"Baiklah, saya akan ke Jakarta bertemu Diona sebelum dia berangkat untuk belajar melukis." kata Danu berjanji. Bayu menatap Danu Wirya, sosok tampan dan gagah paman Diona. Usianya terbilang muda baru tiga puluh lima tahun tapi dia sudah berhasil memimpin perusahaan kakaknya dan merawat keponakannya. Bayu menatap kagum pada Danu. Tidak berbeda dengan Bayu. Danu pun mengagumi Bayu sebagai sosok pemuda yang rajin dan ulet. Dia sudah sibuk berbisnis sejak masih kuliah. Sepak terjangnya Danu sudah tau sebab itu Danu kecewa ketika tau Diona tidak mencintai Bayu. Begitu pun sebaliknya. Tapi apa yang Bayu lakukan membuat Danu senang. Diona memiliki seseorang yang menjaganya. Bayu pun segera pulang ke Jakarta, dia tidak sabar untuk menyampaikan berita ini pada Diona. Di Jakarta Diona terkejut dengan kedatangan Bayu.
"Ada apa Bayu, kamu terus tersenyum begitu?" tanya Diona curiga.
"Di aku mau tanya jika ada beasiswa untuk sekolah melukis kamu mau ambil?" tanya Bayu dengan berdebar.
"Sekolah lukis, beasiswa? Aku mau sih. Tapi bagaimana aku ngomongnya sama om Danu?" Diona senang tapi juga bingung.
"Tenang Di, kalau kamu mau bisa aku atur nanti." Bayu lega. Upayanya tidak percuma.
"Kamu yakin om Danu pasti ijinin?" Diona merasa aneh. Karena selama ini pamannya tidak mau dia belajar seni.
"Aku mau Bayu, jika boleh." Diona ingin mencoba bicara pada pamannya.
"Aku dengar om Danu akan ke Jakarta, nanti kamu coba tanya. Yang lain biar jadi urusan aku." Bayu sudah merencanakan semuanya. Diona dan Danu bicara sebenarnya hanya formalitas saja. Tapi Diona tidak curiga betapa mudahnya hal itu. Danu pun memberi kabar pada Diona, kedatangannya ke Jakarta. Diona berharap untuk bertemu pamannya. Bersiap dalam arti menyiapkan diri untuk minta ijin tentang sekolah lukisnya. Mereka pun bertemu di sebuah cafe.
"Diona, kamu jadi pulang kan. Barang-barang sudah kamu kirim semua?" tanya Danu pada Diona.
"Barang-barang sudah di kirim om. Tapi ada yang Diona ingin tanyakan sama om Danu." Diona mencoba untuk bicara
"Tanya apa?" Danu sudah tau apa yang akan Diona tanyakan tapi dia harus jadi aktor dadakan.
"Jika ada beasiswa untuk Diona belajar melukis , boleh kah Diona ambil? satu tahun saja om." Diona mencoba berani. Danu tidak tampak terkejut, karena dia bukan aktor sungguhan. Tapi Danu diam dulu mengamati Diona. Memang tampak Diona sangat ingin Danu mengatakan boleh. Darah mamanya ternyata lekat pada Diona.
"Benar cuma satu tahun?" Danu hanya menegaskan waktu yang dia berikan pada Diona.
"Benar om, satu tahun." Diona mulai berharap.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah satu tahun?" Danu ingin tau keinginan Diona yang sebenarnya.
"Diona janji setelah satu tahun Diona akan lakukan tugas yang om Danu berikan." Diona mantap dengan keputusannya.
"Kamu tidak terpaksa kan?" sebenarnya Danu senang dengan keputusan Diona.
"Tidak om. Diona sudah senang om kasih kesempatan untuk belajar melukis." Diona bersungguh-sungguh. Danu jadi merasa kekhawatirannya selama ini tidak beralasan. Diona Azalea, keponakannya ternyata tau apa kewajibannya. Ada rasa bersalah dalam hati Danu pada Diona. Dia belum bisa membahagiakan keponakannya.
"Kamu boleh pergi Di. Tidak perlu pulang dulu ke Surabaya. Nanti om dan tantemu yang akan menengokku ke sana." kata Danu pada akhirnya. Diona terpana. Dia tidak curiga Danu tidak bertanya apa pun tentang beasiswanya. Tapi ijin yang dia dapat sudah mengalahkan segalanya. Diona segera memeluk Danu karena rasa bahagianya. Danu jadi terharu. Danu bersyukur Bayu Langit menemuinya. Sementara pemuda yang dipikirkan Danu ada di satu sudut cafe itu. Bayu tersenyum melihat pemandangan di depannya. Hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu Di, kata Bayu dalam hatinya. Diona pun bersiap untuk berangkat ke negara impiannya. Diona boleh memilih belajar melukis di negara mana pun yang dia mau. Tapi sebelumnya Bayu membawa Diona ke Singapore untuk bersenang-senang. Danu mengantar Bayu dan Diona ke bandara. Mereka akan bersantai dulu di Singapore, sementara asisten Bayu akan mengurus keperluan Diona untuk sekolah. Danu pulang ke Surabaya dengan sambutan kemarahan dari Wilma. Dia menyangka suaminya pulang bersama Diona. Tapi ternyata tidak. Wilma sangat sayang pada Diona. Ketidak hadiran anak dalam pernikahannya membuatnya menyayangi Diona. Wilma sangat rindu pada Diona. Sebab itu dia marah pada Danu. Tapi Danu tidak hilang akal. Dia berjanji pada Wilma akan membawanya menengok Diona, jika istrinya itu berlaku manis. Wilma pun menurut. Dia bisa apa. Wilma hanya ibu rumah tangga biasa. Danu tidak mengijinkannya bekerja atau pergi ke manapun seorang diri. Danu sangat mencintai Wilma. Walaupun mereka telah sepuluh tahun menikah dan belum mendapat anak, tapi Danu tidak berniat meninggalkan Wilma. Di tengah kesibukannya mengurus perusahaan dan keponakannya, kehadiran Wilma dalam hidup Danu merupakan anugerah. Danu tidak sempat memikirkan anak dalam pernikahannya. Yang penting dia dan Wilma bahagia. Berbeda dengan Wilma. Dia merasa pernikahannya belum lengkap. Biasanya istrilah yang akan di sudutkan lebih dahulu. Di bilang mandul atau tidak subur. Wilma merasa kecil hati. Itu sebabnya dia menurut saja di batasi oleh Danu. Dia tidak perlu mendengar sindiran yang kurang pantas di luaran sana. Kadang Wilma keluar hanya dengan sahabatnya saja. Kalau pergi dengan sahabatnya, Danu memberi ijin. Mungkin Danu ingin melindunginya dari perasaan sedih. Untung saja Danu tidak memiliki orangtua lagi. Bisa saja orangtuanya meminta Danu untuk menikah lagi dan memiliki anak. Di mata Wilma Danu itu sempurna. Tampan, pintar dan baik. Tentu saja susah seperti itu banyak yang suka. Tapi Wilma tidak cemburu. Karena Danu membuktikan cintanya hanya untuk Wilma. Danu juga menjaga dirinya dengan baik hingga tidak ada gosip miring di luar sana. Hari ini Wilma menerima barang-barang yang di kirim oleh Diona. Di setiap dus ada catatan tentang isinya. Wilma memilih barang yang tidak perlu untuk di taruh di gudang. Tapi barang-barang yang Diona suka untuk di taruh di kamarnya. Wilma membuka sebuah dus yang berisi boneka. Ternyata banyak juga teman Diona yang menghadiahkan boneka. Wilma melihat boneka itu lucu-lucu. Dia mencium boneka itu, ternyata Diona menyemprotkan parfumnya pada semua bonekanya. Wilma jadi senang, karena dia rindu pada Diona. Danu yang pulang lebih awal tidak menemukan istrinya di mana pun. Tapi dia melihat pintu kamar Diona terbuka. Dia pun melangkah ke sana. Di dalam di lihatnya Wilma yang mencium boneka Diona dan menatanya di Rak. Danu menghampiri Wilma dan memeluknya dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments