menjadi Bintang Iklan
32
Titik Terang Jodoh
33
Pacar Pertama Sejak Lahir
34
Sang Kakak yang Protektif
35
Menjalani Tes Berat
36
Masa Lalu Nozomi
37
Kakak yang Bodoh
38
Insiden Memalukan
39
Bencana Terbesar dalam Sejarah
40
Seorang Pelakor
41
Berbagi Kekasih
42
Komunitas dan Identitas Baru
43
Belum Bisa Move On
44
Terkunci
45
Pengakuan Mengejutkan Sayori
46
Malaikat Bernama nozomi
47
Bertemu Orang Ini
48
Perubahan Formasi
49
Pengakuan Pada Dunia
50
Kejujuran Adalah Awal Kesuksesan
51
Bencana Terbesar Kedua
52
Aku Rindu Negara Ini
53
Bencana Reuni
54
Arti Sebuah Kejujuran
55
Rekonsiliasi
56
Sebuah Akhir
57
Visual Karakter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!