Viola mulai melakukan kegiatannya, membuka leptop kesayangannya. Viola membuka email, memeriksanya apakah ada email yang masuk. Viola terlihat mengerutkan bibirnya, usai memeriksa email tersebut, dan hasilnya nihil. Ya setiap hari Viola memeriksa email atau pesan berharap ada balasan dari salah satu perusahan yang ia kirimkan surat lamaran.
Sudah banyak surat lamaran yang ia kirim ke perusahan-perusahan. Surat lamaran tersebut Viola kirim ada yang secara online, dan offline juga, seperti lewat kantor pos, atau ia pergi sendiri ke perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan tersebut.
Sebenarnya Viola itu gadis yang sangat berprestasi, nilai-nilai yang ia peroleh saat menginjak bangku sekolah dan kuliah pun sangat memuaskan. Tapi entah kenapa perusahan sepertinya sulit sekali gadis itu menerima gadis itu di perusahaan mereka. Ya mungkin di era jaman sekarang pintar itu tidak terlalu menjamin juga, harus goodloking juga mungkin. Apalah daya seorang Viola yang tidak pernah sama sekali kenal dengan yang namanya skincare. Jangankan skincere bedak pun ia tak pernah pakai, dan punya alat-alat make-up tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh gadis itu.
Ya walau pun tanpa skincare atau make-up pun Viola sudah terbilang cantik, karna pada dasarnya gadis itu sudah mempunyai paras yang cantik, hanya saja di era jaman new Viola terbilang sebagai gadis yang masih kuno. Bahkan saat ia masih kuliah pun teman-temannya memanggilnya dengan sebutan gadis purba. Karena mereka pikir Viola tidak bisa mengikuti tren di area jaman new seperti jaman sekarang ini. Kalah dengan bocah yang masih terbilang belum cukup umur, namun mereka sudah mengikuti jaman.
Viola menarik nafas dalam, dan membuangnya dengan kasar. "Arrrggg, susah sekali sih mau dapet pekerjaan. Masa aku akan terus menjadi kaum rebahan terus seperti ini?" Decak Viola, wajahnya terlihat penuh beban.
"Please, satu aja itu surat lamaran gw nyantol, gw sudah capek jadi beban keluarga. Capek juga denger omelan ibu tiap hari, ya tuhan tolong kasihanilah aku.." Lanjutnya, sambari menadahkan kedua tangannya berdoa.
"Viola...." Terdengar suara teriakan, dari luar sana. Siapa lagi kalau bukan Ibu-nya. Suara cempreng khas ibunya.
"Iya bu..." Jawab Viola, dengan suara memalas.
"Kamu sedang apa sih,dari tadi ngamar terus. Gak ada kerja apa kamu hah?" Tanya Ibu Hanum yang kini sudah berdecak pinggang sambil membuka pintu kamar anaknya itu.
"Ya emang gak ada kerjaan bu," jawab Viola sambil memutarkan bola matanya.
"Ya kamu cari kerjaan dong Vio, kamu ini sampai kapan kaya gini sih? Liat contoh kakak mu, walau pun otaknya pas-pasan bisa di terima kerja. Lah kamu nilai saja bagus, sampai saat ini kerjaan gak kamu dapat-dapat. Mau jadi apa kamu vio?"
"Ini juga lagi usaha bu, ibu kenapa bawel banget sih?"
"Ibu itu bukan bawel Vio, ibu itu sayang sama kamu. Ibu gak mau kamu terus kaya gini! Kamu itu masih muda. Lagian bagaimana kamu mau dapat kerjaan tiap hari kerjaan kamu cuman rebahan."
"Kamu sudah seperti ulat kasur saja." Lanjut bu Hanum.
"Iya-iya bu, nanti juga Vio pasti cari kerjaan kok,ini juga Vio udah kirim ratusan surat lamaran via online, tapi sampai saat ini belum ada yang nyantol." Ujar Viola, masih menatap malas ibunya yang berdiri di ambang pintu kamarnya.
"Lagian cari kerjaan itu jaman sekarang susah bu.." Lanjut Viola.
"Gak ada yang susah Vio, kamu saja yang kurang usahanya."
"Terus Vio harus gimana bu?"
"Ya usaha lebih giat lagi Vio. Satu lagi coba kamu perbaiki penampilanmu. Jaman sekarang itu cari kerjaan orang juga nilai dari penampilan Vio, gak dari skill saja." Jelas bu Hanum.
"Bu..."
"Sudah ibu tidak mau dengar alasan kamu lagi." Pungkas bu Hanum memotong ucapan Viola, lalu bu Irma menutup pintu kamar Viola dengan keras.
"Astagfiruallah, punya emak gini amat ya, lagian gw itukan anak bungsu. Harusnya disayang, ini malah di galakin terus tiap hari. Mana di banding-badingin terus sama kak Anita lagi. Ya jelas gw sama dia beda. Dia mah orangnya ganjen kemana-mana menor terus huh. Beda dong sama gw, gw kan anaknya alim." Gerutu Viola.
Itulah Viola, jika sang ibu menasehatinya bukannya ucapan ibunya itu di cerna. Viola selalu merasa dirinya selalu di beda-bedakan oleh sang ibu. Padahal kenyataannya ibu Hanum tidak pernah berpikir seperti itu. Ibu Hanum menyayanginya semua anaknya sama rata. Hanya saja kepada Viola penyampaian kasih sayangnya berbeda. Maksud bu Hanum selalu keras kepada anak bungsunya itu agar ia mikir, karna bu Hanum tidak mau jika Viola nantinya bergantung kepada kakak-kakaknya, ibu Hanum ingin Viola mandiri dan sukses. Jika suatu saat nanti dirinya dan sang suami sudah tidak ada di dunia lagi.
"Pusing gw di rumah mulu, keluar ah cari angin!" Ujar Viola, ia beranjak dari kasur dan meraih sebuah jaket jeans yang sudah terlihat lusuh. Viola memakai jaket tersebut lalu ia menyambar kunci motor yang ada di atas nakas.
"Bu Viola pamit mau cari angin dulu." Teriak Viola, berpamitan bada ibunya itu.
"Mau kemana kamu?" Tanya bu Hanum yang terlihat berdiri di depan pintu rumah. Menatap Viola yang sudah bersiap melajukan motor metik miliknya.
"Keluar bentar bu."
"Iya keluar kemana?"
"Sudah ah ibu banyak tanya terus, asalamualaikum!" Ujar Viola sambil melajukan motor tersebut meninggalkan halaman rumahnya.
"Astagfirullah, Viola..." Teriak bu Hanum, terlihat benar-benar jengkel.
"Wallaikum'salam." Lanjut bu Hanum, sambil kembali masuk kedalam rumahnya.
Viola melajukan motor metiknya itu dengan kecepatan sedang, walau pun motor metik tersebut keluaran tahun jadul, naman motor tersebut masih enak untuk di gunakan, karena Viola selalu mengurus motor tersebut dengan baik dan apik, motor tersebut adalah kado kelulusan dari sang ayah. Saat sekolah SMA, waktu itu ayah Viola berjanji, jika ia mendapat nilai yang bagus maka sang ayah akan memberikan hadiah apa saja yang di minta oleh Viola. Dan pada saat kelulusan Viola mendapatkan nilai yang paling tinggi. Sesuai janji sang ayah yang akan memberikan apa saja untuknya, saat itu Viola meminta di belikan motor. Akhirnya ayah Viola membelikan motor tersebut walau pun harus bercekcok terlebih dahulu dengan sang istri sebelum membeli motor tersebut, karna bu Irma tidak setuju.
Viola terus melajukan motornya menelusuri jalan raya, dengan helm bogo bergambar doraemon, serta stiker yang bertuliskan. 'Harta,Tahta, Viola' tersebut, Viola terlihat mengambangkan senyuman-nya menikmati perjalanan tersebut, tak lupa lagu kesukaannya pun ia nyanyikan.
"Loh omongin gw, gw bodo amat"
"Loh ngehina gw, gw bodo amat"
"Loh munafikin gw, gw bodo amat"
"Bahkan loh mati pun, ya gw masa bodo"
"Gw mah bodo amat"
Teriak Viola, bernyanyi lagu tersebut, yang saat ini sedang viral. Lagu tersebut seakan mewakili dirinya.
Lirik lagu tersebut seakan mewakili perasaannya, pikir Viola.
Sepanjang perjalan Viola terus menyanyikan lagu tersebut, tak peduli orang-orang menganggapnya atau berpikir apa, bahkan berkata apa, sesuai dengan lagu yang ia nyanyikan ya 'Bodo Amat'.
Hingga Viola menghentikan laju motornya saat melihat lampu merah menyala, namun bibirnya masih tak berhenti menyanyikan lagu kesukaannya itu.
Hingga orang yang berada di dalam mobil membuka kaca mobilnya, kebetulan mobil tersebut berdampingan dengan motor Viola. Sepertinya ia merasa terganggu oleh suara cempreng Viola tersebut, terlihat juga laki-laki itu tengah menempelkan ponsel miliknya di telinganya, sepertinya laki-laki itu tengah menelpon.
"Hay kau, bisakah kau hentikan suara jelek mu itu.." Ucap laki-laki tersebut, sambil menatap Viola kesal.
Viola melirik, kearah laki-laki tersebut. Mulut Viola
yang sedari berteriak-teriak menyanyikan lagu yang berjudul 'Bodo Amat' itu pun, seketika Viola bungkam saat melihat laki-laki yang tersebut.
"Buset cakep amat." Batin Viola, sambil terus menatap laki-laki tersebut.
Entah apa yang di katakan laki-laki itu kepada Viola, entah itu makian atau pujian, yang pasti saat itu telinga Viola mendadak budeg. Viola tersenyum-senyum dengan pandangan yang terus menatap laki-laki yang terlihat kesal itu.
"Dasar cewek gila." Ucap laki-laki itu, lalu melajukan mobilnya. Karena lampu sudah berganti menjadi warna hijau.
Viola masih tertegun sambil menatap mobil milik laki-laki tersebut, yang kini sudah mulai melaju. Hingga tiba-tiba suara klakson terdengar berbunyi di sekitar jalan tersebut.
"Woy cepat jalankan motormu, menghalangi jalan orang lain saja." Teriak seorang pengemudi motor, yang melaju melewati Viola.
Viola tersadar, lalu ia melihat kearah lampu lalu lintas, yang kini sudah berubah warna menjadi warna hijau.
Dengan segera Viola kembali melajukan motornya. Sambil berteriak kesalah satu mobil yang menyalipnya sambil membunyikan klakson mobilnya dengan keras kepada Viola.
"Dasar gak sabaran." Teriak Viola, sambil memaki-maki pengemudi mobil tersebut.
"NOTE\= NOVEL INI HANYA SEKEDAR HIBURAN, JADI JANGAN NYARI PEMBELAJARAN DI SINI, INI NOVEL HANYA UNTUK MENEMANI KE GABUTAN KAUM REBAHAN, TAPI YA SEMOGA ADA PEMBELAJARAN JUGA DISINI."
DAN JANGAN LUPA DUKUNGAN UNTUK AUTHOR, LIKE COMEN DAN VOTE. TERIMA KASIH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Aidah Djafar
lucu c viola gabut 😁
2023-08-12
0
Jeng Anna
Bu Hanum dong bebbb
2023-01-26
1
Kenzi Kenzi
iye thor,...gokil nih alurnya...mesem terus gw
2022-12-10
0