Siapa yang tidak senang mendapat perhatian dari orang terkasih, pun sebaliknya, melayani orang yang dikasihi tentu saja membuat bahagia, itu yang Alex rasa.
Setelah makanan yang dipesannya datang, Alex dan Jonathan menyajikannya di meja makan. Dua lelaki beda generasi itu kompak dan memang cocok disebut anak dan ayah.
"Om, kita bangunkan Kakak saja?" tanya Jonathan.
Alex melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah menunjuk ke angka 19:30.
"Kita tunggu sebentar lagi saja. Kalau kamu lapar, makanlah dulu."
Jonathan menggeleng. "Jo tunggu Kakak sa-" Ucapanya terhenti karena Syakira menghampiri mereka.
"Maaf, ketiduran," tutur Syakira diiringi senyum dan duduk di kursi.
"Sudah bangun? Kenapa ke mari? Nanti Kakak antar makannya ke kamar," ucap Alex.
"Ish! Yang sakit itu tangan, Kak. Kaki masih bisa jalan, pun badan Sya tidak panas, tidak usah berlebihan. Ya sudah, ayok, kita makan saja."
Mereka menikmati makan malam bersama. Tidak ada percakapan apa pun, hanya terdengar kerupuk yang digigit dan dentingan sendok yang beradu dengan piring.
Setelah menikmati makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga menikmati kebersamaan laiknya sebuah keluarga kecil.
Jonathan menceritakan jika Syakira banyak uang, sehingga dirinya bisa membeli beberapa camilan. Kejadian di sekolah dan toko pun tak luput dari bahasannya.
Alex merasa haru sekaligus bahagia karena bisa membuat Jonathan senang. Ia semakin yakin jika dirinya ingin menjaga kakak beradik itu seumur hidupnya.
Alex membuang napas kasar, "Ya ampun, mau jadi apa mereka masih kecil sudah berbuat seperti itu?"
"Sekarang mereka sudah baik, Om. Semuanya mau berteman sama Jo." Penuturan Jonathan membuat Syakira merasa lega.
"Baguslah kalau begitu. Kalau sampai begitu lagi, Kakak pindahkan saja sekolahmu, Jo."
Syakira mengusap pucuk kepala Jonathan, "Sana tidur, sudah malam. Besok biar nggak kesiangan."
Setelah berpamitan kepada keduanya, Jonathan beranjak dan pergi tidur. Kini, tinggallah Syakira dan Alex.
Syakira tak hentinya mengucap terima kasih atas kebaikan yang selama ini Alex berikan kepadanya.
Alex mendaratkan jari telunjuknya di bibir Syakira. "Kalian sama sekali tidak merepotkan dan maaf juga bukan maksud Kakak meremehkanmu, Sya. Kakak hanya ingin membuat orang yang Kakak cinta senang, bahagia," tutur Alex.
"Ci-cinta? Ma-maksudnya?"
"Ya, Kakak cinta sama kamu. Kakak menyayangi kalian. Jadi, izinkan Kakak menjagamu juga Jonathan."
Bulir bening meluncur dari pelupuk mata Syakira. Ia merasa terharu karena ada orang yang begitu tulus.
Alex mengusap air mata yang jatuh di pipi Syakira. "Kenapa menangis, hm?"
Tanpa kata, Syakira menghambur memeluk tubuh kekar Alex. Tangisnya semakin pecah.
Pria beralis tebal itu hanya mampu membalas pelukan dan membiarkan sang gadis meluapkan segala gundahnya.
"A-aku juga ci-cinta sama Kakak, bahkan dari awal kita bertemu," tutur Syakira di sela tangisnya. Ia pun mengungkap kenapa dirinya tidak menyatakan cintanya sedari dulu kepada Alex.
Alex tersenyum lebar, dirinya merasa bahagia atas pengakuan Syakira.
"Lalu?" tanya Alex sembari melerai pelukan.
"Apa?"
"Kita sepasang kekasih?"
Pipi Syakira bersemu merah, ia tertunduk malu.
"Atau kita mau langsung nikah saja? Bagaimana?" sambung Alex.
"Ih ... apa sih, Kakak!" ucap Syakira sembari memukul pelan lengan Alex.
Akhirnya, Syakira meng-iya'kan jika mereka adalah sepasang kekasih. Senyum tak henti terukir indah di bibir keduanya. Canda dan tawa mengawali hubungan mereka.
Tepat pukul sepuluh malam, Alex berpamitan pulang.
"Sampai ketemu besok, Sayang," pamit Alex lalu meng*cup pipi Syakira.
Sang pemilik pipi hanya diam mematung. Matanya membulat sempurna, merasa tidak percaya karena Alex memanggilnya sayang dan menc*um pipinya, sedangkan sang pelaku berlalu pergi dengan semringah.
Seketika Syakira tersadar jika Alex tak lagi ada di dekatnya.
"Ya, Tuhan. Aku sampai tidak sadar jika dia sudah pergi," gumam Syakira.
Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tetapi rasa kantuk tak kunjung menyapa Syakira. Rasa sakit pada tangan pun seolah hilang begitu saja.
"Aaaaa ... aku baru merasa sebahagia ini!" ucap Syakira sambil memeluk bantal guling bahkan menc*uminya seolah itu adalah Alex.
***
Hal yang sama dirasakan oleh seorang Alex Gavin Diaz.
Cinta benar-benar membuat orang seperti hilang akal. Bagaimana tidak, Alex mendekap sebuah bantal dan mengajaknya berdansa sambil bersenandung lagu cinta.
My love, there's only you in my life
The only thing that's right
My first love
You're every breath that I take
You're every step I make
And I, I want to share
All my love with you
No one else will do
And your eyes, your eyes, your eyes
They tell me how much you care
Ooh, yes
You will always be
My endless love
Two hearts
Two hearts that beat as one
Our lives have just begun
"Aku janji, Sya. Akan mencinta dan akan terus membuatmu bahagia," ucap Alex menatap bantal lalu memeluk dan membawanya tidur.
***
Bias mentari pagi sudah tampak di ufuk timur. Ribuan titik embun bergelayut manja di dedaunan dan semilir angin pagi yang berembus menambah segar suasana ibu kota.
Dua anak manusia sedang berkutat dengan kesibukan masing-masing. Jonathan sedang memakai seragam sekolah dan Syakira menyapu lantai teras depan juga merapikan beberapa pot bunga yang terjatuh karena angin kencang sewaktu hujan kemarin sore.
Tepat pukul enam pagi, Alex datang. Rupanya ia yang mengantar langsung sarapan pagi ini.
"Pagi, Sayang," sapa Alex.
Syakira menoleh ke arah suara. "Eh, Kakak. Pagi juga, Kak."
"Kamu sedang apa?"
"Ini, Kak. Pot bunga berjatuhan, Sya sekalian saja ganti sama pot yang baru."
Alex menggeleng dan menahan tangan Syakira agar menyudahi pekerjaannya.
"Sayang ... ingat kata dokter, tangan kamu ini jangan terlalu banyak gerak dulu. Sekarang cuci tangan, kita sarapan," bujuk Alex.
Syakira berdiri tegak dengan sikap memberi hormat kepada sang kekasih seraya berkata, "Iya, iya ... siap laksanakan, Bos kyu!"
Lengkungan indah tergambar jelas di bibir Alex, ia merasa gemas dengan tingkah Syakira.
Keduanya masuk ke dalam rumah dan menghidangkan sarapan yang Alex bawa.
"Om Alex!" sapa Jonathan dengan binar bahagia, "kapan datang? Jo seneng Om ke mari lagi," sambungnya sembari mendudukkan bokongnya di kursi.
"Baru saja, Boy," sahut Alex, "benarkah kamu senang Om datang?"
Jonathan mengangguk.
Alex menghampiri Jonathan dan berbisik, "Om sudah jadi pacar Kakakmu sekarang."
Mulut Jonathan menganga seiring matanya yang membulat sempurna.
"Benarkah?"
"Tentu," sahut Alex dengan bangga.
"Pacar itu apa, Om?"
"Oo ... oww!" Pria keturunan negara Paman Sam itu menepuk keningnya. Sepolos itukah Jonathan, pikir Alex.
Syakira menahan tawa karena melihat ekspresi Alex.
"Em ... pa-pacar itu ... seperti apa ya," sahut Alex bingung, "perempuan dan la-"
"Pacar itu teman spesial, Jo," ucap Syakira cepat.
"Nah ... itu maksudnya, Jo," kata Alex membenarkan.
Jonathan hanya mengangguk seolah ia mengerti. Tak mau ambil pusing dengan urusan orang-orang berumur di hadapannya, ia memilih menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Sepolos itu kah adikmu, Sya?" bisik Alex.
"Hmm, makanya jangan ucapin kata-kata aneh atau menjurus ke hal-hal yang bersifat dewasa, ish!" Syakira mencubit tangan Alex.
"Aww! Sakit, Yang," pekik Alex, "Kakak pikir dia tahu." Alex terkekeh sembari mengusap lengan yang dicubit.
Sarapan sudah mereka nikmati. Saatnya mengantar Jonathan ke sekolah.
"Ayok, Dek. Nanti terlambat," ajak Syakira.
"Kamu diem aja di rumah, Yang. Biar Kakak yang antar Jo," tutur Alex.
"Jo diantar Om Alex?" tanya Jonathan sembari menyungging senyum.
Alex mengangguk dan mengambil tas Jonathan.
Setelah keduanya berpamitan, mereka berangkat diiringi lambaian tangan Syakira.
***
Sesampainya di sekolah, Alex mengantar Jonathan sampai di kelas. Tentu saja membuat hati anak itu senang. Tak hentinya bibir berucap terima kasih dan memeluk Alex.
Dengan bangganya Jonathan memperkenalkan Alex kepada teman-teman jika dirinya diantar oleh 'Om'.
Netra Alex berkaca. Rasa ingin memiliki dan menjaga Syakira serta adik semakin yakin. Ia berniat akan mengenalkan Syakira kepada orang tuanya. Lebih cepat lebih baik.
***
Pagi-pagi sekali keluarga Anderson kedatangan tamu seorang perempuan cantik nan se*si. Dia adalah Helena Ramirez-kekasih Edric. Ia seorang model ternama di negara Lumbung Padi-Thailand.
Karir yang ia raih tak lepas dari campur tangan Edric. Mereka adalah pasangan kekasih sedari SMA dan terkenal sebagai pasangan paling fenomenal hingga sekarang.
"Tuan Mudamu ada di mana?" tanya Helena kepada Mbok Asih di bibir pintu.
"Ada Non, sedang sarapan," jawab si Mbok, "silahkan masuk, Non."
Helena berjalan dengan anggun menghampiri keluarga Edric yang sedang menikmati sarapan. Bunyi hight heels yang beradu dengan lantai sontak membuat semua orang menoleh ke arah suara.
Ekspresi senang dan terkejut menghiasi wajah mereka. Bagaimana tidak, Helena datang dengan mengenakan pakaian serba mini membuat siapa saja risih melihatnya. Mungkin saja lelaki hidung belang akan senang, tetapi tidak untuk Lidya.
Edric menyudahi suapannya dan menghampiri Helena.
"Waw, kejutan sekali. Kenapa pulang ke Indonesia tidak memberi tahuku, Honey? Aku kan bisa jemput kamu di bandara," tutur Edric seraya memeluk Helen.
Helen mengalungkan tangannya di leher Edric. "Sengaja, aku ingin memberi kejutan untukmu, Sayang," ucapnya manja.
Edric yang tergila-gila kepada Helena tentu saja merasa senang. Semburat bahagia tampak dari wajahnya.
"Ekhem!" Lidya terbatuk seolah mengingatkan dua sejoli itu jika di sana tidak hanya ada mereka saja.
"Ups! Sampai lupa kalau ada Mama dan Papamu," tutur Helen kemudian menghampiri.
"Apa kabar, Om dan Tante?"
"Baik," sahut John Anderson- ayah Edric.
"Mama sudah kenyang, permisi." Lidya tidak mengindahkan sapaan Helena. Ia beranjak dan pergi ke dapur.
Helena menatap punggung Lidya dengan sinis.
"Maafkan Mama, ya," ucap Edric, "lebih baik kita sarapan saja, yuk."
"Jangan diambil hati, duduklah," titah John.
"Kalau begitu Papa berangkat duluan, Ed," sambung John.
Lidya menampakan batang hidungnya, tetapi netranya seolah tidak melihat Helena.
"Papa berangkat sekarang?" tanya Lidya seraya merapikan dasi John.
"Hmm," sahutnya sembari mengangguk.
Lidya mengantar suaminya ke depan pintu. Matanya terus menatap kepergian John hingga mobilnya hilang dari pandangan.
Saat membalikan badan ternyata Helena sudah ada di belakang Lidya, sontak saja membuatnya kaget.
"Cih! Hei nyonya, apa kau tetap membenci diriku?" tanya Helena.
"Sampai kapan pun aku tidak akan sudi menerima kamu sebagai menantuku!" tegas Lidya.
Helena tertawa.
"Kau harus mau menjadikan aku sebagai menantumu, Ibu Tua. Aku tahu semua rahasiamu yang selama puluhan tahun kau kubur dalam-dalam." Tawa kembali pecah dari mulut Helena. Ia puas melihat wajah Lidya pucat pasi.
"Wah, sepertinya seru. Lagi bahas apa, sih?" tanya Edric yang tiba-tiba saja datang.
"Ah, ini Sayang ... aku sedang bercerita selama di luar negeri sana. Eh ... Tante malah berceloteh yang membuatku geli," kilah Helena.
Lidya sebenarnya geram. Namun, mau tidak mau dirinya harus mengikuti permainan Helena.
"Sudah siang, berangkatlah. Bukannya ada meeting pagi ini, Ed?"
"Iya, Ma. Kalau begitu kami berangkat, Ma."
Edric dan Helena sudah pergi meninggalkan kediaman Anderson.
Pikiran Lidya berkecamuk, beribu tanya singgah di sana. Benarkah Helena tahu semua rahasia yang selama ini ia tutup rapat-rapat? Akan tetapi, dari siapa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Xianlun Ghifa
bom like
2021-09-30
0
Mamie Sekar (AsK)
rahasia apa itu
2021-09-29
0
𝗦𝗦𝗖࿐Lee
aku sedihhhh.....
sedih karena ga ngerti itu artinya yang b.inggris
2021-08-30
1