Thania berjalan cepat keluar kelas. Gita ikut keluar menyusul Thania sembari berlari. Karena Thania juga berlari.
"Than! Woi tungguin gua!" teriak Gita.
"Cepetan!" balas Thania tanpa menghentikan langkah larinya.
Gita membuang nafas kasar, lalu menambah laju larinya. Nafasnya terengah-engah begitu mereka sampai di kantin.
"Hah hah, lo kenapa hah lari segala si?!" kesal Gita sembari mengatur nafasnya.
Thania ikut mengatur nafasnya yang sedikit sesak akibat berlarian tadi.
"Kalo gua nggak cepet-cepet ke sini, entar keburu si Gevan dateng! Gua ogah sama tu cowok," balas Thania setelah nafasnya kembali normal.
Gita duduk menghadap Thania, "huh? Otak lo miring ya? Cewek di sini malah pengen dijemput ke kelas sama si Gevan, tapi nggak pernah keturutan. Lah elu yang nggak ada usaha apa-apa malah dengan gampangnya mau dijemput sama si Gevan, tapi elunya nggak mau? Otak masih waras?"
"Ck, itu kan mereka bukan gua," decak Thania.
"Udah lah cepetan pesenin gua makanan gih. Laper nih gua," suruh Thania memegang perutnya.
"Bentar elah, gua masih capek nih."
"Cepetan, Git! Gua laper..." rengek Thania.
"Ya udah iya bentar." Gita berdiri dari duduknya lalu bertanya pada Thania. "Lo mau pesen apa?"
"Seblak sama Jus Jeruk. Seblaknya yang pedes ya?"
"Sip!"
Gita berlalu dari sana untuk memesankan makanan Thania dan dirinya. Tidak butuh waktu lama Gita sudah kembali dengan membawa nampan berisi makanan mereka.
"Kok cepet?" kata Thania sambil mengambil nampan itu dari tangan Gita.
"Gua nerobos antrian. Bodo amat kalo mereka marah-marah. Gua udah laper banget," jawab Gita langsung memakan Baksonya.
Thania geleng-geleng mendengar ucapan Gita. Lalu ia menatap Mie seblaknya dengan tatapan berbinar.
Thania mulai mengambil sendok untuk menyeruput kuah pedasnya.
"Wih... Ni seblak mantul banget!" pekik Thania kembali menyeruput kuahnya.
Gita mendongak menatap Thania jengah, "ya iyalah enak. Ini kan sekolah elit, ya kali makanannya kagak enak."
Thania menyengir mendengar ucapan Gita yang terdengar jengah.
"Than," panggil Gita.
Thania hanya membalas dengan deheman. Dia fokus pada seblaknya.
"Lo lagi ngehindar dari Gevan kan?" tanya Gita.
Lagi-lagi Thania membalas dengan deheman.
"Emangnya lo nggak mikir apa, kalo usaha lo itu sia-sia."
Thania mengangkat wajahnya menatap bingung Gita. "Maksut lo?"
Gita berdecak sebal, "udah lah abaikan aja. Cepetan makan gih, keburu nyesel entar lo," kata Gita sambil memasukkan sesuap bakso ke dalam mulutnya dengan kesal.
Thania hanya mengedikan bahu acuh. Tidak terlalu mengerti maksud Gita, tapi tidak ada niatan untuk bertanya. Ia kembali makan dengan tenang.
Namun, ketenangannya tidak berlangsung lama ketika tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sebelahnya dan menarik mangkuk seblak miliknya. Ingin memaki tapi terhenti ketika melihat tatapan dingin orang itu.
Meneguk ludah susah payah, "Ge- Gevan?" ucap Thania gugup.
Gevano menatap datar Thania. "Kenapa nggak nungguin? Tadi pagi aku udah bilang, tunggu di kelas! Jangan ke kantin tanpa aku. Lalu kenapa kamu nggak nurutin ucapan aku?" kata Gevano dengan menekan beberapa kata.
Mata Thania bergerak liar. Sial. Dia ingat kata Gita tadi, dan ia baru paham sekarang. Benar kata Gita, kalau usahanya akan sia-sia. Gevano bisa menyusulnya, tentu saja. Kantin adalah tempat yang pertama kali dikunjungi oleh para murid saat jam istirahat.
Kenapa Thania bisa sebego ini si! Harusnya dia tidak pergi ke kantin untuk menghindari Gevano!
"I- itu a- aku..." Thania mencoba mencari alasan yang pas untuk Gevano. Tapi tidak ada, otaknya kosong melompong di saat panik seperti ini.
Lalu matanya melirik ke arah seblaknya. "A- aku laper! Te- terus perut aku tadi sakit banget..." Thania memegang perutnya sendiri, lalu memasang ekspresi seolah sedang merasakan sakit.
Gevano mengangkat sebelah alisnya. Thania yang melihat itu segera melanjutkan ucapannya.
"Jadi aku ke sini buat beli makanan. Maunya nunggu kamu, tapi perutku keburu sakit... Iya kan, Git?" Thania melirik Gita dengan mata yang melotot agar mengiyakan ucapan dusta-nya ini.
Gita yang sedari tadi diam tersentak. Melihat mata Thania yang melotot mau tidak mau ia mengangguk dengan kaku.
Thania kembali melirik Gevano yang diam dengan tampang datar.
"Kalo perutnya sakit, harusnya makan makanan yang sehat. Bukan malah makan seblak pedas kayak gini. Jadi..." Gevano berdiri, mengambil mangkuk itu, lalu membuang seblak Thania ke tempat sampah terdekat.
Thania melototkan matanya melihat seblak yang masih tersisa banyak dibuang begitu saja oleh Gevano.
Dengan senyum manisnya Gevano kembali duduk di dekat Thania.
"Kok-- kok dibuang?" tanya Thania lemas.
Gevano menoleh dengan wajah tak berdosa. "Emang kenapa? Perut kamu kan sakit, jadi aku buang aja seblaknya. Nanti kalo kamu masih nekat makan makanan pedas, perut kamu makin sakit," jelas Gevano dengan senyum puas.
"Kamu nggak marah kan, Sayang?"
Thania ingin marah, tapi tidak bisa. Ia hanya menghela nafasnya kasar dan mengangguk pelan. Membuat senyum Gevano mengembang sempurna.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Makanya jgn suka asal mencari alesan 😜😜😂
2023-09-28
0
Qaisaa Nazarudin
#Gesrek
2023-09-28
0
Qaisaa Nazarudin
Astaga Gita, Kenapa aku baca novel mu ini thor kesel2 ngakak gitu, gemas aku dgn kelakuan Vano juga Gita,Vano yg posesif gak ada obat, Gita yg gresek..😂😂😂😜😜
2023-09-28
0