Sesampainya di rumah aku langsung menaruh tas ransel hitamku di pinggir kasur. Aku tak menyalakan lampu kamarku karena suka sinar yang redup. Kan biar agak dramatis gitu. Terus aku keluarin botol yang kutemukan di pantai kemaren dan menaruhnya di atas meja.
Aku memandangi botol itu. "Enaknya di taruh di mana ya?" gumamku berfikir keras karena tahu adekku pembuat onar. "Kalau sampai si Mella tau botol ini, pasti langsung di isi sirup terus dibawa ke sekolahnya, duhh! taruh di mana ya?"
Aku membuka lemari bajuku yang terbuat dari kayu, dan menaruh botol itu di bawah baju-bajuku. "Sementara kamu bobok di sini ya botol, nih aku selimutin biar anget badan kamu," gumamku terkekeh. Ya begitulah aku dengan sikap kocakku.
Aku merebahkan tubuh ini sejenak karena sehabis melakukan perjalanan jauh.
Siang harinya aku bangun dan tak mendapati semua orang. Mungkin ayahku lagi ke sawah, ibuku pasti lah ngumpul ama tetangga. Kalau adikku pasti kelayapan naik motor, kan mumpung hari minggu.
Aku bergegas mandi dengan air yang segar dan membasuh tubuhku. Kulihat kulitku yang menghitam karena kemarin bermain di pantai dan nggak pakai sunblok. Aku segera kembali ke kamar dan mengerjakan PR.
Tapi mataku nggak fokus sama sekali, sesekali melihat ke arah lemari bajuku. Tapi kucoba tak menghiraukannya.
"Achh!! aku nyerah, rasa penasaran ini membunuhku," teriakku dan bergegas membuka lemari baju dan mengambil botol itu.
"Nyenyak ya tidurnya?" ucapku menanyai botol kaca itu seraya nyengir sendiri.
Aku ingin sekali membuka tutup botol itu, tapi lagi-lagi imajinasiku berkeliaran.
"Iya kalau isinya jin, kalau isinya benda lain yang mengerikan gimana!" gumamku dan maju mundur untuk membuka botol itu. Aku melihat sekeliling dan sangat sepi, aku jadi takut. "Ah! kapan-kapan aja deh." Aku mengembalikan botol itu ke tempat semula dan melanjutkan mengerjakan PR.
***
Besoknya di sekolah. Aku duduk bersama teman-temanku di sekolah.
"Dah selesai belum PR kamu, Sa?" Priska bertanya dengan nada menyindir.
"Kayak nggak tau aku aja, ya pasti belum lah!" ucapku tak mau kalah darinya.
"Taraaa!! cepetan disalin, keburu Pak Guru datang ntar!" gadis berambut panjang itu mengeluarkan buku PR bahasa Inggrisnya.
"Hebat kamu Wik, kamu emang temenku yang paling baik," seraya mencubit pipi mungilnya. "Dapet dari mana nih?" tanyaku karena penasaran.
"Dari Tina dong, kan dia murid yang paling pintar di kelas ini, udah jangan banyak nanyak, cepetan disalin."
"Siap bos!" Aku dan Priska langsung mengambil pulpen dan menyalin PR itu.
Saat pulang sekolah, sebelum memasuki kamarku. "Mak!" Itu adalah panggilan kesayangan untuk seorang wanita yang sudah melahirkanku ke dunia ini. "Apa kamarku tadi udah diberesin?"
"Udah kok, Adikmu yang beresin tadi."
"Waduh!" Perasaanku jadi nggak enak. Aku langsung masuk ke kamar melihat lemari bajuku. "Tuh kan, bener!" Botol itu sudah hilang dari sana, aku segera berjalan memasuki kamar adikku. Dia sudah siap membuka tutup botol itu, dan aku langsung merampasnya.
"Ini anak! selalu aja ngambil barang punya orang tanpa ijin!" bentakku seraya melotot karena marah.
"Eh Mbak!" Itu panggilannya untukku. "Kui opo Mbak? Mbak dapat botol itu dari mana?" Ia melemparkan banyak pertanyaan yang tak bisa kujawab satu per satu.
"Nggak usah banyak tanya geh!" Aku mencengkeram botol itu tak ingin direbut lagi olehnya.
"Pasti Mbak dapat botol itu dari Parangtritis, kan?" Matanya menatap sinis padaku.
"Sok tau kamu!" Aku membuang muka tak ingin melihatnya.
"Mbak tau nggak, pantai Parangtritis itu kan masih nyambung sama pantai laut selatan, jadi Mbak nggak boleh bawa barang dari sana sembarangan," ujarnya mengguruiku.
"Sembarangan apa, ini loh cuman botol," bantahku yang masih acuh.
"Mbak! aku yakin!" Dia menghela nafas dan berkata lagi sambil menatapku." Pasti botol ini berisi Nyi Roro Kidul!" Ia berucap sambil bibirnya komat-kamit.
Aku langsung tertawa terbahak-bahak. "Sinting kamu ya, gimana bisa Nyi Roro Kidul ada di botol ini, orang dia udah punya istana yang megah, ngaco kamu ya."
"Serius nih Mbak!" ujarnya tetap kekeh.
Inilah adikku, Mella arsilla budiman. Yang masih duduk di kelas lima SD. Kami terpaut lima tahun, dia punya sifat yang jauh berbeda denganku, tapi tingkat imajinasinya lebih besar dari otakku.
Kadang dia lebih suka menyendiri, berbicara dengan benda-benda mati atau dengan pepohonan di pinggir jalan. Ia sangat menyukai hal mistis, tapi ketika seseorang membuatnya takut ia bisa nangis sampai berhari-hari.
Walaupun banyak orang yang mengatakan adikku kurang waras atau mempunyai kelainan jiwa. Aku tak pernah menghiraukan perkataan mereka. Bagiku dia adalah adikku, saudaraku dan darah yang mengalir dalam tubuhnya sama denganku. Walau kami sering bertengkar dan nggak akur sama sekali, tapi aku sangat menyayanginya.
"Aku limarius," ucapku membalas perkataannya. "Kamu itu kalau masih berkhayal mending download aplikasi Mangga toon sana di hp-mu, terus nulis cerita yang banyak, kali aja bisa dicetak jadi buku gitu," ucapku nyengir.
"Ah, Mbak ma nggak ngerti, aku tu feeling, Mbak, ada sesuatu yang nggak beres sama botol itu," ucapnya dan masih menatap botol milikku.
"Ah berisik kamu, udah ah!" Aku pergi meninggalkan adik semata wayangku itu.
Aku berbaring di kasur dan menatap botol itu. "Masak sih isinya Nyi Roro Kidul, haduh! aku jadi ikutan parno deh, gara-gara Mella, nih!" gerutuku seraya menyembunyikan botol itu di tempat lain.
***
Hari itu aku pulang sekolah agak cepat. Di luar panas, pengen cepat pulang dan mandi untuk menyegarkan tubuhku.
"Sa, Mamak pergi ke rumah Mpoh Sulas dulu ya, mau nganterin makanan," ucap wanita yang suka berpakaian daster tanpa lengan itu.
Mpoh Sulas adalah kakak kandung ibuku. Wajahnya hampir sama karena hanya terpaut satu tahunan.
"Iya, Mak," ucapku seraya menarik handuk dan ingin segera mandi.
Selesai mandi aku duduk di kamar. Biasa mengerjakan PR dari sekolah walau aku nggak ngerti jawabannya. Aku merasa hari itu hari yang tepat untuk membuka botol yang kutemukan, biar rasa penasaran di hatiku berkurang.
Aku membuka pintu kamarku. Persiapan aja kalau yang keluar genderuwo, jadi aku bisa langsung kabur dan nggak perlu nubrukin pintu.
Aku menghela nafas.
Plugg!!
Aku melepaskan tutup botol itu dan membuangnya ke atas kasur. Aku menatap botol itu selama 10 menit tapi tak ada pergerakan sama sekali.
Aku tertawa. "Aseemm! kirain bakal muncul asep kayak di Aladin gitu, gak taunya." Aku mengambil botol itu lagi dan menutupnya kembali, lalu menaruhnya di bawah lemari baju.
"Achhhh, ternyata aku ketularan si Mella, untung aja aku nggak sempet percaya sama dia," ujarku seraya kembali ke meja belajar dan mencoba mengerjakan PR-ku lagi.
Beberapa jam berlalu, mataku mulai berkunang-kunang, kaki ini berjalan sempoyongan ingin segera menuju ke kasur yang seolah melambai-lambai.
"Oh, biarkan aku rebahan sejenak ya, Sur," kataku pada sang kasur sambil menarik selimut. Menutupi tubuh ini agar tidak kedinginan.
Di tengah malam yang sunyi, samar-samar pendengaranku menangkap suara. Kupaksa mata ini terbuka meskipun aslinya enggan. Melihat sekeliling tetapi tidak ada sesuatu, hanya beberapa buku terbuka dengan sendirinya kemudian menutup kembali.
"Ah, mungkin cuma angin," pikirku dan kembali merebahkan tubuh ini.
Hayo tebak apa yang ada di dalam botol itu?
Yang masih penasaran terus simak ya
Jangan lupa tinggalin jejak manteman😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Rose
😊
2020-04-13
1
mayfa cropy
good
2020-03-13
0
Rens09
Keren banget Thor! Lanjut ceritanya ya 😊
2020-03-13
2