Kak Sera

"Eh? itu dia, TANIA!!"

Seseorang memanggil Tania. Seketika itu pula aku dan Tania menoleh bersamaan. Aku tidak mengenalnya, tapi aku tau kalau dia adalah teman satu ekstrakurikuler Tania.

"Eh iya? Kenapa?" Jawab Tania.

Anak itu datang menghampiri kami. Lebih tepatnya sih, menghampiri Tania. Mereka berdua membicarakan hal yang tidak aku pahami. Disaat mereka asik-asiknya mengobrol, aku hanya diam sambil menikmati bakso ku.

"Eh Sil, kayanya ada masalah deh, aku harus kesana. Lo gapapa sendiri?" Tanya Tania padaku.

Aku mengangguk. Aku tidak masalah jika harus sendirian di sini. Lagipula aku tak benar-benar sendiri. Di kantin ini kan ada banyak orang.

Setelah melihat respon yang kuberikan, Tania langsung bangkit dari duduknya dan ikut bersama orang yang memanggilnya tadi.

Sayang sekali dia langsung pergi begitu. Padahal minuman cappucino yang baru saja dia beli ini belum sempat dihabiskannya. Tidak apa-apa sih. Ini malah mengantungkan bagiku. Maaf Tania, tapi minuman ini sekarang sudah menjadi milikku.

Sambil melihat punggung Tania yang mulai menghilang dari pandanganku, sepintas aku melihat seseorang yang aku kenal.

Aku menatapnya selama beberapa detik untuk memastikan apa orang itu benar-benar orang yang ku kenal atau tidak. Karena pasti akan memalukan jika aku salah orang.

"KAK SERAA!!"

Aku berteriak memanggil namanya dari kejauhan. Karena suara teriakanku, perhatian orang-orang jadi mengarah padaku. Tapi aku tidak menghiraukan mereka semua. Daripada itu, kulihat kak Sera tersenyum padaku dan mulai berjalan ke arahku.

"Silvi, kenapa?" Tanya kak Sera.

Kak Sera duduk di depanku hingga kami berdua kini sedang berhadapan dengan sebuah meja kantin di tengah-tengah kami.

"Ga ada hehe, cuma mau manggil." Kataku.

Kak Sera adalah seniorku di ekstrakurikuler bahasa inggris. Kami berdua sangat akrab meski usia kami

berselisih 2 tahun. Bagiku yang anak tunggal ini, kak Sera sudah seperti kakakku sendiri.

"Hm? Gitu? Silvi kangen sama aku ya?" Kak Sera tersenyum getir.

"Dih! Engga ya! Kakak jangan kegeeran deh!" Bantahku.

"Hahaha habisnya kamu tiba-tiba manggil gitu, kirain ada apaan." Balas kak Sera.

"Auu!"

Tanpa aba-aba, kak Sera tiba-tiba saja mencubit hidungku. Hidungku jadi terasa sakit dan memerah karenanya. Aku cemberut. Kak Sera yang melihatnya jadi tertawa karena itu. Dari awal kak Sera memang suka sekali menjahiliku dan memperlakukanku seperti anak kecil.

"Oh iya, katanya kamu pacaran dengan Rendi ya?" Tanya kak Sera tiba-tiba.

"Iya kak, kak Sera tau darimana?" Tanyaku balik.

"Aduh Sil, kamu sendiri tau kan aku ini sekelas sama Rendi. Jangan remehkan kekuatan gosip cewek-cewek!" Ucap kak Sera.

"Hah? Gosip?" Aku merasa heran dan bingung.

"Adikku ini.. Rendi itu populer banget di kalangan cewek-cewek. Sewaktu mereka tau Rendi udah punya pacar, mereka semua jadi patah hati." Ujar kak Sera.

Benar juga. Rendi itu adalah ketua Osis sekolah ini. Dan dia juga dikenal sebagai siswa teladan yang disenangi oleh para guru. Karena itu, sudah pasti Rendi masuk ke dalam list pacar idaman. Perempuan mana sih yang tidak mau bersamanya?

Mengingat dia disukai oleh banyak perempuan, kenapa aku jadi kesal ya? Aku memang tidak bisa dibandingkan dengan mereka, yang hanya bisa melihat Rendi dari jauh. Tapi tetap saja, aku tak suka jika ada orang lain yang menyukai pacarku.

"Oh iya, kamu udah ngapain aja sama dia?" Tanya kak Sera padaku. Pertanyaan kak Sera itu membuatku tersentak.

"E..Eh? Maksud kak Sera apa?" Tanyaku balik meski sebenarnya aku sudah tau apa yang kak Sera maksud.

Dasar kak Sera! Aku kan jadi tak sengaja mengingatnya lagi. Wajahku memerah karena malu jika mengingat Rendi yang menciumku hari itu.

"Masa gatau sih? Gapapa kok, cerita aja! Aku bakal rahasiakan. Kak Sera tersenyum padaku.

"Emm.. janji ya! Kami udah sampai ke tahap itu.."

"Itu? Itu apa?" Kak Sera tersenyum padaku. Aku tau kalau kak Sera sedang meledekku dan sengaja mengerjaiku seperti ini.

"Itu.. ciuman.." Jawabku lirih.

Arrgh! Aku benar-benar malu mengatakannya! Kulihat Kak Sera hanya bersikap biasa saja. Aku jadi jengkel karena Kak Sera merespon ucapanku dengan santai. Padahal aku sudah hampir setengah mati karena malu.

"Apa? Cuma itu?" Kak Sera mengerutkan keningnya.

"I..iya.. memangnya kenapa?" Tanyaku.

Aku heran. Kenapa kak Sera berkata seperti itu? Padahal bagiku, tahapan itu sudah sangat luar biasa. Kak Sera bersikap seolah-olah hal yang aku lakukan itu adalah hal yang biasa saja. Bahkan terlampau biasa saja.

"Aku pikir kalian sudah sampai tahap s#ksu#l." Ucap kak Sera sambil menyentuh dagunya.

"Uhuk!!"

Aku tersentak kaget. Bahkan aku yang sedang meminum minuman cappucino milik Tania tadi, jadi hampir tersedak karenanya. Setelah meletakkan botol kemasan cappucino itu ke atas meja lagi, aku menatap kak Sera dengan tatapan nanar.

"Kenapa kamu ngeliat aku begitu? Aku sudah biasa kok ngelakuin itu dengan pacarku." Ucap kak Sera.

"Hah? S..sudah biasa?" Mataku terbelalak kaget.

"Haduh.. ternyata kamu masih polos ya. Ini udah abad ke-21 adikku. Yang begini sih.. masih biasa aja." Ucap kak Sera.

Hah? Apa benar begitu? Tapi menurutku hal seperti itu kan tidak bagus. Mama bahkan pernah berkata padaku kalau hal itu hanya boleh dilakukan jika sudah menikah.

"Oh gitu ya kak?"

Aku tersenyum untuk menutupi ekspresi wajahku yang sebenarnya. Sebenarnya aku tidak suka akan hal itu dan bahkan merasa jijik dan geli. Bagaimana bisa kak Sera melakukannya?

"ketika mendengar Rendi berpacaran dengan adik kelas, kupikir dia sudah melakukannya." Gumam kak Sera.

"Hah? Kakak ngomong apa?" Tanyaku sambil mengerutkan dahiku.

Aku tidak salah dengar kan? Meski hanya sebentar, samar-samar aku seperti mendengar kak Sera mengatakan sesuatu.

"Oh? Enggak kok. Ngomong-ngomong, aku dulu sempat suka sama Rendi juga lho." Ucap Sera.

"A..Apa?"

Aku terkejut. Kak Sera pernah menyukai pacarku? Aku tak pernah sekalipun mendengar hal itu, bahkan akupun tidak pernah membayangkannya.

"Gapapa kamu tenang aja, aku ga akan ngerebut kesayangan kamu itu kok. Aku udah ga demen lagi ama dia. Lagian sekarang aku udah punya pacar." Ucap kak Sera.

Meski kak Sera menjelaskan sampai seperti itu, dan menyuruhku bersikap biasa saja, tetap saja aku masih tidak mempercayai ucapan kak Sera. Bukan apa-apa ya! Siapa pun pasti akan waspada jika seseorang tiba-tiba berkata kalau ia pernah menyukai pacar kita.

"Aduh, adikku ini cemburu ya? Hihi kamu lucu deh!"

Kak Sera mencubit pelan pipiku dengan gemas. Padahal aku sudah waspada dan curiga padanya. Tapi kak Sera hanya meresponnya dengan candaan. Aku kan jadi tidak bisa curiga padanya.

"SILVI!!"

Aku mendengar suara Tania dari kejauhan. Dan benar saja! Kulihat Tania sedang berjalan mendekati aku dan kak Sera. Saat melihat Tania datang, kak Sera lalu bangkit dari duduknya sambil tersenyum padaku.

"Ingat! Hati-hati dengan Mawar Silvia!"

Setelah berkata seperti itu, kak Sera lalu berjalan pergi meninggalkanku. Aku mendengarkan apa yang kak Sera katakan. Tapi, Mawar itu siapa? Di tengah kebingunganku, saat itu juga Tania datang lalu langsung duduk di sampingku.

"Itu siapa Sil? Kenalan lo? Dia kakak kelas kan?" Tanya Tania padaku sambil melirik ke arah kak Sera yang sudah pergi.

"Iya, dia senior gue di ekskul. Oh iya, lo kenapa dipanggil kesana tadi?" Tanyaku.

Tania mengernyitkan keningnya. Raut wajahnya seketika berubah karena perkataanku. Dia terlihat seperti sedang mencemaskan sesuatu. Aku langsung tau dari ekspresinya, kalau dia saat ini sedang ada masalah.

"Lo tau kan? Kalau seminggu lagi sekolah kita juga bakal ikut kompetisi tari di ibukota?" Tanyanya padaku.

Aku mengangguk menjawab pertanyaan Tania. Kulihat setelah aku meresponnya, ekspresinya menjadi sedih sambil cemberut.

"Lo kenapa?" Tanyaku pada Tania dengan rasa khawatir.

"Ada orang yang tiba-tiba mundur dari posisinya. Padahal ekskul tari juga lagi kekurangan orang. Jadinya mau gak mau, semua gerakan harus dirombak ulang. Sementara 1 minggu lagi kami udah harus tampil." Keluh Tania.

"Apa? Kenapa dia mundur dari posisinya? Ngerepotin aja sih!"

Aku jadi kesal mendengarkan ceritanya. Aku tidak suka melihat Tania menjadi kesusahan. Dan lagi, Tania jadi merasa sedih dan kebingungan karena orang itu.

"Dia bilang dia ga siap, makanya dia mundur."

"Apa? Kalau dari awal dia ga siap buat ikutan lomba, harusnya ga usah masuk tari dong! Gapapa Tan, lo sama yang lain pasti bisa kok! Gue percaya sama kalian."

Aku berusaha menghibur Tania sebisaku. Dengan harapan, semangatnya yang mulai luntur itu kembali seperti biasanya.

"Haha iya juga ya, masa cuma karna satu orang doang gue jadi down gini? Makasih ya Sil!" Ucap Tania.

Senyuman Tania kini terpampang kembali di wajahnya. Aku merasa senang jika semangatnya kembali lagi. Kuharap, Tania dan teman-temannya bisa memenangkan kompetisi itu.

*****

Sera

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

semangat terus💪💪💪💪💪💪

2021-10-01

1

mama angga

mama angga

ngeri ya pergaulan anak milenial gaya pacarannya udh main gitu ajah.. astagaaa

2021-08-18

0

🌹Dina Yomaliana🌹

🌹Dina Yomaliana🌹

wah ilmu yang ngak bener nih dari Sera 😆😆😆😆😆 bisa-bisanya dia cerita tentang itu sama Silvi🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️ haduh, jangan di tiru ya Sil

2021-08-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!