Pukul tujuh pagi...
Aku baru saja selesai mandi. Dan karena tidak ada pakaian ganti, aku terpaksa mengenakan pakaian semalam. Tak lama, bel apartemen pun berbunyi. Aku segera membukakan pintu.
"Nona, saya Jack." Pria tadi datang lalu memperkenalkan diri.
"Oh, iya. Aku sudah siap untuk berbelanja," kataku segera.
"Baik, Nona. Saya akan mengantarkan Anda. Mari." Dia mempersilakanku berjalan duluan.
Aku pun mengiyakan dan tak lupa untuk mengunci pintu apartemen ini.
"Tuan Rain berpesan untuk menemani Nona berbelanja. Mungkin kita akan pergi ke butik terlebih dahulu. Apa Nona keberatan?" tanyanya padaku.
"Tidak, Tuan. Aku memang membutuhkan pakaian ganti," jawabku.
Kulihat pria bernama Jack ini tersenyum. "Panggil saja saya Jack, Nona. Jangan tuan," katanya meminta.
"Oh, baiklah." Aku tiba-tiba tidak enak hati sendiri.
Entah mengapa pria ini tidak ingin dipanggil tuan olehku. Mungkin memang tidak diperkenankan di sini. Ya sudahlah, kuturuti saja.
Hari ini aku akan berbelanja kebutuhan untuk satu minggu ke depan. Untungnya tuanku pengertian, dia tidak membiarkan aku pergi sendirian. Aku ditemani supir pribadinya menuju mal yang ada di kota ini. Katanya sih ini di Dubai, tapi aku belum terlalu yakin. Kunikmati saja perjalananku sampai tiba waktunya untuk tahu sendiri.
Di perjalanan...
Setelah sampai di parkiran apartemen, segera kumasuk ke dalam mobil hitam milik tuanku. Aku duduk di belakang, sedang Jack duduk di depan. Kami kemudian melaju menuju tempat tujuan. Kalau dipikir-pikir supir tuanku ini belum terlalu tua, mungkin masih berusia sekitar tiga puluh lima tahun. Entah jika tuanku, mungkin masih di bawahnya.
"Baru tahun ini saya melihat tuan Rain memiliki seorang asisten wanita." Dia membuka percakapan saat di perjalanan, menuju mal kota ini.
"Benar, kah?" Kutanggapi sebisanya.
"Benar, Nona. Tuan Rain selalu anti dengan asisten wanita, baru Nona saja. Dia juga meminta saya untuk menemani Nona langsung berbelanja. Ini suatu hal yang mengejutkan."
Entah dia memuji atau mengejekku. Aku tidak peduli.
"Tuan Rain tidak mudah percaya kepada orang. Maka saya harap Nona tidak akan pernah mengkhianatinya. Karena kalau hal itu sampai terjadi, saya tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya." Dia mengingatkanku.
Ini seperti peringatan untukku. Aku mengangguk.
"Tak lama lagi kita sampai, Nona. Nanti saya akan ikut menemani berbelanja," katanya lagi.
"Em, Tuan Jack?"
"Ya, Nona? Jack saja." Dia mengingatkan.
"Iya, maksudku Jack. Apakah Anda sudah lama mengenal tuan Rain?" tanyaku menyelidik.
"Saya sudah cukup lama mengenal tuan Rain, Nona. Mungkin ada sekitar tiga atau empat tahun. Setiap tahunnya tuan Rain selalu berkunjung ke sini dan menetap cukup lama. Saya sendiri diberi kepercayaan untuk menjadi supir pribadinya." Dia menjelaskan padaku.
"Oh, begitu." Aku mengangguk lalu kembali menikmati perjalanan ini.
"Nona, kita sudah sampai."
Tanpa terasa aku sudah tiba di tempat tujuan. Sepertinya memang tidak terlalu jauh dari apartemen tuanku. Supir pribadi tuanku ini juga segera membukakan pintu mobilnya. Rasanya aneh sekali, padahal aku cuma pembantunya saja tapi diperlakukan bak pasangan raja.
"Terima kasih, Jack." Akhirnya aku bisa menyebutnya dengan Jack saja.
Saat turun dari mobil, kulihat pemandangan menakjubkan. Banyak gedung-gedung menjulang tinggi dengan tulisan Arab di papan petunjuknya. Aku masih belum percaya jika ini memang benar-benar di Dubai.
"Silakan, Nona."
Jack mempersilakanku masuk ke dalam sebuah gedung besar. Aku pun segera masuk dan melihat apa yang ada di dalam.
Luar biasa!
Gedung mewah yang kumasuki ternyata memiliki banyak butik di dalamnya. Namun, Jack mengarahkanku ke butik yang paling banyak model pakaiannya. Aku pun hanya menurut saja.
...
Sesampainya di dalam, kuperhatikan satu per satu pakaian yang ada. Dan harganya rata-rata menggunakan mata uang dinar dan dirham.
Ternyata benar jika aku sedang berada di Dubai. Jauh sekali dari Indonesia ke Dubai.
Aku masih tak habis pikir jika pintu jatuhan air itu bisa melipat bumi dan mengantarkan aku sampai ke sini. Terlebih aku bisa bertemu dengan seorang pria rupawan yang kuidam-idamkan sejak dulu. Dia seperti pangeran tampan yang baik hati.
Ara, kau terlalu banyak berkhayal!
Aku menggelengkan kepala, tidak ingin terlarut dalam angan. Kulihat Jack juga sedang berbicara dengan salah satu pegawai butik. Dan tak lama pegawai butik itu mendekatiku.
"Silakan dipilih, Nona. Pilih sesuka Anda." Dia menyapaku dengan santun. "Tuan Rain meminta kami untuk melayani Anda dengan sebaik mungkin. Jadi, jangan merasa sungkan." Pegawai butik tersenyum semringah padaku, meminta agar aku memilih pakaian sesuka hati.
Aku tidak tahu siapa sebenarnya tuanku. Tapi rasanya, dia memang orang penting di sini. Akhirnya kupilih saja pakaian sesuka hati. Kupilih beberapa pasang untuk menemani beraktivitas selama satu minggu ke depan, sedang Jack menungguku di depan meja kasir.
Begini rasanya menjadi orang kaya, apa saja serba ada. Andai aku bisa mengajak ibu juga.
Tiba-tiba terlintas di benakku akan ibu di rumah. Aku jadi ingin membelikannya pakaian juga. Tapi mungkin untuk sementara waktu kusimpan saja dulu keinginan itu. Aku baru bekerja dan harus bisa mengambil hati tuanku. Semoga saja aku bisa terus bekerja dengannya. Dengan tuan tampan yang menawan hatiku.
Beberapa jam kemudian...
Setelah berbelanja untuk memenuhi kebutuhan selama satu minggu ke depan, aku kembali ke apartemen. Sedang Jack segera berpamitan setelah mengantarkanku sampai di depan pintu. Dia juga membantuku membawakan banyak barang belanjaan. Rasanya pekerjaanku tidaklah terlalu berat di sini.
Tuanku baik sekali.
Cepat-cepat aku masuk lalu bergegas menutup pintu setelah Jack berpamitan. Dan setelah pintunya kukunci, segera kukeluarkan barang belanjaan dan menatanya. Kulihat jam juga sudah menunjukkan pukul setengah sebelas siang. Lekas-lekas aku merapikan barang belanjaan ini agar cepat tertata.
"Habis ini masak untuk makan siang."
Aku bergerak cepat, tidak ingin keduluan tuanku datang. Segera kubereskan barang belanjaanku lalu memasak. Kumasak makanan cepat saji yang kubeli tadi agar tidak lama tersaji. Dan akhirnya, tepat pukul dua belas siang aku sudah berhasil menyiapkan semuanya.
"Hah, hah. Lelah juga ternyata."
Kuusap dahiku yang berkeringat bersamaan dengan terdengarnya bunyi bel apartemen. Kini aku mengenakan kaus tanpa lengan berwarna merah marun dengan rompi wol berwarna krim. Sengaja kugunakan rompi berlengan panjang agar tidak memperlihatkan gelang pemberian dari nenek itu. Aku tidak ingin tuanku melihat gelang ini karena khawatir dia akan mengambilnya lalu aku tidak bisa kembali pulang bertemu ibu.
"Tuan."
Kubukakan pintu dan ternyata benar jika tuanku yang datang. Dia pun terdiam melihat penampilanku yang sekarang. Celana pensil biru selutut ini seperti telah mencuri perhatiannya. Atau karena dia melihatku menggulung rambut panjangku? Ya, rambutku memang panjang sedada.
"Tuan?"
Aku menyapanya lagi, tapi dia masih diam di depan pintu sambil terus memperhatikanku. Entah kenapa, tapi mungkin saja dia terpesona.
Ah! Mimpi!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 363 Episodes
Comments
maya sari
lucuu nya sikap ara gokil dgn sgala pemikirannya🤣🤣
2022-08-27
1
Syifa
rain banyak diam ya 😅
2021-08-14
1
Syifa
ngakak aku thor si ara lucu 😂
2021-08-14
1