Bab 3

Acara resmi wisuda sudah selesai. Sekarang para wisudawan berfoto di luar gedung bersama teman, keluarga, atau sahabat. Ada yang berpelukan sambil menangis haru, ada pula yang bersiap-siap untuk melakukan konvoi bersama. 

Aku tersenyum, lalu menghampiri keluargaku yang menungguku di parkiran.  

Sejenak aku menoleh ke arah gedung SMP sebelum masuk ke dalam mobil. Mengingat-ingat lagi kenangan yang pernah terjadi di sekolah ini. Tanpa sadar aku tersenyum, banyak kejadian-kejadian yang aku alami dan akan kenangan indah semasa sekolah. Kelak jika aku dewasa nanti aku akan merindukan Dalilah anak SMP yang apa adanya dan bebas. 

Suryawijaya menarikku, lalu menutup pintu mobil dengan cepat. "Sudah waktunya aku tidak perlu menjaga Mbak dari mas Bimo!" Aku melengos tak menghiraukan ucapan Suryawijaya.

Perlahan mobil keluar dari gerbang sekolah. Meninggalkan kemeriahan yang masih terjadi di gedung sekolah. 

Dalam perjalanan pulang, aku bercerita tentang Baskara yang akan mengikutiku dimanapun sekolah yang aku pilih.

Ibunda mengerutkan kening dan berkata. "Baskara mungkin suka dengan kamu, Mbak!"

Seketika aku berlonjak kaget---tak terima, usia kami hanya selisih satu tahun. Tidak mungkin dia sudah memainkan hatinya untuk persahabatan ini.

"Dulu namanya cinta monyet, Mbak! Tapi kalau sekarang namanya friends zone. Dari persahabatan menjadi cinta." ujar Ibunda sambil tersenyum, lalu matanya mengerjap jenaka.

"Ibunda jangan sok gaul! Aku dan Baskara ini cuma sahabatan, Bun. Lagian Dalilah gak punya teman perempuan karena pasti mereka merasa aku ini menjadi saingan!" ujarku dengan raut wajah muram.

Alasan-alasan mereka yang menolakku cukup klasik karena aku ini anak Raja, anak yang taat peraturan, gak gaul, atau tidak bisa merakyat karena status gelar yang aku sandang. Padahal mereka tidak tahu siap aku, justru aku inilah anak Raja yang merakyat. Hobiku setiap Minggu adalah ke pasar ikut Ibunda beli sayuran sekaligus mengamati kondisi pasar agar Ibunda tahu mana yang harus di perbaiki. Sebagai bonusnya, Ibunda membebaskan ku membeli jajanan pasar. Dan, yang paling aku sukai adalah Klepon.

"Terus Mbak milih SMA mana? Standar internasional di kota ini hanya ada Al Azhar, Budi Mulia, atau SMA negeri 3 saja?" tanya Ibunda dengan nada menawari sekaligus memutuskan sendiri pilihannya.

Aku berfikir cukup lama, Al Azhar memang sekolah standar internasional tapi memakai jilbab, sedangkan keluargaku adalah penganut Islam kejawen. Bisa ribet urusannya kalau aku bawa menyan ke sekolah atau bunga ssesaji. Budi Mulia... Jauhnya minta ampun, aku gak tega kalau Ayahanda harus mengantarku ke ujung timur laut kota ini. Apalagi aku tidak diizinkan untuk membawa motor sendiri. Pilihannya memang hanya SMAN 3 yang dekat dengan rumah dan sekolah Suryawijaya dan Pandu Mahendra.

"Mbak tidak perlu pusing memikirkannya karena Ayahanda sudah mendaftar Mbak di salah satu SMA yang disebut Ayahanda." timpal Suryawijaya di siang bolong yang begitu panas. 

Aku beringsut maju ke bangku kemudi, tempat dimana Ayahanda tersenyum sambil fokus mengemudi.

"Maaf Lilah, Ayahanda dan Ibunda sudah memutuskan beberapa hari setelah pengumuman kelulusan waktu itu. Besok kita hanya perlu datang untuk menyerahkan berkas-berkasnya." ujar Ayahanda lugas. Seketika aku berangsur mundur dan duduk lemas di sebelah Suryawijaya.

Hari ini teramat melelahkan karena drama sepatu hak tinggi dan serangkaian acara wisuda. Belum lagi pikiran tentang Baskara yang menyeret-nyeret masalah hati membuat ku merasakan nyeri yang mulai menjalari kepalaku.  

Selama tiga tahun di SMP, hanya Baskara yang slalu berjalan di belakangku. Menemaniku dan mengajariku bermain basket! Sungguh permainan yang menyenangkan diluar kebiasaan ku.

***

Suasana di ruang keluarga sangat ramai, karena malam ini Ibunda merayakan kelulusan ku dengan mengundang sepupuku yang jumlahnya banyak sekali. Aku mendapat hadiah dari Om ku yang berjumlah sebelas orang. Bisa di bayangkan berapa banyak sepupuku, empat diantaranya adalah saudara kembar. Mereka adalah anak Om Sadewa dan Om Nakula.

Anak Om Sadewa berwajah blesteran Jawa-Australia. Namanya, Arkananta dan Mahardika, Om Sadewa memang sengaja tidak memberi nama yang begitu sama dengan alasan sepele---agar tidak keliru. Tentu saja dengan gelar Raden Mas di depannya karena Om Sadewa juga seorang pangeran.

Adik Ibunda juga bule, Om Keenan dan Bulik Kyle. Meski panggilannya Bulik, Kyle ini baru anak SMP sekelas dengan Suryawijaya. Sungguh malang nasibnya, cantik, belia tapi panggilnya Bulik! Menggelikan. Dan, Bulik Kyle ada di depanku sekarang memegang buku. Mengerjakan PR.

"Ayo Bulik, makan dululah." ujarku sambil menyodorkan roti buatan Oma.

"Ish..." Bulik Kyle mendesis lalu menyambar roti yang aku ulurkan,

"Terimakasih, Mbak." ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari tulisan-tulisan di buku tulisnya.

"Tugas apa sih? Serius banget."

Aku berusaha mengintip tulisannya.

Bulik Kyle mendesis lagi. "Biasa pak Tono!" tandasnya sebelum menepuk-nepukkan sampul buku di jidatnya. "Susah banget Mbak, dimana mas Surya?" tanya Bulik Kyle sambil mengedarkan pandangannya di kerumunan orang-orang yang asyik menikmati kue-kue buat Oma. 

"Di kamar. Mungkin ngerjain tugas yang sama." jawabku tidak pasti, karena sejak tadi siang Suryawijaya memilih menyembunyikan diri di kamar. Melakukan hal-hal yang kadang membuatku ingin mengacak-acaknya rambutnya. Suryawijaya memang berbeda denganku, dia lebih memilih menyendiri ketimbang bergabung dengan kami. Dia... kata Ibunda mengingatkannya pada seseorang.

Bulik Kyle berdiri, ia mengambil beberapa kue sebelum menghilang dari ruang keluarga.

Aku menghampiri Sherina dan Shenina, si kembar yang memiliki sifat cuek, dan jujur apa adanya tanpa tedeng aling-aling. Apapun yang keluar dari mulut mereka slalu ngeselin seperti kali ini.

"Yee... Yee... Mbak Lilah udah SMA, kata Mama anak SMA sudah boleh punya pacar!" seru Shenina. Mataku membulat.

Tolong, ibunya dimana ini. Kenapa bocah SD udah tahu perihal pacar-pacar!

Hello... menstruasi aja belum. Ku cubit pipi Shenina dengan gemas. "Belajar dulu yang rajin, baru ngomongin pacar!" tandasku sambil menyipitkan mata.

"Kata Mama, Mbak Lilah bakal sulit punya pacar karena takut dengan Eyang Kakung dan Ayahanda Raja." bisik Shenina begitu lirih di telingaku.

Seketika itu juga, aku memikirkan ucapan Shenina. Kalau di pikir-pikir bocah ini benar juga. Cowok mana yang berani mendekatiku, cowok mana yang mampu meluluhkan hati Ayahanda dan mengikuti adat kuno di keluargaku. Apalagi, sopan santun sekarang terancam langka, lebihnya lagi dalam keluargaku harus siap sedia berkata "sendiko dhawuh" di setiap saat di setiap waktu.

Mendadak aku khawatir, tapi aku gak mau pusing karena aku masih lima belas tahun. Aku belum memikirkan soal pacar, aku mau sekolah yang rajin, bikin Ayahanda bangga karena prestasiku dan mengejar cita-citaku setinggi langit biru.

Aku kembali bersenang-senang setelah menghabiskan waktu di kamar mandi selama sepuluh menit. Aku berkumpul bersama sepupuku yang lain, bersendau gurau dengan bebas sebelum aku berusia delapan belas tahun. Karena diusia itu aku akan di hadapkan pada keputusan besar untuk memilih. Entah memilih pacar, memilih jurusan perkuliahan, atau memilih takdirku yang sudah di atur oleh sang hyang jagad.

Aku putri mahkota yang terkadang bimbang untuk menentukan pilihan. Aku bimbang dengan jati diriku. Kadang aku ingin menjadi Dalilah rakyat biasa, kadang aku ingin menjadi seorang putri yang di idolakan banyak orang. Tapi, menjadi putri mahkota banyak syaratnya. Sebagian syaratnya sudah Ayahanda dan Ibunda ajarkan. Hanya saja, aku kadang bosan melakukannya.

...Happy reading....

Terpopuler

Comments

Endang Khairunnisa

Endang Khairunnisa

siapa istri sadewa, irene kah

2023-11-29

0

may

may

Tolong😭

2023-10-24

0

may

may

Jadi sedih😢

2023-10-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21.
22 Bab 22.
23 Bab 23.
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30.
31 Bab 31.
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34.
35 Bab 35.
36 Bab 36.
37 Bab 37.
38 Bab 38.
39 Bab 39.
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42.
43 Bab 43.
44 Bab 44.
45 Bab 45.
46 Bab 46.
47 Bab 47.
48 Bab 48.
49 Bab 49.
50 Bab 50.
51 Bab 51.
52 Bab 52.
53 Bab 53.
54 Bab 54
55 Bab 55.
56 Bab 56.
57 Bab 57.
58 Bab 58
59 Bab 59.
60 Bab 60.
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65.
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74.
75 Bab 75
76 Bab 76.
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84.
85 Bab 85.
86 Bab 86.
87 Bab 87.
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92.
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95.
96 Bab 96.
97 Bab 97.
98 Bab 98.
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104.
105 Bab 105.
106 Bab 106.
107 Bab 107
108 Season 2. Bab 1
109 Season 2. Bab 2
110 Season 2. Bab 3
111 Season 2. Bab 4
112 Season 2. Bab 5
113 Season 2. Bab 6
114 Season 2. Bab 7
115 Season 2. Bab 8
116 Season 2. Bab 9
117 Season 2. Bab 10
118 Season 2. Bab 11
119 Season 2. Bab 12
120 Season 2. Bab 13
121 Season 2. Bab 14
122 Season 2. Bab 15.
123 Season 2. Bab 16
124 Season 2. Bab 17
125 Season 2. Bab 18
126 Season 2. Bab 19
127 Season 2. Bab 20
128 Season 2. Bab 21
129 Season 2. Bab 22
130 Season 2. Bab 23
131 Season 2. Bab 24
132 Season 2. Bab 25
133 Season 2. Bab 26
134 Season 2. Bab 27
135 Season 2. Bab 28
136 Season 2. Bab 29
137 Season 2. Bab 30
138 Season 2. Bab 31
139 Season 2. Bab 32
140 Season 2. Bab 33
141 Season 2. Bab 34
142 Season 2. Bab 35
143 Season 2. Bab 36
144 Season 2. Bab 37
145 Season 2. Bab 38.
146 Season 2. Bab 39
147 Season 2. Bab 40
148 Season 2. Bab 41
149 Season 2. Bab 42
Episodes

Updated 149 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21.
22
Bab 22.
23
Bab 23.
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30.
31
Bab 31.
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34.
35
Bab 35.
36
Bab 36.
37
Bab 37.
38
Bab 38.
39
Bab 39.
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42.
43
Bab 43.
44
Bab 44.
45
Bab 45.
46
Bab 46.
47
Bab 47.
48
Bab 48.
49
Bab 49.
50
Bab 50.
51
Bab 51.
52
Bab 52.
53
Bab 53.
54
Bab 54
55
Bab 55.
56
Bab 56.
57
Bab 57.
58
Bab 58
59
Bab 59.
60
Bab 60.
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65.
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74.
75
Bab 75
76
Bab 76.
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84.
85
Bab 85.
86
Bab 86.
87
Bab 87.
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92.
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95.
96
Bab 96.
97
Bab 97.
98
Bab 98.
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104.
105
Bab 105.
106
Bab 106.
107
Bab 107
108
Season 2. Bab 1
109
Season 2. Bab 2
110
Season 2. Bab 3
111
Season 2. Bab 4
112
Season 2. Bab 5
113
Season 2. Bab 6
114
Season 2. Bab 7
115
Season 2. Bab 8
116
Season 2. Bab 9
117
Season 2. Bab 10
118
Season 2. Bab 11
119
Season 2. Bab 12
120
Season 2. Bab 13
121
Season 2. Bab 14
122
Season 2. Bab 15.
123
Season 2. Bab 16
124
Season 2. Bab 17
125
Season 2. Bab 18
126
Season 2. Bab 19
127
Season 2. Bab 20
128
Season 2. Bab 21
129
Season 2. Bab 22
130
Season 2. Bab 23
131
Season 2. Bab 24
132
Season 2. Bab 25
133
Season 2. Bab 26
134
Season 2. Bab 27
135
Season 2. Bab 28
136
Season 2. Bab 29
137
Season 2. Bab 30
138
Season 2. Bab 31
139
Season 2. Bab 32
140
Season 2. Bab 33
141
Season 2. Bab 34
142
Season 2. Bab 35
143
Season 2. Bab 36
144
Season 2. Bab 37
145
Season 2. Bab 38.
146
Season 2. Bab 39
147
Season 2. Bab 40
148
Season 2. Bab 41
149
Season 2. Bab 42

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!