Mobil sport mewah berwarna silver melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibu kota yang mulai ramai.
Di balik kemudi, Edric-pria tampan berusia dua puluh lima tahun itu masih merasa kesal karena Syakira. Bagaimana tidak, waktunya terbuang hanya karena urusan yang tidak penting. Walaupun demikian ia masih merasa beruntung karena sang mama pulang terlebih dulu. Lain cerita jika Lidya ada, sudah dipastikan dirinya harus mengantar Syakira pulang.
Mobil sudah terparkir di depan gedung. Edric melempar kuncinya kepada security agar mobilnya diparkir di basement.
"Bagaimana hasil meetingnya?" tanya Edric kepada Alex saat memasuki ruangannya.
"Terkendali. Justru ada tiga perusahaan yang minta bekerjasama dengan kita," sahut Alex.
"Bagus. Sudah mengajukan proposal?"
"Tentu," jawab Alex seraya memberikan proposal tersebut.
Edric duduk di kursi kebesarannya. Ia mulai memeriksa semua proposal dan beberapa dokumen lainnya, sedangkan Alex sudah kembali ke ruangannya.
Suara ponsel mengalihkan konsentrasi Edric. Gegas ia meraih gawainya yang tergeletak di meja.
"Halo, Ma."
"Bagaimana dengan Syakira, apa kata dokter?" tanya Lidya di sambungan telepon.
Edric menggaruk keningnya. "Tidak ada yang perlu di khawatirkan, Ma," sahutnya dengan malas.
"Kamu antar Syakira ke rumahnya, kan? Kalau begitu antar Mama ke sana."
Edric menepuk keningnya. Sejenak ia terdiam dan berpikir alasan apa yang pantas ia jadikan alasan.
"Ed, kenapa diam?"
"Em ... itu Ma, tadi dia gak mau Ed antar. Katanya mau ke rumah temannya dulu. Sudah ya, Ma. Ed lagi sibuk, bye Ma." Edric memutus sambungan sepihak.
"Hah! Pake pelet apa tu cewek? Gak biasanya Mama perhatian sama orang asing," gumam Edric sembari menatap layar ponsel.
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Angin berembus kencang menggiring awan hitam berada di langit kota Jakarta. Kilatan petir tergambar jelas mengakar di bawah langit mendung.
Alex tak henti mengukir senyum karena sore ini dirinya akan bertemu dengan Syakira kembali. Dengan semangat, ia membereskan beberapa dokumen penting.
"Ini laporan keuangan bulan kemarin, Tuan," ucap Alex.
"Oke! Simpan saja dulu saja, besok saya akan memeriksanya."
Alex menyimpan dua map di meja Edric.
"Tuan akan pulang sekarang?"
Edric tersenyum sinis, "Tentu saja!"
Alex merasa lega karena biasanya Edric akan betah di kantor. Tentu saja di mana ada Edric di situ ada Alex. Tidak membuang kesempatan langka, Alex bergegas ke area parkir dan melesat meninggalkan kantor menunggangi roda empatnya.
***
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, akhirnya Alex tiba di depan gang sempit dan mobil ia parkir di tepi jalan. Saat menyusuri gang, hujan turun sangat deras. Sambil menutup kepala dengan tangan, Alex berlari agar cepat sampai di rumah pujaan hatinya.
"Sya! Ini aku ... Alex," teriaknya sambil mengetuk pintu.
Sebagian genting rumah yang berbahan baja ringan tentu saja membuat suara berisik karena diguyur hujan. Besar kemungkinan suara ketukan dan teriakan Alex tidak terdengar oleh penghuni rumah.
Lagi, Alex berteriak dan mengetuk pintu, "Sya ... Jo ... kalian ada di dalam?"
Usaha Alex akhirnya berhasil, daun pintu dibuka oleh pemilik rumah.
"Om Alex," sapa Jonathan dengan binar bahagia, "mari masuk, Om."
"Apa kabar, Boy?" tanya Alex seraya mengusap kepala Jonathan.
Jonathan tersenyum, "Baik, Om. Silahkan duduk, Jo panggil Kakak dulu."
Jonathan berlari ke kamar Syakira dengan lengkungan senyum tetap bertahan di bibirnya. Maklum saja, kedatangan Alex selalu dinanti Jonathan karena pria dewasa itu adalah sosok ayah baginya.
"Kakak, Om Alex sudah datang," ujar Jonathan, "Jo, ambilkan handuk kecil dulu, rambutnya basah," sambungnya sambil berlalu pergi.
Syakira bangkit dari tidurnya dan menghampiri Alex di ruang tamu.
"Halo, Kak," sapa Syakira.
"Ha-" Tenggorokan Alex seolah tercekat karena melihat tangan Syakira diperban.
Alex berdiri dan memapah Syakira. "Tanganmu kenapa, Sya? Apa yang terjadi? Si-"
"Ih, Kakak ... satu-satu dong nanyanya," sela Syakira.
Mereka duduk di sofa. Akhirnya Syakira menceritakan semua yang telah menimpanya tadi pagi.
"Sakit?" tanya Alex cemas.
Syakira tersenyum lebar, ia merasa lucu dengan pertanyaan Alex. Kalau tidak sakit mana mungkin diperban, pikir Syakira.
"Ya, tentu saja sakit."
"Ma-maksud Kakak, apa yang dirasa sekarang?"
Syakira tidak menjawab, ia hanya mengarahkan tangannya pada Alex.
"Ya ampun, sudah mulai bengkak. Lebih baik kamu istirahat. Ayok, berbaringlah di kamar."
Belum juga Syakira menjawab, Alex sudah memapahnya ke kamar diiringi Jonathan dibelakang mereka.
Alex membenahi posisi bantal agar gadisnya nyaman. Setelah Syakira berbaring ia pun menyelimutinya. Tidak ada bantahan dari Syakira, ia hanya menatap Alex dan menikmati perhatiannya.
"Untung saja kotak semirmu rusak. Kalau tidak, Kakak yakin besok kamu akan tetap bekerja. Dengarkan Kakak, pokonya selama jahitan itu belum dilepas, kamu tidak boleh kemana-mana. Untuk makanan nanti ada yang mengirim ke sini setiap pagi dan untuk sore, Kakak sendiri yang akan antar, mengerti?"
Hanya anggukkan yang Syakira beri sebagai jawaban.
"Sudah makan?" sambung Alex.
Syakira mengangguk.
"Obatnya sudah diminum?" sambungnya lagi.
Syakira menggeleng.
"Jo, tolong ambilkan air minum. Cepat!"
Dengan sigap Jonathan melaksanakan perintah lelaki panutannya.
Netra Syakira tak lepas dari Alex. Ia tidak menyangka bahwa dirinya akan mendapat perlakuan seperti ini.
Seketika netra mereka bertemu. Tatapan hangat nan dalam merajai keduanya. Tak ada sepatah kata yang keluar, mereka bergelut dengan pikiran masing-masing.
"Ini, minumnya," ucap Jonathan memecah lamunan orang dewasa di hadapannya.
Alex meraih gelas dari tangan Jonathan kemudian meminumkan Syakira beberapa obat.
"Tidurlah! Kakak pesankan makanan untuk makan malam kalian dulu," tutur Alex seraya merogoh ponsel dalam jasnya.
Namun, tiba-tiba saja Syakira tertawa. Tentu saja membuat Alex dan Jonathan merasa heran.
"Kakak kenapa mendadak cerewet, sih? Sya baik-baik saja. Kakak perlakuin Sya layaknya orang yang sakit parah tahu gak?" tutur Syakira di sela tawanya.
Alex mendengkus, "Jo, bisa keluar sebentar?"
"Baiklah," sahut Jonathan seraya melangkah keluar kamar.
Alex menggenggam tangan Syakira sambil berkata, "Kakak sayang sama kamu Sya. Izinkan Kakak menjadi orang spesial di hatimu. Menjadikan Kakak tempat berbagi kasih dan sayangmu juga duka dan sedihmu, Sya."
Ingin Syakira menjawab 'ya', tetapi bibirnya terasa kelu. Dirinya terlalu bahagia. Jelas saja, karena sebenarnya Syakira menaruh rasa cinta kepada Alex sedari dulu, saat pertama kali mereka bertemu. Hanya saja ia pendam karena takut disangka memanfaatkan kebaikan Alex.
"Em ... em ... itu ... lebih baik keringkan rambut Kakak dulu dan buka jasnya. Nanti Kakak masuk angin, sana!" titah Syakira sembari menarik tangan dari genggaman Alex.
Apa kamu tidak memiliki rasa yang sama, Sya? Batin Alex.
Alex menarik napas dan membuangnya kasar. "Baiklah," sahutnya.
Syakira termangu, merasa bingung. Apakah ia harus mengungkapkan rasanya atau tidak. Namun, tidak lama berselang rasa kantuk datang hingga akhirnya ia tertidur.
***
Sementara di kediaman keluarga Anderson, Edric tengah dipusingkan dengan rengekan Lidya yang ingin menjenguk Syakira.
"Ayok lah, Ed. Antar Mama menemui gadis itu."
"Ma ... Mama itu kenapa, si? Dia orang asing. Pacar aku aja kalau sakit, Mama gak mau nengokin," pungkas Edric.
Lidya hanya mendelik putranya dengan sebal.
"Ed ke kamar dulu ya, Ma. Lagian sebentar lagi malam menjelang dan yang perlu Mama tahu, Ed tidak tahu di mana gadis itu tinggal.
Edric menaiki anak tangga menyisakan suara Lidya memanggil namanya.
Menaiki kasur berukuran king dan merebahkan diri di atasnya, sungguh hal yang pas ketika badan terasa lelah. Otot-otot yang menegang perlahan melemas kembali.
Tidur berbantalkan lengan, Edric menatap langit-langit kamarnya. Terlintas wajah Syakira terlukis di sana. Ya, ia mengakui jika Syakira memang cantik.
"Aaarrggh! Kenapa juga aku memikirkan gadis itu? Ada yang salah dengan otakku," ucap Edric yang merasa kesal sendiri.
Tak mau larut dalam lamunan, akhirnya Edric memilih untuk melakukan ritual mandi agar badan dan otaknya merasa segar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
sdng mimpi
next
2021-10-27
0
Xianlun Ghifa
next
2021-09-30
0
Mamie Sekar (AsK)
nah yooo sudah terbayang-bayang wajah syakira
2021-09-29
0