Ke esokan harinya, Hera terbangun dari tidurnya di pagi buta. Ia masih sangat mengantuk, sebastian menggendong turun dari tempat tidur. Hera berdiri sempoyongan dan hampir terjatuh ke lantai, untunglah ia masih bisa menjaga keseimbangannya.
"huamm... ada apa sebastian?"
Sebastian memberikan sebuah pakaian kepada Hera, Hera mengambilnya. Hera bingung untuk apa pakaian ini, madam eadline sudah membelikannya banyak pakaian sebelum ia datang kemari.
"untuk apa baju ini sebastian?, madam sudah memberi ku banyak pakaian. taruh saja di lemari". Perintah Hera
sebastian tertawa kecil, Hera merasa aneh mendengar tawa nya.
"(apa yang dia tertawakan?)" Pikir Hera
"My lady, Kau ingat saat aku bilang padamu bahwa kau akan pergi ke sekolah?"
"Ya terus?!..."
"Hari ini adalah hari pertamamu pergi ke sekolah my lady dan ini adalah seragam Exorcistta milikmu"
Hera berbinar mendengarnya, ia segera merebut seragam itu. Lalu ia menaruh nya di atas tempat tidur kemudian mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi.
"Sebastian!, Bisakah!?..."
"Baiklah my lady!" Sebastian segera merespon isyarat nya
Sebastian beranjak pergi dari kamar nona kecil nya itu, ia harus segera menyiapkan sarapan untuk anggota keluarga kuarts. Ia berjalan dengan tenang di koridor yang gelap hingga sesuatu menarik perhatiannya. Sebasti berhenti kemudian terdiam.
"Sampai kapan kau akan terus bersembunyi seperti itu" tanya sebastian pada seseorang
Di belakang Sebastian, berdirilah sosok berjubah hitam yang ia lihat tadi malam. Dari balik tudung hitam, Sosok itu hanya menatap nya datar tanpa ekspresi.
"Apa urusan mu datang kemari?, bukan kah kau seharusnya tetap merahasiakan keberadaan mu dari para pelayan lainnya?" tanya Sebastian
Hanya ada keheningan mencekam yang menyelimuti di antara mereka berdua. Sebastian kembali melangkah dan saat itu juga sosok tersebut tiba-tiba menjawab pertanyaan dari Sebastian.
"Pria itu akan kembali ke rumah ini"
"..."
Sebastian terkejut tetapi ekspresinya menunjukkan reaksi yang sangat tenang. Ia kembali melangkah kemudian sosok hitam itu ikut menghilang bersamaan dengan langkah kaki Sebastian.
"(Pria itu akan segera kembali...)" ucap batin sebastian
Sosok itu menghilang, pun beranjak pergi. Sedangkan di bawah, tepat nya di depan gazebo bagian halaman belakang rumah, Cloudet sedang menghukum para pelayan yang berani membicarakan dirinya dan eadline tadi malam. Mereka akan di hukum habis-habisan sampai mereka semua bertobat dan meminta maaf kepada eadline.
"Ahhhhhh!!!!!....... ampuni kami nona!" para pelayan itu berteriak kesakitan
Cloudet melayangkan beberapa pukulan lagi dan lagi dengan cambuk miliknya. Agar lebih menyakitkan, baju mereka di siram dengan air dingin. Saat terkena pukulan rasanya amat ngilu, Rasa sakit ini tidak pernah mereka rasakan sebelumnya. Bagi cloudet, ini adalah hukuman yang sangat sepdan untuk mereka, Mereka harus menerima akibat dari perbuatan kekurangajaran.
"kalian semua!!!, berani merendahkan madam eadline!!. Padahal sebelum kalian di terima disini, kalian sudah mengerti konsekuensi apa yang akan kalian dapatkan jika berani melakukannya!!!"
"Maafkan kami nona!"
Cloudet mencabuk mereka lagi dan lagi dan terus sampai punggung mereka berdarah. Sebastian yang mengintip dari balik jendela koridor, hanya berekspresi datar lalu pergi menjauh dari jendela tersebut.
"Lagi-lagi" Sebastian Tersenyum kecil
Dikamar, Hera terpana melihat dirinya sendiri di cermin. ia terlihat sangat cantik saat memakai seragam tersebut. ia berputar-putar, bagian bawah seragam mengembang dengan sangat indah. Ia memakai kaos kaki selutut kemudian ia memakai sepatu pantovel berwarna hitam yang telah di semir. Ia kelihatan makin cantik, kemudian ia berlari keluar mencari sebastian.
"Sebastian!?, aku sudah siap!. ayo berangkat!"
Hera turun kebawah, ia mengambil sebuah roti panggang yang ada di atas meja ruang tamu. Ia melahap nya dengan cepat, lalu ia meminum segelas susu yang juga berada di meja tersebut.
"Ah lady, kau terlihat sangat cantik mengenakan seragam itu"
Hera merasa sangat bangga dengan dirinya sendiri, ia menarik-narik lengan sebastian, agar segera mengantarnya pergi ke sekolah.
"Ayolah sebastian!, antar aku!. aku sudah tidak sabar!"
"Baiklah nona, Sebelum itu..."
"..."
Sebastian memakaikan sebuah hairpin di kepala hera, hairpin itu terbuat dari bahan sejenis giok berwarna biru tua dan hairpin tersebut, di hiasi dengan sebuah berlian merah muda yang di imitasi berbentuk hati. Walaupun ini adalah seperti barang murah, tetapi hairpin ini seperti perhiasan mahal bagi dirinya. ia memberikan dan mempercayakan hairpin tersebut kepada lady hera, untuk di jaga. Menurutnya, anak baik seperti lady hera pantas mendapatkannya.
"Nah selesai, kau terlihat sangat cantik memakainya"
"Wah!, terima kasih sebastian!"
"sama-sama lady, kalau begitu ayo kita berangkat"
"um!"
Mereka berdua pergi menuju Zalior (Sekolah Exorcist junior) Hanya dengan berjalan kaki tanpa menaiki kereta kuda, Hera bertanya-tanya mengapa mereka tidak menaiki kereta kuda saja. Padahal jarak rumah dan sekolah itu lumayan jauh.
"(Mungkin sebastian sedang menunjukkan pada ku, langkah-langkah untuk menjadi exorcist yang kuat. saat exorcist menjalankan misi mereka tidak menaiki kendaraan. melainkan menggunakan tenaga manual berlari, berjalan dan menunggang kuda untuk sampai di tujuan. aku mengerti dengan tujuan mu sebastian)" Gumam Hera
Sementara itu...
"(Aku harap lady hera tidak keberatan berjalan kaki seperti ini, Pak kusir. cepat lah sembuh!)" Sebastian menghela nafas kasar
Di kamar belakang, seorang pria paruh baya berumur empat puluh tahun, sedang menonton Cloudet menghukum para pelayan di balik jendela kamarnya. Sambil menyeduh segelas kopi hangat, ia menyeka hidung nya yang berair. Lalu kembali berbaring di kasurnya.
"Aku harap nona muda tidak kelelahan" pikir sang pak kusir
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya mereka sampai di sekolah Zalior. para junior yang lain berjalan memasuki sekolah sambil berbincang-bincang ceria, Hera takjub dengan suasana disana. banyak pohon peri dan pohon sakura yang belum mekar disini, cuacanya sangat cerah dan Gedung sekolah nya sangat megah dan juga indah.
"Sampai jumpa Sebastian!"
"Sampai jumpa nanti sore nona!" Balas Sebastian
Sebastian pun kembali menuju mansion.
teng...teng... teng, suara bel berbunyi. Para siswa berhamburan dan buru-buru masuk ke dalam sekolah. Di dalam sekolah, semua siswa termasuk dirinya di giring ke sebuah ruangan untuk menerima pengarahan dari para guru. Merekapun berbaris di aula yang sangat luas tersebut. Mereka di perintahkan duduk di lantai, kemudian seorang guru laki-laki berkacamata naik ke atas mimbar di ikuti para guru yang lainnya.
Guru itupun memberitahu tentang peraturan dan apapun tentang sekolah ini. Ia mendengarkan dengan seksama, apa yang sedang di katakan oleh guru tersebut sampai-sampai dirinya teralihkan oleh dua orang junior wanita yang sedang berbisik-bisik tentang dirinya.
"Lihat!, ada anak manusia di sini!"
"iya!, aku dengar kepala keluarga kuarts yang kaya raya itu mengadopsi seorang anak manusia dan anak itu bersekolah juga disini. Mungkin anak manusia yang dimaksud itu adalah dia!"
"apa iya?"
"Mungkin, lihat di atas kepalanya"
Hera perlahan menyentuh Hairpin yang ia kenakan,
"(apa mereka yang maksud adalah ini?")
"itukan barang yang sangat mahal"
"Mungkin itu imitasi"
"Menurutku tidak mungkin itu imitasi"
"mungkin dia mencurinya"
"penjagaan keluarga Kuarts sangat ketat, pencuri bahkan tidak bisa keluar lagi jika sudah memasuki rumah itu. Apa lagi anak manusia seperti dia. pasti akan langsung di bunuh!"
"Wah beruntung sekali dia!, aku jadi iri"
Hera terkejut mendengarny mereka, ternyata hairpin yang di kenakannya bukan barang sembarangan. hairpin ini adalah barang yang sangat mahal. Ia tidak mengerti kenapa sebastian memberikan barang semahal ini kepadanya dan dari mana ia mendapatkan uang untuk membeli benda ini. ia melepaskan haipin itu dari kepala nya dan berniat memasukkan hairpin itu ke tas. Tetapi, ia tiba-tiba teringat dengan madam eadline.
"(Hera, Jika kau menerima pemberian dari seseorang. Itu artinya orang itu telah menghargai keberadaan dirimu sebagai sahabat ataupun keluarganya. Jadi kau harus menghargai pemberian orang tersebut sepenuh hatimu, jangan sampai di kembalikan atau menghilangkan barang pemberian tersebut. rawatlah dengan baik barang itu, Kau mengerti?)"
"(Baik Madam!)
Hera mengurungkan niatnya, ia memakai kembali hairpin tersebut. Nasehat madam benar-benar berpengaruh di dalam hidup nya, Hera lebih bersyukur sekarang karena ia di pertemukan dengan orang-orang yang sangat baik seperti madam eadline dan sebastian. Bisa-bisanya ia tidak menghargai pemberian tersebut.
"(Ternyata sebastian sangat menghargai ku sebagai keluarganya, aku akan merawat hairpin ini dengan baik.)" Pikir Hera
Pengarahannya pun selesai, mereka semua diberikan sebuah notebook kecil berwarna biru bertuliskan nama mereka masing-masing. Hera membuka notebook tersebut, di awal lembaran awal tertera sebuah tabel berisi jadwal pelajaran dari senin sampai jumat dan juga lokasi kelasnya di kertas tersebut.
"(Kelas I Bintang, oke. apa mata pelajaran pertama hari ini?)"
Lalu ia membaca tabel pelajaran tersebut, tertulis sebuah mata pelajaran bernama "combat (Mate Bela Diri)"
"Ou!, tidak terlalu buruk"
Perhatian mereka semua teralihkan saat suara bel berbunyi. itu menandakan, bahwa kelas akan segera di mulai. Mereka semua pun pergi ke kelas masing-masing sesuai jadwal mata pelajaran yang telah di atur. Begitu juga dengan Hera, dengan semangat membara ia pergi menuju kelas nya. tak lupa ia menyimpan notebook di dalam ransel nya kemudian ia melepaskan hairpin yang di pakai nya itu. Karena ini adalah mata pelajaran bela diri dilarang menggunakan aksesoris.
Di dalam kelas, para junior sedang menunggu sensei datang. Dengan kesempatan tersebut, Hera segera masuk ke kelas lalu merapikan pakaian bela dirinya. Dengan cepat ia mengenakan sarung tangan khusus bela diri yang telah ia selipkan ke dalam kantung bajunya saat berlari dari ruang ganti.
"(untunglah sensei belum datang, aku selamat kali ini)".
Saat Di ruang ganti, para junior wanita berdesak-desakan karena ruangan lumayan kecil. jadi mau tidak mau ia harus mendapatkan antrian paling terahir untuk berganti pakaian, sedangkan kelas akan segera di mulai. setelah ia memakai pakaian, Hera menyelipkan sarung tangan hitam ke dalam saku nya kemudian ia berlari bersama para junior yang juga telat masuk.
"(untunglah)" Hera bernafas lega
Yang lain sibuk berbincang satu sama lain, hanya dia sendiri yang tidak memiliki teman disana. Dia sibuk dengan dunia nya sendiri, Hera menunggu seseorang untuk mengajaknya berbincang. Tetapi orang-orang disana seakan-akan mengucilkan dirinya.
"(kira-kira apakah aku akan mendapatkan sahabat baik di kelas ini?)" Pikir Hera
Pintu ruangan tiba-tiba bergeser dan muncullah seorang pria dewasa dengan rambut perak yang sangat elegan. Pria itu adalah sensei mereka, sensei berpenampilan sangat maskulin dan keren. ia memakai pakaian bela diri berwana putih dan kalung salib di leher nya. tubuhnya sangat tinggi dan tegap. Kulitnya berwarna coklat dan memakai anting salib di sebelah kiri telinganya. Penampilan sensei itu membuat beberapa junior wanita jatuh cinta kepadanya.
"wahhh, sensei ternyata sangat keren!"
sensei tersebut bernama Zaliza, ia biasa dipanggil Zal. Dia adalah keturunan demon dari keluarga kesatria, pantas saja ia menjadi guru bela diri di sekolah ini.
"Halo anak-anak!, namaku adalah Zaliza. kalian bisa memanggil ku dengan Zal" Ia berbicara dengan suara bariton nya yang khas
para murid perempuan bersorak riang, mereka semua mulai mengerumuni sensei kecuali Hera.
"(Huh!, dengan situasi seperti ini tidak mungkin aku akan mendapatkan teman)"
"Permisi sensei!"
Gadis-gadis di kelas tersebut bersorak Heboh, saat seorang anak laki-laki berambut merah masuk kekelas mereka. Ia berjalan dihadapan mereka, kemudian berdiri di sebelah sensei. Mereka bilang dia sangat tampan dan gagah. tetapi aku tidak bisa melihatnya karena pengelihatan ku terhalang oleh junior laki-laki bertubuh besar di depanku. aku mencoba meloncat-loncat untuk melihat anak tersebut. Tetapi hal yang ku lakukan sama sekali tidak berhasil.
"(Sial!, tubuh anak ini terlalu besar!)" umpat Hera
sensei pun maju ke tengah-tengah ruangan lalu ia memperkenalkan anak laki-laki tersebut dengan sangat bangga.
"Baiklah, pada kesempatan ini. aku akan memperkenalkan seseorang yang sangat sepesial. Al, perkenalkan dirimu"
anak itu maju selangkah, kemudian ia memperkenalkan dirinya.
"Namaku Almatara, kalian bisa memanggil ku Al. Senang bertemu dengan kalian"
Yang ku dengar hanyalah suara anak itu, Hera penasaran bagaimana wajah nya.
"(Uh!, aku tidak bisa melihatnya sama sekali)"
...---------------------------------------...
Sensei menunjukkan sebuah jurus sekaligus sebuah gerakan bela diri yang sangat unik. ia menghajar sebuah boneka tinju sampai hancur. hanya dengan satu pukulan saja. Pukulan itu bahkan tidak mengenai tubuh boneka tinju tersebut. Itu sangat luar biasa, para junior bertepuk tangan menyaksikan gerakan bela diri sensei yang sangat sempurna
Sensei menggunakan kekuatan sihirnya untuk memunculkan banyak boneka tinju di ruangan olahraga, masing masing siswa mendapatkan satu boneka tinju untuk memperaktekkan jurus yang telah ia ajarkan. Sensei memberikan instruksi bagaimana cara untuk menguasai jurus, sensei bilang kalian harus rileks dan mengumpulkan kekuatan di satu titik lengan yaitu, kepalan. Mereka semua mengangguk paham, para junior mulai memperaktekan jurus tersebut. Hera mencoba untuk fokus lalu mengumpulkan kekuatan di kepalan tangannya, ia mencoba memukul boneka tersebut. Tetapi boneka itu hanya bergeser sedikit ke belakang
"(wah!, aku berhasil)"
Anak-anak yang lain kebanyakan belum ada yang berhasil melakukannya, Sedangkan, anak berambut merah di di depan nya sudah berhasil melakukannya. Boneka miliknya meledak, lalu beberapa bulu berhamburan keluar. Semua orang bertepuk tangan.
"Bagus sekali Al!" puji sensei
Hera takjub dengan kemampuannya, Ia mencoba fokus lagi. Dan gerakan kedua membuat boneka itu bergeser beberapa senti ke depan.
"(Baiklah!!, kali ini ada perubahan)"
Hera mencobanya lagi, lagi dan lagi. Dan hasilnya tetap sama saja.
"(Sialan!)"
Ia sangat kesal, lalu ia mengulangi nya lagi. Al, si murid bintang melirik ke arah boneka tinju yang ada di belakang tubuh nya. Ia melihat boneka tinju tersebut dengan tatapan aneh. boneka itu sesekali bergeser kemudian hanya bergoyang ke depan-ke belakang.
Al yang merasa jika pengguna boneka ini sedang kesulitan. ia mendekat perlahan dan mencoba menawarkan diri untuk membantu dan pada akhir nya...
"(Huh!, apa anak manusia ini butuh bantuan?) Hei!, Apa kau butuh...."
Al mendekat, yepat saat Hera berhasil melakukan gerakan bela diri dengan benar.
"(Baiklah!, Kali ini pasti berhasil !)"
Hera memukul boneka tersebut dengan kekuatan penuh, tangan nya seperti pusaran angin yang menerjang lautan. Boneka itu terpental, kemudian meledak. Tetapi hal tak di sangka terjadi, Al malah ikut terpental bersamaan dengan sobekan boneka tersebut.
"akh!..." Al terpental
"(Oh tidak!)" Hera panik
Al terjatuh ke lantai, untunglah ia tidak kenapa-napa. Tetapi karena Al adalah orang yang emosian, Dia memarahi hera di hadapan semua orang. semua orang hanya sekilas memperhatikan mereka berdua, kemudian mereka melanjutkan latihan tanpa memperdulikan mereka berdua sama sekali karena jika mereka ikut campur maka bisa saja mereka ikut terkena hukuman.
"Uh!!!!, Kau ini!, Hati-Hati dong!!. Dasar anak manusia!"
Semua bulu-bulu yang berterbangan di langit jatuh perlahan-lahan kebawah, Wajah hera sekilas terlihat di mata Al. Al tiba-tiba terpaku, saat ia melihat kecantikan hera yang luar biasa.
"....... (Dia Cantik sekali!)" Al terdiam sambil menatap nya
Tetapi Hera yang merasa bersalah, malah menangis di hadapannya. Al langsung tersadar dari bayangan indah nya. Ia berusaha menenangkan Hera agar sensei zal tidak dapat mendengar suara tangisannya. tetapi yang di lakukan nya hanyalah hal yang sia-sia, Hera tetap menangis dan sensei Zal sudah mendengar suara tangisan Hera.
"Oh!, tidak tidak tidak, jangan menangis!. Aku hanya bercanda!"
Tetapi hera tidak berhenti menangis, ia malah menangis sejadi-jadinya. Sensei yang mendengar suara tersebut, langsung mendekat ke arah mereka.
"Ada apa!?"
"hiiiii!!..."
Seseorang menyentuh dan menepuk pundak Al dengan sangat kuat, Al merasa sangat merinding. Ia merasakan aura mencekam yang luar biasa di balik tubuhnya. ia berbalik dan mendapati sensei Zal sudah berdiri di belakang nya dengan wajah yang sangat mengerikan.
"Al!... ayo minta maaf!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments