Shifanya memicingkan matanya melihat sebuah mobil mewah keluaran terbaru yang di gadang-gadang hanya ada 10 unit di dunia tiba-tiba berhenti di depan toko bunganya.
Tapi bukan itu yang membuat Shifanya terheran-heran melainkan warna coklat bergelombang yang baru saja turun dari mobil tersebut. Sontak saja kedua mata Shifanya membelalak sempurna.
"ELLENA!!"
Ellena tersenyum seraya membuka lebar-lebar kedua tangannya sambil berlari menghampiri Shifanya. Mereka saling berpelukan. "Aku merindukanmu, Shishi," ucap Ellena sambil mengeratkan pelukannya.
"Aku juga,"
Shifanya membuka kembali matanya. Dengan kasar dia mendorong kasar tubuh Ellena hingga terhuyung. "Yakk!! Gadis sialan, pergi kemana saja kau selama satu Minggu ini, eo? Apa kau tau bagaimana cemas dan paniknya aku?" amuk Shifanya pada Ellena.
Ellena mendengus geli. "Tidak usah berlebihan, Nona Kim. Apa kau tidak sadar jika kau sudah seperti induk ayam yang hampir beranak!! Lagipula aku baik-baik saja. Tenanglah dulu, aku akan menceritakan semuanya padamu." Tutur Ellena.
"Aisshh..!! Gadis ini, jelas-jelas aku sangat mencemaskannya. Tapi bisa-bisanya dia bersikap santai," Shifanya menggelengkan kepala.
Ellena meninggalkan Shifanya lalu menghampiri Evan. "Kau bisa pergi dulu. Mungkin kau akan merasa bosan menungguku karena aku akan berada di sini dalam waktu yang cukup lama. Dan aku juga sudah mendapatkan ijin dari Tuan Muda-mu. Aku akan menghubungimu nanti."
Evan mengangguk. "Baik, Nyonya."
Selepas kepergian Evan, Ellena kembali pada Shifanya. Dia akan memberikan penjelasan pada Shifanya sebelum gadis itu semakin banyak bertanya.
Sementara itu....
Evan langsung menghentikan mobilnya saat netra hitamnya tanpa sengaja melihat sebuah mobil yang terlihat mencurigakan terparkir tak jauh dari toko bunga milik Ellena dan sahabatnya.
Seingat Evan, mobil itu tadi tidak ada saat dia menurunkan Ellena di sana. Di dalam mobil itu sedikitnya ada empat orang pria yang terlihat mencurigakan, dan semua memakai penutup wajah. Sehingga Evan tidak bisa melihat seperti apa rupa mereka.
Entah kenapa Evan memiliki sebuah firasat buruk, apalagi dia melihat saat salah satu dari keempat pria itu mengarahkan teropongnya pada Ellena. Evan mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Tuan Mudanya.
"Baik, Tuan Muda. Saya mengerti,"
Evan memutar balik mobilnya. Keanu memerintahkan supaya dia tetap di sana dan menemani Ellena.
Sepertinya Keanu tidak ingin jika hal buruk sampai menimpa gadis yang sejak dua hari lalu itu berstatus sebagai istrinya. Mungkinkah Keanu peduli pada Ellena? Tidak ada yang tau dan menebak apa yang ada dipikiran pria bermarga Xi tersebut.
"Evan, kau kembali?" kaget Ellena melihat Evan datang menghampirinya.
Pria itu terlihat sedikit canggung. Evan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya tersenyum tiga jari.
"Saya tidak memiliki kerjaan, Nyonya. Tuan Muda sedang melihat proyek barunya bersama Erica, jadi saya pikir menemani Anda di sini adalah pilihan terbaik. Lagipula di sini ada banyak pemandangan bagus yang bisa membuat saya tidak akan merasa bosan," ujarnya sambil melirik Shifanya yang sedang berbincang dengan seorang pelanggan.
"Begitukah?"
Evan mengangguk. "Dan jika ada yang berniat buruk pada Anda, saya bisa langsung melindungi Anda," tuturnya.
Ellena terkekeh geli melihat ekspresi Evan yang terlihat begitu menggemaskan. "Baiklah, terserah kau saja. Dan bisakah kau tidak memanggilku Nyonya? Itu membuatku terlihat lebih tua dari usiaku,"
"Baiklah, saya akan memanggil Anda dengan sebutan Nona Muda saja,"
"Itu terdengar lebih bagus," Ellena tertawa.
Evan melihat sosok berbeda dari diri seorang Ellena Su setelah mengenalnya lebih dekat. Sangat berbeda dengan di saat pertama kali mereka bertemu di mana Ellena yang selalu bersikap sinis dan berkata ketus.
Ellena adalah gadis yang terbuka, lembut, hangat, sederhana dan pekerja keras. "Oya, Evan. Apa kau ingin minum atau makan sesuatu? Aku akan keluar sebentar untuk membeli makanan dan minuman," tawar Ellena seraya bangkit dari duduknya.
"Nona tidak perlu pergi sendiri. Biar saja saja yang membelikan untuk Anda. Rasanya tidak pantas jika seorang majikan melayani bawahannya,"
"Apa yang kau katakan. Kita itu sama, tidak ada majikan atau bawahan. Tetaplah di sini dan aku akan segera kembali,"
"Tapi, Nona-"
"Sudah biarkan saja. Kau tidak akan memang melawan orang keras kepala seperti dia. Sebaiknya tunggu saja dia di sini." Ujar Shifanya.
Tapi bukan itu yang menjadi biang masalahnya. Tapi sebuah Van hitam yang terparkir di seberang jalan. "Sial!!" Evan mengumpat ketika melihat Van tersebut mulai bergerak. Dia tidak boleh sampai kecolongan. Evan berlari keluar tanpa peduli dengan tatapan bingung Shifanya.
Ckittt...
Ellena terkejut melihat sebuah Van hitam berhenti tepat di depannya. Dua orang terlihat turun dari Van tersebut dan menyeretnya dengan paksa, memaksa Ellena untuk masuk ke dalam Van tersebut
"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!! atau kalian akan menyesal." Ucap Ellena memperingatkan.
Bruggg...
Cengkraman salah seorang dari kedua pria itu terlepas setelah kepalanya dihantam oleh helm oleh seseorang dari arah belakang. Belum sempat dia melawan, pria itu terjungkal setelah mendapatkan tendangan telak pada ulu hatinya.
Sontak saja Ellena menoleh dan matanya membelalak sempurna melihat siapa orang yang datang menyelamatkannya. "Steven!!" Pekiknya terkejut.
Steven menarik lengan Ellena dan menempatkan gadis itu di balik punggung tegapnya. Dan saat itu Evan juga datang. Steven melirik pria itu yang terlihat mengangguk.
"Nona, kita pergi dari sini. Di sini sangat berbahaya untukmu. Sebaiknya kita kembali ke toko saja."
"Tapi bagaimana dengan dia? Dia hanya sendiri, apa dia bisa menghadapi mereka?"
"Nona tenang saja, karena dia bukan lelaki yang payah." Ucap Evan meyakinkan.
Ellena menoleh dan melihat Steven mengangguk padanya. "Baiklah, ayo kita pergi." Evan mengangguk.
Melihat Ellena sudah tidak ada di sana lagi membuat Steven bisa lebih leluasa menghajar mereka. "Maju kalian semua," pinta Steven pada ketiga pria itu.
Ketiganya maju secara bersamaan sehingga perkelahian pun tak bisa di hindari lagi. Steven menghindari semua pukulan yang mengarah pada titik vitalnya dengan berkelit ke kanan dan ke kiri. Dia bisa menghindari serangan itu dengan mudah. Dan tak ada satu pukulan lawan yang berhasil menyentuh tubuhnya.
"Aku rasa sudah cukup bermain-mainnya. Dan sekarang giliranku,"
Steven menghajar mereka dengan brutal dan tak kenal kata ampun. Dan dalam waktu yang relatif singkat, Steven berhasil melumpuhkan mereka semua.
Steven menarik pakaian salah satu dari ketiga pria itu. "Katakan padaku!! Siapa yang sudah menyuruh kalian?"
"Se-seorang wanita bernama Dellia Su,"
Steven menghempaskan tubuh pria itu hingga kepala dan punggungnya menghantam aspal dengan sangat keras.
Kemudian Steven beranjak dan pergi begitu saja. Pria berpenampilan serampangan itu terlihat menghampiri Ellena yang masih terlihat syok karena insiden tersebut.
"Kau tidak apa-apa?" Ellena mengangkat wajahnya saat mendengar suara dingin seseorang masuk dan berkaur di telinganya. Ellena menggeleng. Meyakinkan pada Steven jika dirinya baik-baik saja.
"Karena urusanku di sini sudah selesai, sebaiknya aku pergi sekarang. Lain kali hati-hati dan jaga dirimu baik-baik," pria dalam balutan jeans hitam, tanktop putih yang di balut Leather veat hitam itu menepuk kepala coklat Ellena dan pergi begitu saja.
Lalu pandangan Ellena bergulir pada Evan. "Aku harap kau tidak salah paham dengan hubunganku dan pria berandalan itu dan berfikir yang tidak-tidak. Aku tidak akan melakukan tindakan bodoh yang akan merugikan diriku sendiri,"
Evan tertawa. "Hahaha...! Tenanglah, Nona. Anda tidak perlu sepanik itu. Aku bukanlah tipe pria yang mudah menaruh rasa curiga. Wajar jika seorang gadis cantik memiliki kenalan seorang pria keren. Dan kau tenang saja, aku tidak akan cerita macam-macam pada Tuan Muda," tuturnya.
"Ke-kenapa kau malah mengungkit-ungit mengenai Tuan Mudamu? Jelas-jelas aku tidak membahasnya,"
"Ahahaha...!! Begitu ya, baiklah-baiklah. Sebaiknya kita tidak usah membahas Malasah ini lagi, oke."
Drett... Drett... Drett..
Perhatian Evan sedikit teralihkan oleh getar pada ponselnya. Ada pesan masuk dari Keanu.
"Selidiki apa motif Dellia Su mengirim orang untuk menculik Ellena,"
Evan memasukkan ponsel itu ke dalam saku jasnya tanpa berniat untuk membalas pesan tersebut. Dia kembali membaur bersama Ellena dan Shifanya. Saat ini kedua perempuan itu sedang sibuk merangkai bunga.
"Nona, mohon ajari saya. Saya ingin belajar merangkai bunga juga," seru Evan dan kemudian bergabung bersama kedua perempuan cantik itu.
Ellena melambaikan tangannya pada Evan seraya tersenyum lembut. "Kemarilah, kami berdua akan mengajarimu."
Evan tersenyum dan menghampiri mereka berdua dengan semangat. "Baik, Nona."
-
Suara decitan pintu di buka dari luar tak membuat fokus Keanu terusik sedikit pun. Pria yang selalu duduk di kursi rodanya itu tetap fokus pada tumpukan dokumen yang penuh dengan uang di depannya.
"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, Hyung." Ucap orang itu, dari nada bicaranya terdengar jelas jika dia sedang menahan amarah.
"Katakan," pinta Keanu tanpa menatap lawan bicaranya.
Brakk..!!
Pria itu menggebrak meja di depannya dengan keras. Dia kesal karena Keanu bersikap acuh padanya. "AKU SEDANG BICARA PADAMU, XI KEANU!!" bentak orang itu marah.
Keanu mendesah berat. Dengan malas dia mengangkat wajahnya dan menatap datar pria dihadapannya. "Sekarang katakan, apa yang ingin kau bicarakan denganku?"
"Kenapa kau menurunkan jabatanku dan menempatkanku di bagian yang paling aku benci? Sebenarnya apa masalahmu denganku?Kita bersaudara, kenapa kau tidak pernah bersikap baik padaku?"
"Bagus aku hanya menurunkan jabatanmu dan tidak membuatmu menusuk di penjara setelah apa yang kau lakukan pada perusahaan ini. Sekarang keluarlah, aku masih banyak pekerjaan."
"XI KEANU!!"
"KELUAR!!" bentak Keanu penuh emosi. Pria itu 'Dante' mengepalkan tangan dan pergi begitu saja. Kemudian Keanu menghubungi seseorang. "Kemasi semua barang-barang, Xi Dante. Dan mulai sekarang dia akan bekerja sebagai OB."
Keanu kembali memfokuskan dirinya pada pekerjaannya. Keanu bukanlah tipe pria yang suka bertele-tele, itulah kenapa dia langsung mengambil keputusan untuk menurunkan lagi jabatan Dante dan menempatkannya sebagai OB. Karena menurut Keanu itu adalah posisi yang paling tepat untuk Xi Dante.
-
"Menyingkirkan dari jalanku?" pinta Ellena.
Ellena menatap bergantian sepasang ibu dan anak yang sedang menghalanginya untuk masuk ke dalam rumah. "Tidak!! Kami tidak akan membiarkanmu masuk ke dalam rumah ini lagi, sebaiknya kau segera angkat kaki dari sini atau-"
"Atau apa?" sahut seseorang dari arah belakang .
Sontak saja Ellena menoleh dan melihat kedatangan Keanu. Keanu menatap tajam ibu dan adik tirinya itu. "Siapa kalian? Berani sekali kalian melarang istriku untuk masuk ke dalam!! Apa kalian sudah bosan hidup?" Keanu menatap mereka berdua bergantian.
"Oppa, kami adalah keluargamu. Tapi kenapa kau lebih membela dia?" Penny melayangkan protesnya. Dia tidak terima karena Keanu lebih membela Ellena yang jelas-jelas hanya orang asing di mata mereka.
"Memangnya sejak kapan kalian menjadi keluargaku? Di mataku kalian hanyalah kumpulan parasit yang menjijikkan!!"
"XI KEANU!!"
Plakk...!!
Ellena menahan tangan Jang Marry yang hendak menampar Keanu dan kemudian berbalik menamparnya. "YAKK!! BERANI SEKALI KAU MENAMPAR IBUKU!!" teriak Penny yang tidak terima melihat ibunya di tampar oleh Ellena.
Plakk....!!
Ellena menampar Penny sebelum perempuan itu berhasil menamparnya. "Ini hanya peringatan kecil untuk kalian berdua. Jangan hanya karena kalian tinggal di sini kalian bisa bertingkah dan bersikap seenaknya. Sekarang aku adalah Nyonya Besar di rumah ini, dan aku tidak akan membiarkan kalian berbuat seenaknya lagi." Kemudian Ellena meninggalkan mereka berdua dan membawa Keanu masuk ke dalam.
"Aarrrkkkhh. Perempuan itu sungguh keterlaluan!! Berani sekali dia bersikap kurang ajar padaku. Ellena Su, kita lihat saja. Sampai berapa lama kau bisa bertahan di rumah ini, aku akan membuatmu tidak betah dan kau akan merasakan bagaimana Nerakanya dunia!!" Marry mengepalkan tangannya. Amarah terpancar jelas dari mata hitamnya.
.
.
"Aku dengar kau hampir saja di culik tadi, apa kau baik-baik saja?" tanya Keanu memastikan.
Ellena menoleh dan menatap Keanu dengan meta memicing. "Kau mencemaskanku?"
"Tidak, aku hanya penasaran saja. Tapi baguslah kau tidak terluka sama sekali. Lagipula jika kau sampai terluka lalu siapa yang akan merawatku nanti!!"
Ellena mendecih dan menatap Keanu sebal."Dasar tidak punya hati. Bagus ada seorang pemuda tampan yang tiba-tiba datang dan menjadi pahlawan," ujar Ellena membanggakan Stevan.
Keanu memicingkan matanya kanannya. "Kau berani sekali memuji pria lain di depan suamimu. Kemarilah, kau harus dihukum." Keanu menarik lengan Ellena dan membuat gadis itu jatuh ke atas pangkuannya.
Ellena menutup rapat-rapat matanya melihat Keanu mendekatkan wajahnya. Sepertinya Ellena berpikir jika Keanu akan mencium dirinya. Tapi sampai beberapa detik dia tidak merasakan apapun juga. Sontak saja Ellena membuka matanya dan....
CHU....
Sebuah ciuman langsung mendarat pada bibir ranumnya. Ellena terkejut karena Keanu menciumnya dengan tiba-tiba. Sebelah tangan Keanu menekan tengkuk Ellena, sedangkan tangan satu lagi dia gunakan untuk memeluk pinggang rampingnya.
Meskipun awalnya ragu. Tapi akhirnya Ellena memberanikan diri untuk membalas ciuman Keanu.
Kedua tangan Ellena membingkai wajah Keanu dan bibir mereka saling memagut di luar bibir masing-masing. Mengecup, menghisap dan saling melum**.
Dan entah memiliki keberanian dari mana sampai-sampai Ellena berani membalas ciuman Keanu, dan balas melum** bibirnya. Keduanya sama-sama terbuai dalam sebuah dimensi waktu yang serasa melambat.
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Febby Fadila
jangan2 steven itu adalah keanu
2024-11-12
0
Sulaiman Efendy
LIAT REAKSI EVAN TRHADAP STEVEN JUGA MNCURIGAKAN..
2023-12-17
2
Sulaiman Efendy
PENASARAN DGN SOSOK STEVEN, SIAPAKH DIA...??
2023-12-17
1