Di sebuah butik kenamaan anak muda, aku terpaku menatap flat shoes cantik berwarna hitam berpita abu-abu. Aku memandangnya cukup lama, karena aku tak berani bicara terlebih dahulu tanpa berpikir mulai sekarang. Jelas Revi ini bukan orang sembarang. Kantongnya tebal! Semua pakaian yang ia kenakan adalah pakaian dengan merk ternama untuk anak muda seusianya.
Revi menatapku lalu mengambil flat shoes yang aku amati sedaritadi. Ia menyuruhku untuk duduk, tanpa aba-aba ia menarik sepatu kets yang aku kenakan lantas melihat ukuran sepatuku.
"Tolong, ukuran 38!" ujar Revi pada pramuniaga.
Aku terbelalak, "Jangan mas, itu mahal!" kataku jaim.
Revi tertawa, "Gak ada yang mahal buat kamu tuan putri. Uang jajanku lebih dari cukup untuk membiayai kegiatan belanjamu!" ujar Revi kalem.
Aku menggeleng cepat, "Tapi aku gak matre! Kegiatan belanjaku juga masih menjadi tanggung jawab Ayahanda." sahutku cepat.
Revi terkekeh geli, "Gak ada yang berani bilang kalau kamu matre. Lagian kamu butuh sepatu cantik untuk ngedate bareng aku."
Aku mendelik, merasa Revi benar-benar memiliki pola pikir yang ajaib. Dia ingin membiayai kegiatan belanjaku? Oh... Apa dia mau belajar menjadi calon suami yang baik. Itu jelas berlebihan.
Aku hanya mengulum senyum, sampai akhirnya pramuniaga datang membawa sepasang flat shoes cantik.
Revi meraihnya, ia berjongkok untuk memasangkan sepatunya di kakiku. Secara mendadak aku terlihat seperti Cinderella. Aku malu karena perlakuannya. Ini sangat berlebihan, tidak baik kalau keluarga ku sampai tahu kejadian ini.
"Lihat, bagus kan?" tanya Revi, aku menyeringai, ia menyeretku ke depan cermin besar. Kami memandang ke cermin itu, saling tersenyum cerah, bahagia dan jatuh cinta.
Jelas sudah pramuniaga yang berdiri di belakang kami tersenyum puas melihat kemesraan remaja yang sedang kasmaran. Tapi ribuan hari kemudian, di suatu sore yang hujan, pramuniaga tadi bertemu lagi dengan seorang gadis yang telah berubah menjadi remaja dewasa. Gadis patah hati yang datang untuk mengenang masa lalunya. Gadis muram yang kehilangan cintanya akibat sebuah kebohongan.
***
"Makam malam dulu ya sebelum pulang." ujar Revi setelah kami kembali menyusuri mal.
Aku melirik jam tangan yang berada di pergelangan tanganku. "Masih jam tujuh. Masih ada waktu dua jam lagi sebelum gerbang rumah di kunci." batinku mentolerir.
Aku menenteng dua paper bag, berisi sepatu ketsku yang lama dan kado untuk Baskara. Sedangkan Revi menggandeng tangan kananku.
Revi menoleh dan tersenyum, "Tuan putri mau makan apa? Junk food atau makanan berat lainnya?" tanya Revi saat kami sedang menaiki eskalator.
Aku berpikir sejenak. Aku jarang makan junk food karena memang dilarang oleh keluarga. Tapi, makan berat lainnya aku juga sudah sering makan.
"Junk food aja." ujarku lugas. Revi mengangguk paham.
Jadilah sekarang kita berada di restoran cepat saji yang berada di lantai dua mal ini. Aku memilih menu yang sama seperti Revi, hanya saja aku lebih memilih air mineral ketimbang soda. Revi tidak bertanya kenapa, ia memilih untuk memesan makanan karena ia berkata sudah terlalu lapar untuk berdebat mengenai soda dan air mineral.
Aku memilih untuk duduk di pinggir kaca sembari menikmati pemandangan sekitar. Pikiranku tersita kembali di saat-saat Ibunda menceritakan om Nanang. Bagaimana caranya aku menghindar dari Om ku sendiri. Aku tidak mau Om Nanang menganggapku sebagai Rinjani kecil yang mengingatkannya pada saat keduanya berpacaran.
Revi datang, lalu duduk di sebrang meja, "Kok ngelamun? Mikirin apa?"
Aku mengerjap seketika, ia menyipitkan matanya heran.
"Apa kamu takut dimarahin orangtuamu karena pulang malam?" tanya Revi khawatir.
Aku berusaha tersenyum, meski terlihat getir tapi aku tetap berusaha menetralkan ekspresiku.
"Gak mungkin Ayahanda marah, Ibunda juga. Mereka berdua tidak galak, hanya saja memang tegas." ujarku menjelaskan.
Terdengar helaan nafas lega dari hidung Revi. Ia lantas tersenyum lebar.
Apa ada yang salah gerangan? Kenapa laki-laki di depanku ini murah senyum. Apa dengan semua orang dia seperti itu.
Ku mohon, cukup dengan aku saja ia slalu tersenyum manis. Terdengar egois, tapi aku juga tidak mau dimakan oleh rasa cemburu karena melihatnya tersenyum ramah kepada gadis lain. Haha...
...Happy Reading 🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
jhon teyeng
agk bingung juga kak dg kata ini......kemudian🤔
2022-08-22
0
Ariyani Ariyani
ada apakah dengan ribuan hari itu ???🤔
2022-05-12
0
mamake
yesss
2022-02-12
0