vs mertua

Hugo menghabiskan waktu seharian bersama Alfi. Ia sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada yang menghubungi dan melacak keberadaannya. Ia dan Alfi main air di halaman rumah di temani Mey. Mulanya Alfi menangis memeluk Mey tapi setelah di bujuk anak itu mau bermain hingga lupa dengan Mey.

Mereka main siram-siraman dengan selang air. Bocah berusia sepuluh bulan bertubuh gembul itu tertawa-tawa sesekali ia terjatuh ke rumput tapi tawanya masih melekat di wajahnya. Hugo menggendong Alfi dan menciumi wajah anaknya. Meski putranya hadir karena kesalahan tapi ia tidak menyesali semua itu baginya pertemuannya dengan Mey sudah takdir dan Alfi adalah hal yang termanis dalam takdir itu.

Alfi adalah copyan dirinya sama seperti dirinya sewaktu kecil, tampan dan ngegemesin, itu kata diri Hugo sendiri bukan kata Mey. Mey tidak pernah pernah memuji dirinya apalagi mengatakan Alfi mirip dengannya. Palingan kalau gemes perempuan itu berkata,

"Duh Alfi anak ibu, gemesin bangat anak siapa sih?"

Kadang Hugo mencibir dalam hati udah tau anaknya bersama suaminya yang ganteng itu tapi malah nanya.

Bersama Alfi sederhana memang tapi membuat hati Hugo menghangat.

Kadang Hugo miris sendiri ia juga pengen membawa anaknya ke wisata air atau ke pantai tapi waktulah yang tidak mengizinkan. Semua orang pasti akan mempertanyakan siapa Alfi. Dan Mey masih belum menerima dirinya dalam artian cinta bukan yang lain.

Setelah itu ia dan Alfian mandi bersama di kamar mandi dan menarik Mey untuk ikut berada di bawah selang air. Wajah Mey memerah ia tidak terbiasa mandi bersama Hugo. Destar yang basah mencetak bentuk tubuhnya apalagi bentuk branya juga kelihatan. Hugo senyum-senyum melihat Mey yang sudah sangat malu. Pria itu makin gemes pada istrinya sudah hampir dua tahun menikah dan punya anak tapi masih malu- malu dihadapannya. Kayak belum pernah saja padahal Hugo sudah tau berapa banyak tahi lalat yang ia punya.

"Mas,...Mey,...malu"

"Kenapa malu? kita bisa disini kok sebentar saja"

Hugo berbisik ke telinga Mey membuat wajah perempuan itu menjadi merah. Ia tidak pernah bisa menolak keinginan Hugo. Pria itu mengasih Alfi mainan setelah itu menerjang Mey dengan lenguhan nafas panjang pendek. Dan ia tidak peduli apakah Mey pakai perasaan ataukah tidak yang penting ia ingin.

Mey membiarkan pria itu semaunya dan ia pun menikmati setiap sentuhan Hugo. hanya beberapa saat mereka sama- sama mencapai pelepasan dan mandi bersama.

Kamar mandi di rumah itu biasa tidak ada shower dan bathup seperti kamar mandi Hugo di apartement dan rumah mamanya yang ada hanya selang dan sebuah ember.

Hugo memeluk Mey di bawah guyuran air dengan tatapan mata lekat. Ia merasa nyaman memeluk Mey dan menikmati kulit halusnya.

Jantung Hugo berdetak tidak karuan. Begitu juga dengan Mey yang melihat wajah Hugo dari dekat rasanya sangat damai melihat wajah tampan dengan rambut basah di depannya. Hampir saja ronde kedua terjadi jika saja Alfi tidak merengek. Dengan cepat Mey menghampiri Alfi dan menggendongnya.

"Anak papa kenapa?" Hugo mendekat ke Alfi dan Mey lalu mencuri ciuman pada bibir Mey di depan Alfi.

"Mas Hugo dan Alfi barusan main air aku buatkan teh dan cemilan ya" ujar Mey melepaskan ciuman itu.

"Boleh, Alfi sama aku saja, ...sama papa ya sayang" Hugo menggendong Alfi pelan seraya mencium wajahnya. Hari ini hati Hugo menghangat dengan kebesamaan ini sebelum akhirnya terdengar deru mobil di depan dan pintu rumah di ketuk. Hugo membuka pintu dan wajahnya berubah masam melihat siapa yang datang.

"Menajer kamu kehilangan kamu dari tadi tapi kamu malah di sini bersama perempuan kampungan" suara mamanya terdengar menggelegar. Mey yang sedang membawa tiga gelas teh di baki hampir saja menjatuhkan semua itu kelantai. Mama Hugo memang suka sekali menghina Mey dengan sebutan kampungan entah apa yang salah dengan kampung. Tapi menurut Mey yang aneh itu masyarakat kota yang tidak menghargai orang desa. Karena kota maupun desa mempunyai keunikan dan keistimewaan masing-masing. Mey yang cinta pada desanya sangat suka didesa. Orang-orangnya pada ramah tidak sama seperti orang kota contohnya mama mertuanya. Jika Mey mau ia bisa menyerang balik dan mengatakan orang kota bermulut pedas.

"Mereka keluarga kecil aku ma! jangan mama sembarangan bicara" Hugo mendekap Alfi kepelukannya agar bocah itu tidak mendengar suara omanya.

"Lepaskan saja wanita itu Hugo kamu bisa memilih perempuan mana yang kamu suka, bukan perempuan seperti itu"

"Memangnya aku kayak apa tante?" akhirnya Mey buka suara dengan memanggil mama mertuanya tante karena itulah yang boleh di sematkan oleh Mey pada perempuan itu. Ia tidak mengakui Mey sebagai istrinya Hugo.

"Kamu? memangnya siapa kamu? apa kamu pantas di samping Hugo? apakah kamu tidak pernah becermin?"

"Sering tante, wajah saya tidak apa-apa namun nasib sayalah yang bermasalah, masa depan saya hancur karena dia" Mey menunjuk Hugo yang sedang menggendong Alfi.

"Kamu mulai berani melawanku? dasar perempuan..."

"....Kurang ajar" sambung Mey datar "itukan kata yang selalu tante berikan untuk saya, mau saya diam ataupun bicara saya tetap kurang ajar di mata tante, tapi tidak tahukah oleh tante siapa yang kurang ajar di sini?"

"Hey, kamu dengar wahai anak kampung! Hugo akan menikah dengan Kimy, artis terkenal"

"Aku tau, selamat untuk tante yang akan bermenantukan artis" Mey mengambil Alfi dari tangan Hugo lalu berkata "aku hanya ingin di bebaskan, ceraikan aku agar kamu tidak lagi terbelenggu" Mey mendekap erat Alfi menahan isaknya. Kata itu seharusnya tidak ia ucapkan ingin rasanya ia menampar mulutnya sendiri tapi semuanya sudah terlanjur.

Hugo menarik Mey dengan tatapan marah "apa yang kau bilang?"

"Apa perkataan aku kurang jelas?"

"Sangat jelas, kau ingin aku meninggalkan kamu kan?" Hugo menyeringai tapi dalam hatinya sangat terluka mendengar perkataan Mey. Perempuan itu dengan mudahnya meminta cerai. Apa segitunya harga pernikahan mereka bagi Mey?.

"Hari ini jadwal kamu bersama Kimy pihaknya sudah mengadakan konfresi fans tentang acara pernikahan kalian"

"Iya, aku akan kesana sekarang,...aku akan melamar Kimy" sudut mata Hugo melihat ke Mey tapi ekspresi perempuan itu biasa saja bahkan sangat cuek. Pada akhirnya hati Hugolah yang terluka.

Mamanya tersenyum mendengar perkataan Hugo. Itu berarti sebentar lagi Hugo akan meninggalkan Mey.

Dada Mey menjadi sangat sesak ingin rasanya pendengarannya hilang saja agar ia tidak mendengar tentang Hugo dengan perempuan lain, rasanya sangat sakit. Tapi ia seolah tidak peduli apapun.

"Ini semua demi karir kamu Hugo, demi masa depan kamu, ini impian kamu kan? menjadi artis terkenal dengan nama yang cemerlang, kau akan dihina jika orang mengetahui kamu menyimpan istri macam dia"

Mey sadar dirinya adalah aib bagi keluarga Hugo.

"Terserah kata mereka, dia yang punya mulut"

"Hugo!" perempuan cantik berambut pendek mirip pameran antagonis di film pelakor itu berteriak.

"Aku akan temui Kimy, Mey aku pergi dulu!"

Mey tidak menjawab hatinya sudah terlalu pedih dengan tingkah laku Hugo.

Mey membawa Alfi kedalam kamar dan menumpahkan air matanya disana sambil mendekap anaknya erat. Ia ingin Hugo bersamanya dan Alfi namun ego Mey sangat tidak memungkinkan bilang itu. Mey sadar siapa dirinya di samping Hugo semuanya tidak bisa hanya dengan cinta sepihak saja. Hugo tidak pernah bilang cinta padanya dan juga tidak pernah romantis seperti pada para artis yang dekat dengannya.

Terpopuler

Comments

Yanti Anin

Yanti Anin

mey smg stlh lpd dr hugo bhgia menantimu thor bikin hugobnyesel thor

2021-09-24

1

Suharnik

Suharnik

Sabar Mey pasti akan ada bahagia untuk mu

2021-07-25

0

Nurcahaya Sebayang

Nurcahaya Sebayang

emang ad yg begitu artis ya tor?

2021-07-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!