Angin sejuk malam hari ini menerpa wajah cantiknya dengan lembut. Ellena menikmatinya dari balkon kamarnya. Tiupan angin yang sangat menyejukkan.
Saat dia sedang memejamkan matanya untuk menikmati angin sejuk ini, tiba-tiba dia merasakan tanganku digenggam oleh seseorang.
Sontak saja Luna membuka matanya dan mendapati seorang pria yang sedang duduk di kursi rodanya berada di sampingnya. Keanu menarik lembut tangan Ellena, menuntun gadis itu untuk duduk di pangkuannya.
"A-Apa yang kau lakukan?" Ellena tampak memerah karena perlakuan tak biasa suaminya.
"Aku tidak bisa mengendongmu untuk pergi dari sini. Jadi hanya ini satu-satunya cara yang bisa aku lakukan." Keanu mengunci sepasang mutiara coklat milik Ellena yang terus bergerak liar.
"A-Aku bisa jalan sendiri. Tidak bisakah kau turunkan aku saja?" Ellena menatap Keanu dengan tatapan memohon. "Dan satu lagi, berhenti menatapku seperti itu, kau membuatku gugup saja." Ellena menundukkan wajahnya.
Keanu menggerakkan kursi rodanya dengan Ellena masih duduk di atas pangkuannya. "Kau terlihat menggemaskan ketika sedang gugup, Nyonya Xi. Dan rasanya aku ingin sekali menelanku bulat-bulat," Keanu menyeringai. Kedua mata Ellena bergerak liar. Keanu membuatnya semakin gugup.
"Ja-Jangan bicara sembarangan. Kau pikir aku ini permen, jadi bisa di telan hidup-hidup,"
"Bahkan kau lebih manis dari permen yang paling manis sekalipun, aku sangat menyukainya." Keanu menyeringai.
Dan selanjutnya bibir Ellena sudah berada di dalam pagutan bibir Keanu. Sebelah tangan Keanu membingkai wajahnya, sedangkan tangan satu lagi memeluk pinggang rampingnya.
Keanu mengakhiri ciumannya dan menarik dirinya sesaat. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk lengkungan indah di wajah tampannya.
Ellena terpana melihat senyum Keanu yang jarang dijumpainya. Benar-benar tampan. Pasalnya ini pertama kalinya dia melihat Keanu tersenyum, meskipun senyum itu tak lebar dari selembar kertas.
"Ell, aku minta maaf."
Sepasang mata coklat itu membesar. Keanu minta maaf? Padanya? Rasanya terdengar sangat mustahil. "Minta maaf untuk?"
"Untuk semua yang pernah kulakukan padamu." Ucapnya. "Kau maukan memaafkanku?" permintaan maaf Keanu terdengar kaku, dan jika orang lain yang ada di posisinya pasti dia akan berpikir jika Keanu tidak benar-benar tulus.
Ellena memberikan senyum terbaiknya. Memaklumi. Orang seperti Keanu, untuk meminta maaf saja mungkin hal yang sangat sulit.
Ellena mengangguk. "Tentu, kita mari kita lupakan yang pernah terjadi, dan kita mulai semuanya dari awal." Dan sekali lagi Keanu membawa bibir Ellena dalam sebuah ciuman panjang yang memabukkan. Bibir Keanu terus memagut dan melum** bibir Ellena dengan keras. Tidak ada penolakan, Ellena menerima ciuman itu dengan baik.
Ellena merubah posisinya. Gadis itu duduk mengangkang di atas pangkuan Keanu dan posisi mereka saling berhadapan. Kedua tangan Ellena membingkai wajah Keanu dan begitu pula sebaliknya. Kepala mereka saling berputar, terus melum** bibir atas dan bawah bergantian.
Perlahan tangan Keanu berpindah pada tengkuk Ellena. Menekannya dan semakin memperdalam ciuman mereka. Ellena menurunkan tangannya dari wajah Keanu dan mengalungkan pada lehernya.
Ciuman mereka terus berlanjut dan semakin memanas. Dan ketika kebutuhan oksigen mulai mengambil alih, ada inisiatif untuk mengakhiri ciuman tersebut, tapi hal itu tetap tidak mereka lakukan.
Dan ciuman mereka baru berakhir ketika Keanu merasakan pukulan pada dadanya. Sepertinya Ellena benar-benar sudah tidak sanggup untuk melanjutkannya.
"Kau sangat payah, Sayang. Apa kau masih belum berpengalaman, eh?" komentar Keanu sambil menghapus sisa liur yang menetes di bibir Ellena.
Ellena tersipu. Dia malu untuk mengakui jika orang pertama yang berciuman dengannya adalah Keanu. Dan kediaman Ellena, Keanu anggap sebagai jawaban.
"Sudah malam, sebaiknya kau segera tidur. Aku lelah dan ingin segera tidur juga,"
"Kalau begitu aku akan mengantarkanmu ke kamar."
Ellena beranjak dari atas pangkuan Keanu dan kemudian mendorong kursi roda suaminya menuju kamarnya yang kebetulan letaknya bersebelahan dengan kamar yang dia tempati.
Ellena membantu Keanu untuk berpindah dari kursi rodanya ke atas tempat tidurnya. Pria itu tidak langsung berbaring dan memutuskan untuk duduk bersandar pada sandaran tempat tidurnya.
"Bagaimana kalau malam ini kau tidur saja di sini?" tawar Keanu namun segera di balas gelengan oleh Ellena. "Kenapa? Apa kau tidak mau tidur dengan suamimu?" pria itu memicingkan matanya.
"Bukan begitu, Kean. Aku tau kau masih belum terbiasa dengan kehadiranku di dalam hidupmu. Aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman dengan kehadiran orang asing di kamar ini."
"Kau bukan orang asing, Ellena. Kau adalah istriku, dan alasan kenapa aku tidak memintamu untuk tidur satu kamar denganku hari itu karena aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman. Dan aku tidak akan memaksa jika kau memang tidak mau. Tolong tutup kembali pintunya dan segeralah tidur."
Ellena beranjak dari hadapan Keanu dan meninggalkannya begitu saja. Keanu sudah menduganya, Ellena pasti menolak untuk tidur satu ranjang dengannya. Tapi dugaannya salah, Ellena kembali setelah menutup pintu sambil tersenyum lebar.
"Baiklah, malam ini aku akan tidur di sini bersamamu."
Keanu meraih tangan Ellena kemudian menempatkan gadis itu disampingnya. Tak bisa Keanu pungkiri, jika dia selalu menemukan ketenangan dan kehangatan ketika Ellena bersamanya. Dan untuk itu Keanu tidak akan pernah melepaskannya.
.
.
Waktu sudah menunjuk angka 00.00 tengah malam. Tapi Ellena belum juga bisa menutup matanya. Berkali-kali dia mencoba untuk tidur, namun hasilnya tetap saja nihil.
Kedua matanya menatap gamang sosok pria yang kini tengah memeluknya. Seumur hidupnya, Ellena tidak pernah berpikir jika dia akan tidur satu ranjang dengan mahluk yang berbeda gender dengannya.
Ellena mengangkat wajahnya dan menatap wajah damai Keanu yang sedang tertidur pulas. Dia terlihat sangat polos. Dia terlihat tenang. Meskipun dia memang orang yang tenang, tapi kali ini tenang dalam arti yang berbeda.
Ellena mengangkat tangannya dan kemudian diarahkan pada wajah Keanu. Ellena menyibak poni yang menutupi sebagian wajahnya dan mendapati benda hitam bertali menutup mata kirinya. Ada bekas luka di yang begitu ketara di sisi wajah sebelah kirinya. Di bawah benda hitam yabg menutup matanya.
Ellena menyentuh bekas luka itu dan menatap sendu. Pasti rasanya sangat menyakitkan dengan luka seperti itu di saat usianya masih sangat muda. Dan tanpa sadar Ellena meneteskan air mata yang buru-buru di hapus olehnya.
Dan Ellena langsung gelagapan ketika melihat kelopak mata Keanu tiba-tiba terbuka. "Kenapa tidak tidur?" tanya Keanu serak, khas orang baru bangun tidur.
"A-Aku terbangun dan sulit untuk tidur lagi. Aku tadi kebelet pipis, tapi karena kau memelukku terlalu erat jadi aku tidak bisa bergerak." Ellena berdusta. Karena tidak mungkin Ellena mengatakan terang-terangan pada Keanu jika dia tidak bisa tidur.
"Ahh, Maaf. Seharusnya kau membangunkanmu." Keanu melepaskan pelukannya dan merubah posisinya menjadi terlentang. "Pergilah."
"Kemana?" bingung Ellena.
Keanu memicingkan matanya. "Bukankah kau bilang ingin ke kamar mandi?"
"Hahahha... Bagaimana aku bisa melupakan itu. Baiklah, aku akan pipis dulu." Ellena segera turun dan melesat menuju kamar mandi.
Keanu mendengus, laki-laki itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ellena. Dia tampak menggemaskan ketika sedang gugup. Keanu kembali menutup matanya, kedua matanya sangat sulit untuk di ajak kompromi.
Ellena kembali beberapa saat kemudian. Gadis itu membaringkan tubuhnya di samping Keanu dan mencoba untuk tidur. Meskipun sulit, Ellena mencoba untuk menutup matanya.
-
Ellena menghentikan langkahnya saat dia merasakan sesuatu yang dingin dan tajam menempel pada lehernya dan lengan seseorang yang melingkari dadanya.
Ellena melirik orang itu dari ekor matanya. "Apa yang kau inginkan? Apa kau ingin membunuhku?" suaranya terdengar tenang dan tak terlihat panik sama sekali.
"Aku muak melihatmu selalu berkeliaran di rumah ini. Satu manusia saja sudah membuatku kesulitan dan sekarang di tambah satu orang lagi. Dan untuk itu salah satu harus pergi ke Neraka!!"
"Di Dante. Turunkan pisaumu atau kau akan menyesal!!" Ellena menekan di setiap kalimatnya.
"Jangan membuatku tertawa Ellena Su, memangnya apa yang bisa di lakukan oleh wanita sepertimu?" Dante tersenyum meremehkan.
"Kau terlalu meremehkanku!!" Ellena mengambil pisau lipat yang dia simpan di saku dressnya kemudian menusukkan pada perut Dante dalam posisi yang sama. Ellena menyikut dada Dante dan membuat pria itu terhuyung ke belakang.
Ellena menghampiri Dante dan merebut pisau di tangannya ketika melihat pria itu lengah. Dante yang kesakitan mengangkat wajahnya dan menatap Ellena marah. "Kau!!"
"Beruntung kau menyerangku di saat masih pagi buta, sehingga Keanu tidak bisa melihatnya. Dan aku tidak bisa menjamin jika nyawa dan tubuhmu masih bisa menyatu jika dia tau apa yang kau lakukan padaku!!" Ellena menyambar beberapa tisu yang kemudian dia tekankan pada lehernya yang tergores pisau Dante.
Dante mengepalkan tangannya dan menatap Ellena dengan Marah. "Ellena Su, kali ini kau boleh saja menang. Tapi lihat saja, bagaimana aku akan menghancurkanmu!!"
-
Bersambung.
Hallo para pembaca yang baik hati. Ayolah berikan dukungan kalian dengan meninggalkan like komentnya setelah membaca. Kebanyakan pembacaku itu pembaca gelap. Karena satu like koment kalian sangat berarti bagi Author. Dukung terus Novel ini biar bisa maju dan Authornya makin semangat buat lanjutin sampai ending 🙏🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Febby Fadila
Dante nggak ada tobat2nya
2024-11-12
0
Netti
jeritanya membuat kita geram tapisaya suka
2024-09-04
1
Kerimpak Kaca Luya
Ceritanya bagus sekali ya kak🤗🤗 aku baru aja jumpa ternyata sangat menarik😍😍🥰🥰
2022-10-19
1