Viola pun melajukan motornya itu meninggalkan halaman rumahnya, dengan senyuman yang merekah, Viola merasa sangat bersemangat hari ini. Walau pun jalanan terlihat agak padat, karna memang jam orang-orang berkerja.
Viola mengentikan laju motornya, karna lampu lalu lintas berwarna merah.
"Neng-neng cantik-cantik kok motornya gitu, mau Abang boncengin gak?" Ucap seorang laki-laki yang berhenti di samping Viola, dengan menaiki motor sport berwarna merahnya.
"Gak berminat." Jawab Viola ketus, sambil mengalihkan pandangannya. Lalu Viola kembali melajukan motornya, saat lampu berubah berwarna hijau.
"Ck, bisa-bisanya dia menghina motor kesayanganku ini." Decek Viola kesal.
"Butut-butut juga ini motor tenaganya masih kenceng bos." Lanjutnya, sambil menambah kecepatan motornya itu. Namun tiba-tiba...
"Eh-eh, kok mati sih?" Motor Viola mati, sepertinya mogok. Viola mencoba menghidupkan kembali motornya itu, namun tidak menyala. Viola pun turun dari motornya itu.
"Ah sial, baru aja di puji, malah mogok!!" Gerutunya. Viola pun mendorong motornya itu, mencari bengkel terdekat. Sudah hampir 500 meter, Viola mendorong motornya itu, akhirnya ia menemukan bengkel.
Huuuufff'
Viola membuang nafas lega, sambil mengusap keringat yang sudah membasahi wajahnya.
"Kenapa neng?" Tanya Abang bengkel.
"Kagak tau bang, tiba-tiba mati gitu aja."
"Oke, saya periksa dulu ya." Viola menganggukan kepalanya, lalu Viola duduk di bangku yang di sediakan oleh bengkel tersebut.
"Ah, cepek banget gue." Ucapnya, sambil mengibas-gibaskan kerah kemejanya.
"Ini mah aki-nya mati neng." Ucap Abang bengkel tersebut.
"Lah emang aki gue udah mati bang!" Jawab Viola.
(Dalam bahasa Sunda Aki itu sebutan untuk kakek)
"Bukan aki itu neng, aki motor maksud Abang."
Viola membentuk bibirnya membulat, Oooo
"Ganti aja bang." Titah Viola.
"Siap neng."
"Eh-eh bang lama gak kira-kira?"
"Gak neng, paling cuman 15 menit doang."
Viola pun menganggukan kepalanya, dan si Abang bengkel mulai mengerjakan pekerjaannya.
"15 menit..." Viola melirik kearah jam tangan yang terlilit di pergelangan tangannya.
"Ya ampun mati gue." Viola langsung berajak dari duduk.
"Bang gue nitip motor disini dulu aja ya, soalnya kalau ditunggu lama, aku udah telat masuk kerja bang!" Ucap Viola, sambil berjalan tergesa-gesa.
Si Abang bengkel hanya memberikan acungan jempol kepada Viola, lalu Viola pun menghentikan angkot dan naik ke angkot tersebut.
'Aduh mati gue, semoga aja gue gak telat. Ah kenapa motor bisa mogok di saat-saat kaya gini lagi, sial,' umpat Viola dalam hatinya.
Tak lama kemudian akhirnya Viola pun sampai di depan kantor YS grup itu, tanpa menunggu lama Viola langsung masuk kedalam kantor tersebut, dan berjalan menuju repsesionis.
"Ada yang bisa saya bantu mbak?" Tanya repsesionis cantik itu, dengan ramah.
"Hari ini saya mau interviu---''
"Oh iya mbak, mbak Viola ya?" Repsesionis itu memotong ucapan Viola.
Viola menganggukan kepalanya, "iya.."
"Silahkan mbak sudah ditunggu di ruangan Presdir, mari saya antar mbak!"
Viola menganggukan kepalanya kembali, lalu ia mengikuti langkah repsesionis itu. Mereka menaiki Lift menuju lantai 10 dimana ruangan Presdir itu berada.
Kris yang baru saja sampai di kantornya itu, sekilas ia melihat Viola yang sedang berjalan mengikuti repsesionis itu.
"Loh bukannya itu gadis yang kemarin? Gadis gila, mata duitan. Ngapain dia di kantor gue?" Ucap Kris, bertanya-tanya. Lalu Kris pun berjalan menuju Lift khusus untuk menuju ruangannya.
"Silahkan masuk mbak, mbak sudah di tunggu sama pak Yudistira di dalam." Ucap repsesionis itu, mempersilahkan Viola masuk, usai sampai di depan ruangan tersebut.
'Pak Yudistira? Sepertinya aku tidak asing dengan nama itu?' Gunam Viola dalam hatinya.
Viola pun menganggukan kepalanya, sambil tersenyum.
"Terima kasih." Ucap Viola, dan repsesionis itu membalas senyuman Viola.
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi." Ucapnya, sambil berajak dari hadapan Viola.
Viola manarik nafas dalam, lalu membuangnya perlahan, sebelum ia memasuki ruangan itu. Merapikan sedikit pakainya.
Tok...
Tok...
Tok...
Viola mengetuk pintu ruangan tersebut, tak lama pintu itu terbuka. Seorang laki-laki membukakan pintu itu.
"Viola ya?'' Tanyanya.
"Iya."
"Silahkan masuk." Titah Diki.
Viola mengangguk, lalu ia pun berjalan masuk kedalam ruangan tersebut. Namun saat Viola masuk ia melihat seseorang yang ia kenali.
'Loh bukannya itu orang yang kasih gue uang tips banyak, saat gue nganterin pesanan kue pesanannya kemarin?' Batin Viola.
Yudistira nampak mengambangkan senyumanya, melihat kearah Viola yang masih berdiri mematung.
"Silahkan duduk." Titah Yudistira. Dan Viola pun duduk, berhadapan dengannya.
"Senang bisa bertemu dengan kamu lagi!" Ujar Yudistira.
Viola hanya tersenyum.
"Dik tolong kamu jelaskan sama dia, apa saja yang harus ia kerjakan untuk jadi sekertaris di sini."
Viola terlihat membulatkan matanya, saat mendengar ia akan berkerja sebagai sekertaris di sana.
'OMG gue diterima jadi sekertaris, ya ampun mimpi apa gue semalam.' Seru Viola dalam hatinya.
"Siap Pah King." Ucap Diki.
"Maaf pak, maksudnya saya di sini di terima jadi sekertaris bapak?" Tanya Viola. "Atau---" Viola memancingkan matanya kearah Diki.
Yusdistira tersenyum, "tidak kamu bukannya jadi sekertaris saya atau Diki, kamu akan jadi sekertaris anak saya Kris." Jelas Yusdistira.
Viola kembali membulatkan matanya. "Maksud bapak, saya akan jadi sekertaris anak bapak, yang kemarin itu." Tanya Viola.
Dan Yudistira mengangguk, sambil memperlebar senyumanya.
'What? Demi apa? Gue jadi sekertaris si kutub Utara itu, laki-laki orangan itu. Ya ampun, bagaimana ini? Membayangkannya saja gue udah gak sanggup, apa gue mundur aja ya, tapi gue butuh kerjaan ini. Ah bagaimana ini?' Gunam Viola.
"Emm, maaf pak. Apa ada pekerjaan lain untuk saya? Maksud saya kalau saya jadi sekretaris rasanya saya gak sanggup, karna saya belum berpengalaman juga pak, dan saya hanya lulusan S1 akuntansi." Tutur Viola, ia mencari cela agar bisa menghindar.
"Tidak ada, loh akuntansi itu bisa masuk kategori sebagai sekretaris jugakan?" Ucap Yudistira.
"Tapi pak---"
"Sudah, saya yakin kamu pasti bisa. Kamu tenang saja saya akan memberikan gajih kamu 2 kali lipat. Jika kamu mau berkerja disini."
'What 2 kali lipat, ya ampun bisa cepet kaya gue!!' Seru Viola dalam hatinya. 'Tapi apa gue sanggup kerja sama tu orang arogan? Ah gue yakin gue pasti bisa. Gue gak akan sia-siain kesampaian ini, ngadepin ibu yang cerewetnya aja minta ampun gue bisa, masa cuman ngadepin presdir arogan gak bisa. Ayo semangat Viola kamu pasti bisa.' Lanjut Viola, masih dalam hatinya.
"Saya mau pak!" Jawab Viola, dengan bersungguh.
"Oke bagus, jadi mulai sekarang kamu akan jadi asisten pribadi-nya Kris. Selamat bergabung di YS grup Viola!" Yudistira terlihat bahagia, lalu laki-laki itu mengulurkan tangannya kepada Viola, Viola langsung meraihnya, mereka berjabat tangan.
"Terima kasih pak." Ucap Viola.
"Sama-sama." Lalu Yudistira melihat kearah Diki, "Dik nanti kamu bantu Viola ya."
"Siap Pah King." Ucap Diki, sambil memberi hormat kepada Yusdistira.
Viola dan Yudistira terlihat terkekeh, melihat tingkah Diki tersebut. Namun tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka, dan seseorang masuk ka dalam ruangan itu.
Kris membulatkan matanya saat melihat 3 orang yang berada di ruangannya itu. Namun mata Kris tertuju pada wanita yang duduk berhadapan dengan papahnya.
'Ck, ngapain gadis gila itu ada disini?' Gunam Kris bertanya di dalam hatinya. Kris terlihat kesal melihat Viola, namun sebisa mungkin Kris tak menampakan kekesalan-nya itu. Seperti biasa, Kris langsung memasang wajah datar dan ekspresi dingin-nya.
"Kris ini Viola, mulai saat ini dia akan menjadi sekretaris kamu." Ucap Yudistira.
Kris hanya tersenyum tipis, walau pun dalam hatinya ia rasanya sangat kesal. Lihatlah bagaimana bisa papahnya memberikan sekertaris macam itu, ya ampun dari penampilannya saja. Lihatlah? Kris hanya bisa menggerutu dalam hatinya, karna percuma menolak juga tidak akan ada gunanya.
Kris berjalan menuju kursi kebesarannya, masih dengan wajah datar dan ekspresi dingin-nya.
"Papah yakin? Dia bisa jadi sekretaris Kris?" Tanya Kris, melihat kearah Viola, dengan tatapan mengejek.
Viola yang menyadari bahwa Kris sedang mengejeknya itu pun, wajah Viola terlihat kesal.
'Ck, apa maksudnya? Dia meledekku sialan.' Ucap Viola dalam hatinya.
"Papah yakin dia bisa Kris. Sudah, papah pulang dulu." Ucap Yudistira, sambil beranjak dari sofa yang ia duduki itu.
"Viola semoga kamu betah ya kerja disini." Ungkap Yudistira, dengan senyuman tulusnya.
Viola menganggukan kepalanya, sambil tersenyum.
Lalu Yudistira pun berjalan keluar dari ruangan tersebut. Kini hanya ada Kris, Diki dan Viola. Viola masih duduk dengan posisinya. Sekarang apa yang harus di kerjakan Viola?
"Dik dari mana elo dapet orang model gini?" Tanya Kris, tatapannya masih menatap Viola, dengan tatapan mengejek.
"Maksud elo?" Diki berpura-pura tidak mengerti dengan ucapan Kris tersebut, karna Diki takut kalau Viola tersinggung.
"Ck, pura-pura bego!!" Pekik Kris, menarik ujung bibirnya tersenyum tipis.
"Bu Viola mari ikut saya, saya akan menunjukan ruangan anda." Ucap Diki, mengalihkan pembicaraannya.
Viola menganggukan kepalanya, lalu ia pun beranjak dari sofa yang ia duduki itu, dan berjalan mengikuti Diki, keluar dari ruangan tersebut.
"Lihat saja, sampai kapan kamu akan bertahan disini, menjadi sekretarisku." Ucap Kris, dengan senyuman yang sulit diartikan.
Bersambung...
Jangan lupa like, komen dan Votenya ya.
See u..
Bye-bye..
Makasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Aidah Djafar
sampai kamu bucin Kris 😁klo Uda jadi istrimu Vio ngk boleh kerja kan 🤔😁😂
2023-08-12
0
Arik Kristinawati
mdah2an kris yg terkeler ma viola duluan....smoga viola jgn py hti duluan dong tjorr ma kris...
2023-01-30
0
Kenzi Kenzi
tuwir.amir dipanggil buk....
2022-12-11
0