3. Pandangan Mata yang Tajam

“Menurut kamu ini bagus nggak kalau buat kakek?” Om Wendra menoleh pada Renata, dan langsung mengernyit.

“Ren? Ren!” serunya.

“Ah!” Renata balik berseru, kaget.

“Lah, malah ngelamun sih. Bisa-bisanya kamu ngelamun di sini, kamu kan suka buku?” tanya

omnya heran.

Renata memegang dadanya, yang jantungnya masih berdebar keras.

“Ih om bikin kaget!” Dia lalu memukul pelan lengan omnya. Omnya meringis.

“Kok malah mukul sih. Kan tadi om lagi nanya sesuatu ke kamu. Wajar dong om keras

manggilnya.”

Renata langsung merasa malu.

“Eh iyakah om? Maaf om.”

Omnya geleng-geleng kepala.

“Ya udah, om mau beliin buku sekalian buat kakek. Menurut kamu buku yang ini bagus nggak? Katamu kakek suka sejarah.”

Renata langsung melihat ke arah buku yang sedang dipegang omnya.

“Oh tentang Perang Dunia II ya om? Kalo sejauh yang Renata lihat sih, kebanyakan buku

sejarah kakek itu sejarah Indonesia om. Cuma ada sedikit buku sejarah dunia. Jadi ya Renata

asumsiin kakek lebih suka baca sejarah Indonesia om hehe.”

Omnya tampak termenung.

“Hmmm... gitu ya? Ya udah, kamu mau bantu pilihin? Yang kira-kira kakekmu suka dan belum punya.”

Renata tersenyum kecil.

“Siap om.”

Dia lalu pergi ke rak berisi buku-buku sejarah dan mulai asyik mencari. Dia melihat sebuah

buku besar yang judulnya kelihatan menarik dan berniat mengambilnya, namun ternyata tangannya tak sanggup menggapainya. Dia mencoba lagi dan mengeluh. Kayaknya mending minta diambilin om deh, pikirnya kemudian. Dia lalu berbalik dan segera bertubrukan dengan seseorang.

“Aduh maaf,” katanya spontan.

Sosok di depannya sangat tinggi. Orang itu tidak menjawab dan Renata langsung mendongak ke atas untuk melihat apakah orang itu marah, dan dia segera melongo.

Wajah si cowok pendatang di kelasnya tadi menunduk, balas menatapnya. Pandangannya

dingin dan tak peduli. Dia segera menepi, berjalan maju dan mengambil sebuah buku, dan segera bergegas pergi.

Renata membalikkan badan, menatap kepergian cowok itu sambil masih melongo, sampai tak disadarinya omnya sudah berada di belakangnya.

“Ren? Kok lama? Gimana, dapet bukunya?” Suara omnya terdengar jauh tapi kali ini,

kesadaran Renata kembali lebih cepat dari sebelumnya. Dia berbalik dan berkata,

“Ah...oh...iya om...”

Lalu disadarinya tatapan tajam omnya. Bukan kepadanya, melainkan jauh ke depannya.

Ketika Renata mengikuti pandangan omnya, dia kaget ketika tahu bahwa omnya sedang menatap cowok yang ditabraknya tadi.

“Eh...om? Om kenal dia? Dia ikut ujian bareng Renata tadi.” Renata bingung saat omnya masih juga mengawasi kepergian cowok itu, sampai cowok itu lenyap ke ruang sebelah, yang adalah kasir.

“Hati-hati, Ren. Hati-hati...”

***

Pengumuman kelulusan keluar hari ini. Renata menaruh laptopnya di meja makan, di

belakangnya ada kakek, nenek, omnya, bahkan Bi Yum. Mereka rupanya juga penasaran dengan hasil tesnya, walaupun rasa penasaran Bi Yum dipicu kebingungannya karena semua orang merasa penasaran.

“Kamu pasti lolos, Ren. Kamu sama pinternya kayak ibumu,” kata Om Wendra.

“Betul itu. Riana memang pinter,” tambah kakeknya, terdengar bangga.

Renata tak menanggapi. Dia sedang merasa gugup. Dahinya berkeringat dan tangannya

gemetar. Matanya tak lepas dari layar.

“Jam berapa katanya? Nenek lupa,” tanya neneknya.

“Jam 10 Nek,” jawab Renata.

Mereka semua lalu terdiam lagi. Neneknya melingkarkan lengan ke leher Renata untuk

menentramkannya, dan Renata menggenggam lengan itu.

Lima menit kemudian ada notifikasi email masuk. Dari pihak universitas.

“Ha! Udah ada email!” seru Om Wendra. Wajah Renata langsung pucat pasi.

“Doa dulu, Ren. Santai aja,” kata kakeknya. Renata mengangguk. Dia lalu terdiam, menghela nafas, lalu membuka email. Tangannya masih bergetar.

“...Dengan ini kami memberitahu bahwa Anda diterima di Jurusan Sastra Indonesia. Kami

sertakan juga lampiran-lampiran yang berisi rincian biaya...” Kakek pelan-pelan membaca.

“DITERIMA REN!” Omnya berteriak tak sabar. Dia lalu meremas pundak Renata, terdengar

bahagia sekali.

“Selamat Ren!” Neneknya langsung memeluknya.

“Selamat, Mbak!” Bi Yum ikut menyelamati.

Renata yang masih kaget tak langsung membalas mereka. Dia masih melongo, matanya menatap layar, membaca email itu berulang kali, memastikan dia tak salah baca, memastikan apa yang dikatakan semua orang benar.

“Kakek bangga sama kamu, Ren.” Kakeknya menepuk pundaknya, tersenyum sumringah.

Pelan-pelan, senyum terbentuk di wajah Renata. Matanya berkaca-kaca.

***

Hari-hari berikutnya diisi dengan persiapan masuk. Renata menyiapkan semua dokumen yang diminta, juga semua barang yang akan dibutuhkannya untuk mulai kuliah nanti. Omnya dengan senang hati menawarkannya untuk menemaninya membeli peralatan kuliah.

“Buku-bukunya gimana?” tanya omnya, sambil masih menyetir..

“Beberapa nanti dibawakan sama dosen, Om, tinggal beli sebelum kuliah mulai. Beberapa lagi foto kopi aja, katanya. Nanti Renata beli buku tulis sama alat tulisnya aja dulu,” jawab Renata.

Om mengangguk.

“Kalo jadwal?”

Renata menggeleng.

“Belum dapat om. Kan nanti sebelum masuk masih ada upacara penerimaan dan lain-lainnya, Om.”

Omnya mengangguk lagi.

“Oh ya udah kalau gitu. Ini semua urusan administrasinya udah kan? Bayar-bayarnya udah semua ini? Sekarang kita ke mana?” tanyanya.

Renata mengecek kertas yang dipegangnya. Dia mencoret semua hal yang sudah

dilakukannya.

“Hmmm...udah Om. Bayarnya udah semua. Dokumen tambahannya juga udah dikasih tadi. Terus ini disuruh ambil buku pedoman sih Om. Sama jas almamater.”

Omnya mengangguk.

“Oke. Selesaiin langsung hari ini aja kalo gitu. Jadi besok kamu udah santai.”

Mereka lalu pergi ke gedung lain, di mana terlihat antrian calon mahasiswa mengular hingga jauh dari pintu masuk.

“Om ikut ke dalam?” tanya omnya. Renata menggeleng.

“Nggak ah om, malu. Hehe. Renata sendiri aja. Om pulang aja dulu gimana? Takut lama.”

Omnya tampak berpikir.

“Om mampir dulu ke supermarket deh, mau beli minum sama bayar tagihan sekalian. Nanti

setelah ini kita mampir makan, mau?”

Renata langsung mengangguk.

“Mau Om.”

Renata segera turun dari mobil dan masuk ke gedung. Moga urusannya nggak lama, pikirnya.

Dia segera menuju ke perhentian pertamanya.

Sejam kemudian, dia selesai. Dia menghela nafas, senang karena semuanya lebih cepat selesai daripada yang disangkanya. Rupanya mahasiswa di luar bukannya sedang antri, namun memang baru menyelesaikan semua urusan yang diperlukan. Renata sudah mendapatkan jas almamaternya,

yang langsung disimpannya ke dalam tasnya.

Dia melihat omnya sudah menunggunya. Dia segera masuk ke mobil.

“Wah cepet juga ya,” sapa omnya. Renata mengangguk dan tersenyum.

“Jadi makan, Om?” tanyanya.

Omnya tersenyum lebar dan mengangkat jempol.

“Jadi dong. Ya udah, yuk.”

Renata balas mengangguk, lalu memasang sabuk pengaman. Namun entah mengapa, tiba-tiba pandangannya terarah ke depan, seakan sesuai memaksanya untuk mengangkat kepalanya. Tangan Renata langsung berhenti memasang sabuknya.

Cowok itu lagi...

Kali ini penampilannya berbeda. Dia terlihat sangat tampan dalam jas almamater barunya,

yang langsung dikenakannya dan membuat jantung Renata seakan berhenti berdetak.

Cowok itu benar-benar pantas mengenakan jas itu. Bukan seperti mahasiswa baru yang masih canggung saat pertama kali memakainya. Dia menyesuaikan dirinya dengan cepat, sehingga terlihat dia sudah lama dan biasa memakainya.

Renata masih terpaku melihatnya, seolah tersihir. Anehnya, cowok itu juga sedang menatap ke arahnya. Tapi... Renata tiba-tiba mengernyit. Bukan, bukan. Cowok itu memang sedang memandang ke mobilnya, tapi tatapannya terpaku di tempat lain. Tepatnya di wajah omnya.

Kaget, Renata memang omnya. Dia terkesiap saat melihat omnya juga sedang memandang

tajam cowok itu.

“Om? Om?”

Renata mengernyitkan dahi lagi. Apa yang sebenarnya diketahui Om Wendra tentang cowok itu? Dan kenapa cowok itu memandang omnya seperti itu?

Apakah mereka saling kenal?

Terpopuler

Comments

Ai Sara

Ai Sara

ih ada apa sih sama Om-nya.

2021-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!