Episode 7

Viola masih tak bergeming, ia masih menikmati makhluk ciptaan Tuhan, eh ciptaan Author yang sangat sempurna itu, eaaaa...Viola emang gadis kuper, alias kurang pergaulan tapi kalau lihat cowok tampan, menawan bagaikan Jackson Wang mana tahan. Mata Viola tajam.

Kris yang tersadar, kalau wanita yang menurutnya aneh dan gila itu, tengah menikmati ketampanan-nya yang jauh di atas rata-rata itu.

"Kenapa kau masih diam di situ?" Ucap Kris, membuka suaranya kembali, menatap dingin Viola yang berdiri mematung di hadapannya.

"Em, eh. Iya..." Viola terlihat salah tingkah, Viola tersenyum-senyum.

"Cepat pergi." Pinta Kris. Diangguki oleh Viola. Kris pun menutup kembali gerbang rumahnya itu, dan berajak untuk masuk kembali ke dalam rumahnya.

Viola masih mematung, memandangi Kris yang berjalan membelakanginya. Namun detik kemudian Viola tersadar.

"Ya ampun, aku lupa. Bayarannya!" Ungkap Viola, ia menepuk jidatnya.

"Hay tunggu!" Teriak Viola, membuat Kris langsung menghentikan langkahnya, dan menoleh kearah wanita itu.

"Apa lagi?"

"Kau belum membayarnya."

Kris menghembuskan nafas kasar, lalu ia berjalan kembali kearah pintu gerbang itu.

"Nih...." Kris memberikan selembar uang berwarna merah kepada Viola, Viola tersenyum sambil mengambil uang tersebut.

"Kok segini?" Tanya Viola, melihat kearah uang yang ditangannya, lalu beralih melihat kearah Kris.

Kris mengerutkan kedua alisnya, namun masih dengan tatapan dingin menatap Viola. "Memang berapa?"

"Sebentar," Viola mengambil kertas nota yang di berikan ibunya tadi, di saku celananya. "Ini, semua harusnya 250 ribu." Lanjut Viola, memberikan kertas nota tersebut kepada Kris. Dan Kris mengambilnya.

"Sebentar, gue ambil uangnya dulu." Pinta Kris, diangguki oleh Viola, dan Kris pun berajak dari hadapan Viola, masuk kedalam rumahnya untuk mengambil uangnya.

Beberapa menit kemudian Kris kembali. "Ini..." Kris memberikan sisa uang pembayaran yang kurang itu.

"Kok cuman segini?"

"Terus berapa, bukannya totalnya itu 250 ribu. Tadi gue udah kasih elo 100 ribu, dan sisanya 150 ribu lagi itu." Jelas Kris, dengan wajah datarnya.

"Ck, pelit." Decak Viola.

"Apa elo bilang? Barusan elo ngomong gue pelit."

"Iya, emang kenapa hah?" Viola berdecak pinggang, jiwa aslinya mulai keluar.

"Dasar wanita gila." Pekik Kris, darah-nya mulai mendidih. Sungguh wanita yang di hadapannya sangat menjengkelkan.

"Apa elo bilang? Gila, kalau ngomong itu di saring ya!" Viola mulai terlihat kesal.

"Di saring? Elo pikir air," ungkap Kris tak mau kalah.

"Elo itu bener-bener ya!" Viola mengepalkan kedua tangganya. "Ganteng tapi menyebalkan." Lanjut-nya.

"Elo muji gue?" Kris tersenyum tipis, kepada Viola, namun tatapannya masih dingin, mengalahkan dingin-nya es kutub Utara, dan wajah datarnya, mengalahkan dataran lapang bola di samping rumah Viola.

"Gak." Ketus Viola.

"Tadi elo bilang gue ganteng."

"Itu bukan gue, tapi mulut gue." Sangkal Viola.

"Ck, sama saja."

Tiba-tiba Yudistira papahnya Kris menghampiri mereka, karna mendengar kebisingan.

"Kris ada apa sih?" Tanya Yudistira, kepada Kris. Lalu ia beralih melihat kearah Viola. "Loh kamu siapa?"

"Tukang kue gila Pah." Timpal Kris. Namun Yudistira menghiraukan Kris.

"Saya anaknya Bu Hanum om, eh pak. Saya ke sini di suruh ibu saya buat nganterin kue pesanan bapak." Jelas Viola, dengan ramah. Itulah kelebihan seorang Viola, walau pun luarnya bobrok, namun jika ia sudah berbicara kepada orang yang lebih tua. Sopan santunnya selalu di jaga. Kecuali kepada Bu Hanum Ibu-nya. Kadang Viola suka cuplas-ceplos, tapi itukan Viola ada alasan, karna ibunya yang cerewet-nya minta ampun.

Yudistira terlihat mengulas senyumannya. "Oh iya, terima kasih ya sudah mau nganterin pesan saya." Ungkapnya. Dan Viola mengaggukan kepalanya, lalu tersenyum.

"Iya pak."

"Mana kue-nya?" Tanya Yudistira.

"Udah Kris bawa kedalam Pah." Sahut Kris, Yudistira menganggukan kepalanya.

"Semua-nya jadi berapa?" Tanya Yudistira, kepada Viola, tapi lagi-lagi Kris menimpalinya. Tak memberi kesempatan Viola untuk berbicara.

"Sudah Kris bayar Pah." Timpal Kris.

Viola terlihat menatap tajam Kris sekilas, kesal Karna ia tidak di berikan kesempatan untuk berbicara. Sedangkan Kris, ia tersenyum penuh kemenangan, sambil melipatkan kedua tangan-nya di depan dada.

"Sudah sana, pergi." Usir Kris.

"Kris..." Yudistira menatap tajam kepada putranya itu.

"Kalau gitu, saya permisi dulu ya pak." Pamit Viola, sambil memaksakan senyuamnya, namun memancingkan matanya kepada Kris, dengan tatapan kesal.

"Dari tadi kek." Ketus Kris.

'Menyebalkan, amit-amit. Nyesel gue pernah bilang dia ganteng. Genteng dong kelakuan kaya ayam. Gak ada akhlak.' Umpat Viola, dalam hatinya. Sambil berjalan kearah motornya.

"Eh-eh tunggu!" Teriak Yudistira, menahan Viola yang sudah siap melajukan motornya.

"Kenapa pak?" Tanya Viola.

"Siapa nama kamu?"

"Viola pak." Ungkap Viola.

Yudistira terlihat berjalan menghampiri Viola. Kris yang melihat papahnya berjalan mendekat kearah wanita itu, membuat Kris terlihat heran.

'Mau ngapain papah?' Lirih Kris, dalam hatinya.

"Ini Viola," Yudistira memberikan dua lembar uang berwarna merah kepada Viola. Membuat Viola terlihat bingung.

"Ini buat apa pak? Kan kue-nya udah di bayar tadi."

"Itu uang buat kamu, anggap aja itu uang jalan dari saya karna kamu sudah mau mengantarkan kue pesanan saya." Jelas Yudistira.

Mata Viola langsung berbinar, "beneran ini pak?" Viola masih menatap tak percaya.

"Iya, ambil." Yudistira menyodorkan kembali uang tersebut kepada Viola, dan Viola pun dengan senang hati menerima uang tersebut.

"Terima kasih pak." Ucap Viola, wajahnya terlihat sangat bahagia.

'Yes lumayan 200 ribu. Ah mimpi apa aku semalam dapat duit segini!' Sorak Viola dalam hatinya, ia merasa ketimbun Rezki dari atas langit, jelas-jelas bukan dari langit.

'Ck, mata duitan.' Ucap Kris dalam hatinya, saat melihat papahnya memberikan uang kepada Viola, dan Viola dengan gembira menerima uang pemberian papahnya itu.

"Sama-sama."

"Kalau begitu saya pulang dulu pak." Pamit Viola. Diangguki oleh Yudistira dan Viola pun mulai melajukan motornya meninggalkan rumah tersebut.

Yudistira terlihat semakin melebarkan senyumnya, sambil memandangi Viola yang terus melajukan motornya menjauh dari rumah tersebut. Sedangkan Kris ia semakin terheran dengan papahnya itu, apa lagi papahnya terlihat sangat gembira usai bertemu dengan wanita itu. Namun Kris tak mau ambil pusing, ia masuk kembali ke dalam rumahnya.

"Kris, jaga sikap kamu kalau sama perempuan." Ujar Yudistira, yang baru saja masuk kedalam rumahnya, dan menghampiri Kris yang tengah duduk di sofa ruang tengah.

"Maksud papah?" Kris menjawab, tanpa menoleh kearah papahnya itu, matanya fokus menatap layar ponsel yang ada ditangannya. Seolah Kris tak mengerti dengan ucapan papahnya itu, padahal dalam hati Kris sudah mengerti.

Yudistira menghelai nafas panjang, lalu ia duduk di samping putranya itu. Yudistira menepuk bahu Kris pelan. "Jangan pura-pura. Kamu jangan terlalu dingin sama perempuan, jaga bahasa kamu kalau berbicara dengan perempuan Kris." Turut Yudistira.

Namun Kris terlihat tak menanggapinya, ia berajak dari samping papahnya itu, dan berjalan menuju kamarnya.

Meninggalkan papahnya, tanpa sepatah kata pun.

Lagi-lagi Yudistira menghelai nafas panjangnya. Rasanya sulit sekali menasihati putra-nya itu. Yudistira hanya ingin Kris merubah sikapnya, yang angkuh dan dingin itu. Namun sampai detik ini Yudistira masih belum bisa. Telah banyak cara Yudistira lakukan untuk memecahkan ke Angkuh-an putranya itu tapi semuanya sia-sia.

"Mey, maafkan mas. Sampai saat ini mas masih belum bisa membuat Kris berubah." Lirih Yudistira.

Yudistira mengangkat kembali pesan dari sang istri, sebelum ia meninggalkan-nya. Bahwa Meyra ingin melihat anaknya bisa bersikap lebih hangat kepada siapa pun.

_____________________________________

Viola telah sampai di depan rumahnya, ia langsung masuk kedalam rumahnya, usai memakirkan terlebih dahulu motor kesayangannya itu.

"Bu...ibu...." Teriak Viola, memanggil-manggil Ibu-nya.

"Ada apa sih Vi, berisik teriak-teriak." Sahut ibu Hanum, yang baru saja keluar dari dapur.

"Nih..." Viola memberikan uang bayaran kue tadi. Bu Hanum tersenyum, lalu mengambil uang tersebut dari Viola.

"Alhamdulillah." Ucap Bu Hanum.

"Eh Bu kalau orang itu pesan kue lagi, kasih tau Viola ya. Biar Viola nanti yang anterin lagi kesana!" Ucap Viola.

Bu Hanum menatap heran kepada Viola. "Tumben? Tadi aja ibu suruh susahnya minta ampun, sekarang kenapa tiba-tiba mau jadi kulir ibu."

"Emm, gak apa-apa. Mau bantu ibu aja."

"Ck, pasti ada udang di balik bakwan kan!"

"Wah enak tuh Bu udang di balik bakwan, bikinin dong Bu." Rayu Viola.

"Gak..." Ketus Bu Hanum. "Udang mahal, lebih baik ibu beliin telor sekilo cukup buat satu Minggu, dari pada beli udang sekilo cuman buat bikin bakwan." Lanjutnya.

"Kali-kali sih Bu nyenengin anak." Viola terlihat mengerutkan bibirnya.

"Iya lain kali, oke."

"Terserah ibu deh, tapi kalau orang itu pesen lagi kue sama ibu, bilang Vio ya bu. Biar Vio yang anter."

"Iya-iya bawal."

"Ya udah Vio mau mandi dulu gerah..." Ucap Viola, sambil menggibas-gibaskan tanganya.

"Oh ibu tau Vio, kamu mau nganter kue ke rumah pak Yudistira lagi. Karna anaknya pak Yudistira gantengkan." Goda Bu hamun.

"Ih amit-amit, Vio gak tertarik sama sekali, percuma ganteng kalau Angkuh. Ogah..." Teriak Viola, sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Jangan ngomong gitu, nanti kamu naksir terus suka lagi berabe kamu."

"Ah gak akan pernah terjadi. Amit-amit." Tegas Viola, lalu ia pun masuk kedalam kamar mandi tersebut. Bu Hanum terlihat terkekeh sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Viola...Viola..." Bu Hanum pun berajak keluar rumahnya. Entah mau kemana ibu-nya Viola itu.

"Enak aja ibu bilang aku kesana mau ketemu lagi sama anaknya tuh orang yang mesen kue. Siapa tuh tadi namanya, pak Yudistira. Amit-amit, gak ada niatan sama sekali, pas udah tau sikapnya yang kaya gitu. Amit-amit..." Viola masih menggerutu sendiri, di dalam kamar mandi. "Sebenarnya malas sih ke sana lagi, apa lagi sampai ketemu cowok angkuh itu, huh. Kalau gak inget baiknya pak Yudistira, aku gak akan mau tuh. Lumayankan kalau seminggu dua kali aku nganterin pesan kue kesana, dan di kasih uang lebihnya 200 ribu, seminggu jadi 400 ribu. Bisa buat beli kuota unlimited deh.'' Viola tersenyum, sambil membayangkan perkataannya itu.

Bersambung...

Jangan lupa like, komen dan Votenya ya semuanya.

Aku usahain up tiap hari kok.

Makasih...

see u

bye-bye..

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

Kris awas nti kamu bucin lho sama c Viola yg lucu gitu 🤦😁😂

2023-08-12

0

Juragan Jengqol

Juragan Jengqol

bawel thor, bukan bawal. bawal enak dipanggang dicocol sambel terasi 🤣🤭

btw, ceritanya enak, mengalir. ga bosenin...

2023-03-21

0

Mamik Mulyono

Mamik Mulyono

Ada udang di adonan bakwan 😂😂😂

2023-01-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!