Kamu Siapa?

Aku bergegas menaiki motor vario hijau pemberian ayah saat ia bekerja menjadi sopir dulu. Aku memarkir motor itu di depan gedung sekolah.

Aku berlari tergesa-gesa masuk ke kelas. "Wik, Ka! PR matematika pliss!" ucapku yang langsung duduk dan menyampirkan tas di belakang kursi.

"Enak aja, di dunia ini mana ada yang gratis, kencing aja 2000 kok!" ucap Priska dengan mulut ketusnya.

"Yaelah, pelit banget sih, iya-iya ntar aku traktir nasi pecel deh," sambil menarik bukunya yang ada di meja.

"Ogah, murahan!" Ia menarik buku itu lagi.

"Nasi rendang deh," ucapku merayunya.

"Setuju!" Ia akhirnya memberikan buku itu padaku.

"Eh Sa, cepetan! keburu Bu Asih datang nih," ucap Wiwik teman sebangkunya itu.

Aku membuka buku PR-ku dan mataku terbelalak. "Apa ini!" Aku terkejut karena melihat buku PR matematika itu sudah terisi.

"Kenapa Sa?" Priska merampas bukuku. "Loh, ini kamu udah ngerjain, nyontek dari siapa kamu?" Gadis berambut ikal itu menatapku dengan tajam.

Wiwik ikut menatap, dan aku hanya menggeleng. "Sumpah aku nggak tau siapa yang ngerjain, seingatku semalam aku belum nulis sama sekali," bantahku seraya mengernyitkan dahi mencoba mengingat kejadian kemaren.

"Yakin kamu, Sa? Masak setan bantuin kamu bikin PR sih, setannya pintar dong," ejek Priska dan melirikku.

"Atau kamu punya temen rahasia nih! yang bisa bantuin kamu ngerjain PR, ayo ngaku?" Wiwik terus mendesakku.

Aku hanya diam dan tak menjawab pertanyaan mereka.

***

Sepulang sekolah rumahku tampak sepi seperti biasanya. Ayahku pasti masih di sawah. Ibuku seperti biasa ngobrol ama tetangga. Dan si biang kerok pasti belum pulang sekolah. Aku ingin membuka gagang pintu kamarku, tapi perasaan aneh menggelayuti pikiranku. Terngiang perkataan Priska tadi. "Masak setan yang ngerjain PR-mu!" Aku begitu takut untuk membuka pintu kamar itu.

Dengan segala keberanian daripada terus penasaran. Aku masuk ke kamar yang emang redup itu, tangan ini langsung menyalakan lampu kamar itu agar terlihat terang. Mendadak sebuah suara mengagetkanku. "Ndok, siang-siang kok nyalain lampu."

"Ya Allah, Mak, kaget aku!" ucapku seraya mengatur nafas yang terengah-engah karena melihat seorang wanita berdiri di belakang badanku.

"Kamu kenapa, Sa?" tanya wanita berumur 50 tahunan itu

"Nggak papa, kok. Mamak mau ke mana? Kok, bawa rantang segala?" Aku melihatnya menenteng rantang bertingkat empat di tangan.

"Mamak tadi masaknya kebanyakan, ini ada lebihnya mau tak kasihkan Mpoh Sulas," ucapnya seraya tersenyum. Senyumanya mencerahkan hatiku, begitulah sifat ibuku yang sangat baik terhadap semua orang.

"Oh gitu."

"Kamar kamu belum sempat di beresin ya, tadi Mella berangkat pagi-pagi sekali, kamu beresin sendiri ya," pinta ibuku.

"Iya, Mak."

"Kamu jangan lupa makan ya, Mamak pergi dulu." Wanita itu keluar dari pintu depan dan membuat suasana rumah kembali hening.

Aku membuka pintu kamar itu dan duduk di ranjang. Aku ingat betul selimutku tadi pagi belum kulipat. Dan buku-buku juga berserakan. Tapi kenapa kamarku jadi bersih dan rapi gini. Aku menelan air ludah sendiri dan keringat dingin mulai bercucuran dari keningku. "Kok tiba-tiba panas ya?" ucapku seraya mengambil kipas dan mengibas-kibaskanya ke wajah.

Kamar yang biasa kutempati itu kini mulai terlihat menyeramkan. Aku memberanikan diri berkata. "Kalau memang kamu adalah sesuatu yang keluar dari dalam botol itu, coba tunjukkan wajahmu," ucapku seraya menggulirkan bola mata dan melihat sekeliling.

"Eh, tunggu-tunggu! jangan muncul dulu!" Aku mengambil sebuah kertas dan pulpen lalu menaruhnya di atas meja.

"Kurasa ini lebih bagus, dari pada aku pingsan karena kaget, iya kalau dia nggak menyeramkan, kalau bentuknya kayak genderuwo bisa mampus aku," gerutuku dan kembali duduk di kasur seraya mengapit bantal.

"Kamu siapa? Coba tulis di kertas itu?" pintaku pada entah benda apa yang sedang berada di kamarku itu.

Tiba-tiba pulpen itu terbang dengan sendirinya. Aku menutup mulutku menahan histeris. Pulpen itu menuliskan sesuatu di kertas lalu kembali diam. Aku yang penasaran segera mengambil kertas itu dan membacanya.

"Raditya Kusuma Ningrat," ucapku membaca tulisan itu. Aku berfikir sejenak. "Kayaknya ini bukan nama genderuwo deh," ucapku terkekeh.

"Apa kamu bisa menunjukkan wajahmu?" pintaku yang tak puas hanya mengetahui nama itu.

Cling!! 

Seorang pria berpakaian adat Jawa berdiri tepat di hadapanku. Kulitnya putih, badannya tinggi kayak pemain basket. Alisnya tebal dan hidungnya mancung.

Aku berkhayal ke mana-mana sambil berkata. "Ada ya genderuwo seganteng ini," ucapku terkekeh.

"Apa!" Pria itu mengeluarkan suaranya yang merdu bak desiran ombak di pantai, aku hanya nyengir.

Pria itu tersenyum manis melihat tingkahku.

"Sini duduk!" Aku menyuruhnya duduk di samping ranjangku, karena sudah tidak takut lagi. "Kamu hantu, jin atau malaikat?" tanyaku penasaran.

Radit duduk dan berkata. "Aku ini manusia kok, tapi mempunyai kemampuan khusus, bisa disebut manusia sakti," ucap pria berkulit putih itu.

"Oh gitu, terus kenapa kamu bisa di dalam botol," tanyaku padanya.

"Aku dikutuk dan di masukkan ke dalam botol," sahut pria itu.

"Siapa yang melakukan itu?"

Ia tampak tak ingin menjawab pertanyaanku dan aku memakluminya. Secara, kita kan baru kenal.

"Ehmm, sudah berapa lama kamu dikurung di botol itu?" Aku mengganti pertanyaanku.

"Hampir 80 tahun," sahutnya.

"Apaaa!!" Aku tak percaya dengan ucapannya. "Mustahil kalau kamu di situ 80 tahun, terus umur kamu sekarang berapa?"

"Umurku sekarang 120 tahun," ucapnya datar.

"Haaaahhhh!" Aku melongo memperlihatkan mulutku yang lebar.

Radit tersenyum melihatku.

"Terus sekarangkan kamu udah bebas, kenapa nggak balik ke dunia kamu?" tanyaku.

"Saat aku hidup di botol itu, aku berjanji kepada siapa pun orang yang telah menolongku, aku akan menjaga dan menjadi pelindungnya." 

"Kamu mau jadi pelindungku?" ucapku seraya mengernyitkan dahi. "Tapi ngomong-ngomong yang ngerjain PR-ku kemaren kamu ya?"

"Iya."

(Hehehe lumayan nih biar aku nggak nyontek terus ke temen-temen) ucapku dalam hati.

"Aku juga bisa baca pikiran orang lo, lain kali aku nggak akan bantu kamu ngerjain PR," ucap pria beralis tebal itu membuang muka dariku.

"Hadehhh, aku laper ah mau makan dulu." Aku pergi keluar kamar dan langsung masuk ke dapur. Membuka tutup rice cooker berwarna putih di sana. Aroma nasi kuning sudah mampir ke hidungku dan membuatku semakin lapar. Ada lauk bihun goreng, ayam crispy, kering tempe dan telur dadar, tak lupa sambel terasi kesukaanku. Ibuku memang pandai memasak. Semua masakannya selalu lezat di lidahku.

"Duh enaknya, makan yang banyak ah mumpung si Mella belum pulang," gumamku seraya mengambil nasi dan lauk yang banyak di piring. Aku melihat Radit yang sedari tadi menelan air liurnya sendiri. "Eh Dit, emangnya kamu bisa makan ini?" tanyaku padanya.

"Aku kan juga manusia, pasti bisa makanlah, tapi aku bisanya makan kalau kamu yang ngasih aku."

"Oh gitu ya, terus orang lain bisa lihat nggak pas kamu makan?"

"Enggak, mereka cuman bisa lihat sisanya doang."

"Ya udah, nih ambil, makan aja dulu." Aku memberikan piring berisikan nasi kuning itu kepadanya.

"Beneran, ini buat aku, makasih ya," ujarnya seraya mengambil piring itu dengan matanya yang berkaca-kaca.

Di meja makan, aku dan Radit sedang menyantap makanan. Ia makan lahap sekali, seperti bertahun-tahun tidak makan. "Eh Dit, pelan-pelan makannya, keselek ntar!" ucapku memperingati.

"Aku belum pernah makan makanan seenak ini, jadi ingat masakan biyungku." Ia diam sejenak.

"Ya udah lanjut lagi makannya." Aku pun diam sejenak. "Oh ya Dit, apa hanya aku yang bisa melihatmu?"  

Pria itu mengangguk dan masih memasukkan nasi ke dalam mulutnya.

"Kalau orang lain pengen ngeliat kamu, apa kamu bisa muncul di hadapan mereka?" tanyaku.

"Tentu duooongggg," ucapnya seraya menyemburkan nasi ke wajahku.

"Haesttt!" Aku mengambil tisu dan mengelap wajahku yang disembur olehnya.

Gimana, gimana, seru nggak, mau lanjut nggak?

Jangan lupa tinggalin jejak ya manteman 😘😘😘😘

 

Terpopuler

Comments

Rusliadi Rusli

Rusliadi Rusli

👍

2022-07-05

0

Kustri

Kustri

lucu..unik,

2020-08-04

0

Rose

Rose

😇

2020-04-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!