PLAKKK
Thania menampar pipi Gevano. Nafasnya memburu. Dia merasa direndahkan oleh Gevano dihadapan seluruh siswa. Bisa-bisanya pemuda di depannya ini berkata seperti itu dengan entengnya! Memangnya dia pikir Thania serendah itu apa?!
Semua orang di sana terkejut melihat keberanian Thania menampar seorang Gevano Ananda Zibrano yang terkenal bengis dan kejam!
"Lo pikir gue serendahan itu apa!?" ucap Thania dengan nafas memburu.
Gevano hanya menatap penuh amarah Thania. Belum ada yang pernah berani melawannya, bahkan sampai menamparnya seperti ini!! Gadis di depannya ini benar-benar membuatnya naik pitam!
"Halah, nggak usah sok suci deh lo! Gua tebak, lo pasti udah pernah main sama cowok kan?" sinis Gevano sambil mengusap pipinya yang ditampar oleh Thania.
PLAKK
Dua kali Thania menampar Gevano.
"Mulut lo nggak bisa dijaga ya!!! Gue bukan gadis rendahan kayak gitu!!" marah Thania.
Matanya memanas karena menahan tangis. Sungguh hatinya sakit mendengar ucapan merendahkan seperti itu.
Gevano bersiap akan membentak gadis di depannya ini. Tapi gadis itu sudah lebih dulu berlari keluar dari area kantin.
"Gev, gue tau lo marah, tapi jaga ucapan lo dong. Dia pasti ngerasa sakit hati karena ucapan lo itu. Lo juga belum tau kehidupannya, nggak usah lah ngehina harga dirinya sampai kayak gitu," ucap Vino menasehati.
"Vino bener, Gev. Walau pun gue buaya tapi gue nggak pernah ngerendahin cewek kayak gitu. Dia pasti ngerasa harga dirinya diinjek-injek, dia juga pasti malu lo permaluin di depan umum kayak gini," sahut Rafael ikut menasehati dengan bijak.
"Kalian kok jadi belain dia si?!" kesal Gevano.
"Nggak gitu Gev---"
"Dahlah! Males gua sama lo pada!!"
Gevano keluar dari kantin meninggalkan kedua sahabatnya yang menghela nafas pasrah.
Vino dan Rafael saling pandang, seolah mengatakan 'susul atau nggak?'
"Nggak usah deh, Gevan kayaknya butuh waktu sendiri buat renungin kesalahannya. Mending kita makan aja yok!" kata Rafael semangat.
"Iya, ayo dah! Lo yang bayarin ye," balas Vino menyengir.
"Enak aja! Bayar sendiri!" ketus Rafael.
"Pelit amat lo!"
"Bodo amat!"
...***...
Thania berjalan cepat, tidak tau mau ke mana. Yang jelas dia hanya mengikuti langkah kakinya saja. Hingga dia berhenti di atap rooftop. Thania mengatur emosinya agar stabil. Air matanya terus mengalir deras.
'Emang dia tau apa tentang hidup gue?! Dia pikir gue ****** apa!! Hiks, sialan!!' umpat Thania dalam hati.
"Dasar cowok brengsek!! Sialan!! Bajingan!!! Arghh! Dia pikir gue cewek apa'an?! Hiks, bangsat!!" teriak Thania tanpa tau bahwa orang yang tengah ia umpati ada di belakangnya dan mendengar jelas ucapan gadis itu.
Gevano mengikuti Thania kemari. Entahlah kenapa dia tiba-tiba merasa bersalah pada gadis itu.
"Gue hiks bukan cewek murahan hiks!! Licin banget mulutnya hiks! Jadi pengen ngejahit tu mulut!"
Gevano terkekeh dalam hati mendengar gerutuan Thania untuknya. Harusnya ia marah karena Thania berani berbicara seperti itu di belakangnya. Tapi justru ia merasa lucu mendengat gerutuan itu.
Gevano berjalan mendekati Thania yang masih belum sadar akan kehadirannya. Ia berdiri di samping Thania dengan kedua tangan yang di masukan ke dalam saku celananya.
Thania yang merasa ada orang lain selain dirinya menoleh ke samping kanan dan mendongakkan kepalanya, dia terkejut melihat seorang pemuda berdiri di sampingnya, apalagi pemuda itu yang membuatnya menangis seperti sekarang.
Thania dengan kasar mengusap air matanya, lalu berujar ketus pada Gevano. "Ngapain lo ke sini?! Mau ngerendahin harga diri gue lagi?"
Gevano menghela nafasnya, lalu melirik ke bawah untuk melihat Thania, karena gadis itu lebih pendek darinya.
"Maaf," ucap Gevano nyaris seperti bisikan, tapi Thania masih bisa mendengar ucapan Gevano.
"Gue nggak butuh maaf lo! Lebih baik sekarang lo pergi!" balas Thania mengalihkan pandangannya dari Gevano.
Gevano menghela nafasnya, ia tidak tau caranya meminta maaf karena ini pertama kalinya dia meminta maaf. Gevano sendiri bingung kenapa dia repot-repot meminta maaf pada gadis di depannya ini?
Padahal biasanya walau ia mematahkan tangan atau kaki seseorang Gevano tak pernah sekalipun merasa bersalah apalagi meminta maaf.
"Kenapa lo diem? Pergi aja sana!!"
Perkataan Thania membuatnya kembali tersadar dari acara melamun. Gevano menatap intens Thania membuat Thania risih.
"Nggak usah natap gue! Pergi sana ih!!" kesal Thania.
Gevano tak menggubris perkataan Thania, ia melangkah maju mendekati Thania membuat gadis itu melangkah mundur hingga ia tidak bisa ke mana-mana karena sudah mencapai di ujung pembatas rooftop.
"L- lo mau ngapain si?! Mu- mundur nggak! Ini terlalu deket, sialan!" kata Thania gugup sambil berusaha mendorong dada Gevano yang semakin merapat ke tubuhnya.
Gevano menatap wajah Thania dari dekat. Kalau dilihat dari dekat Thania semakin keliatan cantik. Kulitnya putih, alisnya rapi, bulu matanya lentik, hidung mungil, pipinya sedikit cubby, matanya berwarna coklat terang, dan bibirnya ranumnya yang terlihat begitu manis.
Hanya satu kata yang pas untuk Thania, sempurna. Jantung Gevano rasanya menggila saat menatap hazel milik gadis di depannya ini.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
lalisa
jahit aja than
2022-05-11
1
Ai Kholisoh
dah nemu pawang nya tuh
2022-04-04
0
ẓɦ⍲ρ✓ 🌽 🇮🇩
perlahan tp pasti
2022-03-22
0